tirto.id - Lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci pada abad ke-16 yang sekarang terpajang di Museum Louvre, Perancis itu kerap dianggap oleh beberapa orang memiliki unsur-unsur mistis.
Paling terkenal mungkin adalah Mona Lisa selalu memandang kita dari sisi mana pun kita melihatnya.
Tetapi ilusi yang beberapa orang yakini kebenarannya itu dibantah oleh penelitian terbaru. Dua peneliti dari Cluster of Excellence Cognitive Interaction Technology (CITEC) di Bielefeld University menunjukkan bahwa efek Mona Lisa yang sepertinya terus mengikuti kita tidak terjadi dengan lukisan terkenal Leonardo da Vinci itu.
Penelitian berjudul The Mona Lisa Illusion—Scientists See Her Looking at Them Though She Isn’t menjelaskan bahwa, efek Mona Lisa tidak benar-benar melihat ke arah para pengunjung yang berada di samping.
"Orang-orang sangat pandai mengukur apakah mereka dilihat atau tidak oleh orang lain. Psikologi perseptual menunjukkan hal ini pada 1960-an. Orang-orang dapat merasa seperti sedang dilihat dari foto dan lukisan jika orang yang digambar melihat lurus ke depan dari gambar, yaitu, pada sudut pandang 0 derajat,” jelas Gernot Horstmann.
Menurut Horstmann, dengan pandangan yang sedikit ke samping, kita mungkin masih merasa seperti sedang dilihat.
Ini dirasakan seolah-olah orang yang digambarkan sedang melihat ke telingamu dan berkorespondensi sekitar 5 derajat dari jarak pandang yang normal.
Tetapi, seiring dengan meningkatnya sudut, kita tidak akan memiliki kesan dipandang.
Untuk menguji pengamatan ini, Horstmann dan rekan penelitinya, Sebastian Loth meminta 24 peserta dalam penelitian untuk melihat Mona Lisa di layar komputer dan menilai arah pandangannya.
Para peserta duduk di depan monitor. Penggaris lipat sederhana diposisikan di antara mereka dan layar dalam beberapa jarak.
Para peserta kemudian menunjuk ke mana arah pandangan Mona Lisa. Untuk menguji apakah ciri-ciri individu dari wajah Mona Lisa memengaruhi persepsi pemirsa tentang pandangannya, para peneliti menggunakan 15 bagian berbeda dari potret yaitu mulai dari seluruh kepalanya hingga hanya mata dan hidungnya.
Setiap gambar ditampilkan tiga kali secara acak. Di tengah sesi, para peneliti juga mengubah jarak penggaris dari monitor.
Horstmann dan Loth mengumpulkan lebih dari 2000 penilaian dengan cara ini dan hampir setiap pengukuran menunjukkan bahwa pandangan Mona Lisa tidak lurus tetapi ke sisi kanan.
"Para peserta dalam penelitian kami memiliki kesan bahwa tatapan Mona Lisa diarahkan ke sisi kanan mereka. Lebih khusus, sudut tatapan rata-rata 15,4 derajat. Jadi, jelas bahwa istilah Efek Mona Lisa tidak lain adalah istilah yang salah. Ini menggambarkan keinginan kuat untuk dilihat dan menjadi pusat perhatian orang lain agar relevan dengan seseorang, bahkan jika Anda tidak benar-benar mengenalnya,”jelas Horstmann
Dilansir dari Sciencedaily, arahan tatapan juga memainkan peran penting dalam mendesain karakter virtual atau avatar untuk sistem bantu atau game komputer.
"Ketika berkomunikasi dengan avatar, misalnya di lingkungan virtual, tatapan meningkatkan pemahaman kita tentang avatar. Menggunakan tatapan mata mereka, agen virtual dapat mengekspresikan perhatiannya, dan itu dapat menunjuk pada objek yang menjadi atau akan menjadi relevan dengan manusia," jelas Loth.
Editor: Yandri Daniel Damaledo