Menuju konten utama

Kisah Lukisan Starry Night Van Gogh yang Dibuat di Rumah Sakit Jiwa

Kisah Lukisan Starry Night yang dibuat Vincent Van Gogh di Rumah Sakit Jiwa.

Kisah Lukisan Starry Night Van Gogh yang Dibuat di Rumah Sakit Jiwa
Lukisan "Starry Night" oleh Vincent van Gogh diproyeksikan selama pameran di pusat perbelanjaan di Beijing, Sabtu, 12 September 2015. (Foto AP / Mark Schiefelbein)

tirto.id - Vincent Van Gogh secara sukarela masuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Saint Remy, Paris. Namun, masa ketika dia berada dan setelah keluar dari Saint Remy adalah masa paling produktif Vincent Van Gogh sebagai pelukis.

Salah satu lukisan yang dihasilkannya adalah "Starry Night". Lukisannya ini telah dikonfirmasi sebagai karya asli yang dibuat selama psikosis.

Menurut Healthline, psikosis merupakan salah satu penyakit mental yang ditandai antara gangguan hubungan dengan kenyataan. Orang dengan gangguan mental ini akan mengalami delusi atau halusinasi.

Halusinasi adalah pengalaman sensorik yang terjadi tanpa adanya rangsangan yang sebenarnya. Kemudian, lukisan yang diberi nama Self Potrait (1889) itu dibeli sebagai karya Vincent Van Gogh asli pada tahun 1910 oleh Museum Nasional Norwegia.

Kisah Lukisan Starry Night Van Gogh

Lukisan cat minyak di atas kanvas berskala menengah itu dipenuhi oleh langit malam yang dipenuhi bulan dan bintang. Sehingga dua objek itu menempati tiga perempat bidang gambar yang tampak bergolak, bahkan gelisah.

Dikutip dari Moma Learning, lukisan Starry Night digambarkan dengan pola berputar-putar yang tampak menggelinding di permukaannya seperti gelombang. Kemudian, dipenuhi dengan bola-bola terang, termasuk bulan sabit di ujung kanan.

Tidak hanya itu, terdapat pula Venus, bintang pagi di kiri tengah, serta dikelilingi oleh lingkaran konsentris atau pusat yang sama dengan cahaya putih dan kuning.

Akan tetapi keasliannya diragukan sejak 1970. Dilansir dari Independent, sekarang keraguan itu telah dihilangkan setelah adanya penelitian yang menemukan fakta bahwa lukisan itu memang dilukis oleh master Belanda setelah ia pulih di RSJ Saint-Remy.

Pihak Museum Vincent Van Gogh Louis van Tilborgh mengatakan, lukisan cat minyak di atas kanvas pelukis yang tampak sedih itu selesai pada akhir musim panas 1889, sedangkan Vincent Van Gogh berada di rumah sakit jiwa di Prancis selatan.

Karya ini merupakan lukisan satu-satunya yang dibuat Vincent Van Gogh saat dia menderita psikosis. Lukisan ini didominasi oleh warna coklat kehijauan yang suram, dan menampilkan artis dengan wajah yang tidak berekspresi.

Louis van Tilborgh menambahkan, dia mungkin membuat karya ini agar dapat mendamaikan dirinya dengan apa dengan apa yang dia lihat di cermin, yaitu seseorang yang tidak dia inginkan.

Meski demikian, hal itu merupakan bagian dari apa yang membuat lukisan itu begitu luar biasa dan bahkan dijadikan sebagai terapi.

10 Fakta tentang "The Starry Night"

Sebagaimana yang dituliskan pada laman resmi Vincent Van Gogh, terdapat 10 fakta terkait lukisan "The Starry Night" berikut ini:

1. Lukisan "The Starry Night" oleh Vincent Van Gogh dilukis pada tahun 1889. Lukisan ini dibuat setelah dirinya keluar dari RSJ di Saint-Remy.

Pada saat itu, Vincent Van Gogh sedang dalam masa pemulihan dari penyakit mental serta amputasi telinganya.

2. Lukisan "The Starry Night" dilukis dari pemandangan melalui jendela yang menghadap ke timur RSJ sebanyak 21 kali.

Meski serial tersebut menggambarkan waktu siang dan malam yang berbeda-beda, serta kondisi cuaca yang berbeda, semua karyanya menggambarkan garis perbukitan di kejauhan. Ditambah lagi, tidak ada yang menunjukkan jeruji di jendela kamarnya.

3. Van Gogh berpikir bahwa karyanya ini akan menjadi karya yang paling gagal daripada karya lukisan lainnya.

4. Fisikawan Jose Luis Aragon melakukan perbandingan dengan cara permainan berputar antara terang dan gelap, yakni melalui karya-karya Van Gogh seperti "Starry Night" dengan ekspresi matematis dari turbulensi dalam kejadian alam seperti pusaran air dan aliran udara. Dirinya menemukan bahwa kedua suasana itu sangat cocok.

Dua lukisan Van Gogh lainnya dari tahun 1890, yaitu "WheatField with Crows and Road with Cypress" dan "Star".

Keduanya juga menampilkan persamaan matematika ini. Aragon menyatakan, Van Gogh secara unik mampu mengomunikasikan kondisi psikosisnya tersebut secara akurat menggunakan campuran warna yang tepat.

5. Analis "Starry Night" menekankan simbolisme pohon cemara bergaya di latar depan, kemudian menghubungkannya dengan kematian dan bunuh diri Van Gogh. Akan tetapi, cemara juga melambangkan keabadian.

Dalam lukisan itu, pohon menjulang ke langit yang menandakan sebagai penghubung langsung antara bumi dan langit. Pelukis itu mungkin telah membuat lebih banyak pernyataan yang penuh harapan daripada banyak pujian padanya.

Interpretasi positif dari simbolisme cemara ini mengacu pada surat kepada saudaranya, seorang seniman yang menyamakan kematian dengan kereta api saat melakukan perjalanan menuju bintang-bintang.

6. Melalui bukunya tahun 2015, "Cosmographics," Michael Benson berpendapat bahwa inspirasi di balik pusaran khas langit "Starry Night" Van Gogh merupakan gambar tahun 1845 oleh astronom William Parsons, Pearl of Rose dari Whirlpool Galaxy.

7. Seorang peneliti telah mengonfirmasi bahwa bintang pagi yang dominan dalam lukisan itu sebenarnya adalah Venus, yang memiliki posisi sama pada saat Van Gogh mengerjakan "Starry Night". Lukisan itu akan bersinar terang, seperti yang dilukis oleh Van Gogh.

8. Bulan dalam lukisan tidak akan berada dalam fase sabit seperti yang ditunjukkan pada saat Van Gogh melukis "Starry Night". Pada kenyataannya, bulan itu hanya berbentuk tiga perempat penuh.

9. Menurut Ahli patologi Paul Wolf, ketertarikan seniman pada warna kuning dalam lukisan seperti "Starry Night" disebabkan oleh adanya penggunaan terlalu banyak digitalis. Digitalis merupakan pengobatan untuk epilepsi pada masanya.

10. Sejak 1441 Lukisan "Starry Night" Vincent van Gogh telah menjadi koleksi permanen Museum of Modern Art di New York City.

Baca juga artikel terkait LUKISAN STARRY NIGHT VAN GOGH atau tulisan lainnya dari Ega Krisnawati

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Dhita Koesno

Artikel Terkait