Menuju konten utama

Kisah Ita di Waingapu Diperbudak hingga Melahirkan Anak

Kisah Ita, anak perempuan di Waingapu, Sumba Timur, yang diperbudak dan diperkosa hingga melahirkan anak tuannya.

Kisah Ita di Waingapu Diperbudak hingga Melahirkan Anak
Ilustrasi Pemerkosaan [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Kisah Ita anak perempuan yang masih berusia 17 tahun di Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) diperbudak sejak masih kanak-kanak hingga melahirkan anak viral di media sosial.

Kisah pilu yang dialami Ita pertama kali viral usai diunggah ke media sosial oleh pengguna akun media sosial Instagram @adimayaniwa pada Kamis (24/10/2024). Kemudian, oleh pengguna postingan tersebut dibagikan menggunakan template Insta Stories.

Setelah itu, ketika berita ini ditulis, telah lebih dari 76,9 ribu pengguna Instagram turut membagikan kisah tersebut. Beberapa pesohor Tanah Air seperti Ruben Onsu, Cinta Laura, dan Luna Maya terpantau turut membagikan postingan tersebut.

Unggahan yang dibagikan berisi kisah Ita yang mengalami perbudakan dan pemerkosaan hingga melahirkan anak. Publik meminta keadilan untuk Ita, menuntut agar kasus tersebut segera ditangani oleh pihak berwajib hingga tuntas.

“TEMAN-TEMAN TAHU GA KALO DI INDONESIA MASIH ADA PERBUDAKAN? (literally manusia dijadikan budak). Ini kasus Ita Seorang anak perempuan usia 17 tahun diperbudak, disiksa dan diperkosa oleh tuannya sejak Ita kelas 2 SD. Ita diperkosa sampai hamil dan melahirkan anak. Bahkan saat Ita sedang menyusui masih diperkosa oleh tuannya,” tulis @adimayaniwa dalam postingan yang dibagikan secara masif di media sosial.

Kasus ini sudah dilaporkan ke polres Sumba Timur, namun sampai saat ini pelakunya belum juga dipanggil. #JUSTICEFORITA. Teman2 tolong bantu up dan Viralkan sampai korban mendapatkan keadilan,” lanjutnya.

Kisah Ita di Waingapu

Kisah Ita secara rinci dijelaskan dalam catatan yang diunggah oleh @adimayaniwa. Catatan tersebut tertanggal 15 Juni 2024, mengisahkan nasib malang yang dialami Ita hanya karena status sosialnya sebagai seorang hamba, membuatnya harus menuruti semua permintaan tuannya.

Catatan kisah tersebut diambil dari kesaksian Mickhel Theddy Theddy ketika mendampingi korban. Mickhel menceritakan, bahwa ia mendampingi seorang anak (Ita) yang diduga diperkosa sejak kelas 2 SD oleh tuannya, suami dari rambunya dan juga anak dari rambunya.

Ita menceritakan peristiwa yang mengerikan itu sembari menangis sesegukan. Ia mengaku diperkosa oleh tuan laki-laki (ayah dan anak) kapanpun mereka mau bahkan ketika Ita menyusui anaknya.

“Anak ini bercerita dengan tangisan penderitaan yang dia alami hingga saat ini, "Saya harus di "Pakai" di saat apapun "Dia" (Tuan Laki2) suka mau " Pakai" saya bahkan saat saya menyusui anak saya "dia" pakai saya, dan ini yang dia lakukan setiap kalinya,” tulisnya.

Ita pernah mengadukan perbuatan keji itu kepada rambunya (tuan perempuan, istri dari terduga pelaku), tapi cacian, hinaan, hingga siksaan yang diterimanya. Ita disebut sebagai perempuan penggoda.

“Di saat saya bercerita ke "Rambu" (istri yang diduga pelaku pemerkosaan/ Tuannya) malah saya disalahkan dianggap saya yang gatal, saya di pukul dan disiksa,” lanjutnya.

Penderitaan Ita sebagai seorang budak tidak berhenti di sana. Ita yang hamil akibat diperkosa juga diancam untuk menutup mulut. Apabila orang lain bertanya, Ita harus mengatakan ayah dari anaknya adalah orang lain.

“Saya diancam mengakui orang lain kalau ada yang bertanya, saya hanya bisa bersabar menerima perlakuan tersebut hingga saya mengandung dan melahirkan seorang bayi perempuan yang sudah berusia 6 bulan,” ujar Ita.

Menerima penderitaan yang tidak berujung, membuat Ita nekad melarikan diri dan meminta perlindungan. Tetapi, di tengah upayanya mendapatkan keadilan, Ita masih mengkhawatirkan nasib dari keluarganya.

“Saya tidak sanggup lagi sehingga saya memberanikan diri keluar dari keluarga tersebut untuk meminta perlindungan, karena saya bukan lagi jadi manusia tapi sudah jadi pelampiasan nafsu mereka,” ujar Ita.

"Pak saya bimbang dan dilema karena kalau saya melaporkan kejadian ini maka saya tidak tau nasib keluarga saya dan juga saya ke depannya sehingga sebenarnya saya hidup tapi hidup dalam lingkaran kematian,” tutur Ita kepada Mickhel.

Menurut catatan tersebut, kasus telah dilaporkan ke Polres Waingapu, Sumba Timur. Tetapi hingga kisah tersebut diunggah ke media sosial, proses hukum terhenti di Polres. Pelaku belum juga dipanggil.

Tanggapan Polres Sumba Timur

Setelah unggahan kisah Ita viral di media sosial, Polres Sumba Timur memberikan tangapan dengan mengomentari unggahan tersebut menggunakan akun media sosial resmi Humas Polres Sumba Timur.

“Terima kasih Sobat Polri atas informasi yang diberikan. Saat ini, kasus tersebut sedang ditangani oleh Satreskrim Polres Sumba Timur dan sudah sampai pada tahap Penyidikan. Terlapor sudah diundang untuk melakukan pemeriksaan di Polres sebanyak 2 kali, namun tidak hadir,” tulis akun Instagram Humas Polres Sumba Timur @humas_res_sumbatimur.

“Selanjutnya, kami akan tetap melaksanakan prosedur penyidikan sesuai dengan aturan yang berlaku. Mohon dukungan dari Sobat Polri agar kasus ini dapat segera terselesaikan. Apabila ada informasi terkait kasus tersebut, dapat menghubungi kami di hotline 085137371183. Terima kasih Sobat Polri,” tutupnya.

Komentar dari Humas Polres Sumba Timur tesebut mendapat tanggapan sinis dari warganet. Banyak yang mempertanyakan keseriusan pihak kepolisian dalam menuntaskan kasus ini. Mengingat kasus telah diproses sejak Juni 2024 namun tidak membuahkan hasil. Warganet menilai seharusnya pihak kepolisian menjemput paksa terduga pelaku apabila telah mangkir sebanyak dua kali saat dipanggil.

Baca juga artikel terkait KASUS VIRAL atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra