Menuju konten utama
Penjarahan Kapal

Kisah Apes Kapten Gordon dan Kapal Penjelajah Inggris HMS Exeter

HMS Exeter ditenggelamkan kapal perusak Jepang di Laut Jawa pada 1942. Pada 2016, bangkai kapal ini dikabarkan telah dijarah tak bersisa.

Kisah Apes Kapten Gordon dan Kapal Penjelajah Inggris HMS Exeter
HMS Exeter, kapal penjelajah berat Inggris sepanjang 175 meter, karam dalam Pertempuran Laut Jawa. tirto.id/Teguh Sabit Purnomo

tirto.id - Sebelum tiba di Jawa, kapal perang Inggris jenis penjelajah berat HMS Exeter sudah terlibat dalam pertempuran River Plate di Amerika Selatan pada 13 Desember 1939. Ketika pertempuran itu terjadi, Kapten Frederick Bell (1897-1973) adalah nahkodanya.

Kerusakan oleh pertempuran membuat HMS Exeter harus diperbaiki. Menurut Leo Marriott dalam Treaty Cruisers: The World's First International Warship Building Competition (2005: 36), perbaikan memakan waktu 12 bulan hingga Maret 1941. Ketika kapal belum turun ke laut, nahkodanya diganti. Dari Kapten Frederick Bell ke Kapten Walter Napier Thomason Beckett (1893-1941).

Sayangnya, usia Kapten Thomason Beckett tidak panjang. Setelah sakit dan dioperasi, Beckett meninggal pada 10 Maret 1941. Demi keberlanjutan komando kapal, Laksamana Muda Edward Neville Syfret (1889-1972), perwira senior di Angkatan Laut Britania Raya, menelepon Kapten Oliver Loudon Gordon (1896-1973).

“Dia memerintahkan aku, pada malam berikutnya, menuju ke Devenport (untuk) mengambil alih HMS Exeter sebagai komandan,” tulis Gordon dalam Fight it Out (1957: 94).

Kapal itu, menurut M.J. Whitley dalam Cruisers of World War Two: An International Encyclopedia (1995: 95), sempat ikut konvoi armada Inggris di sekitar Samudera Atlantik. Setelah Pearl Harbour diserbu Jepang, kapal ini diarahkan ke front Pasifik.

Jack Leonard Sagar Coulter dalam The Royal Naval Medical Service, Volume 2 (1954: 202) mencatat, antara 1 Januari hingga 13 Februari 1942, HMS Exeter ikut mengantar tiga belas konvoi pasukan dan bahan material untuk perang ke Singapura. “Dalam perjalanannya, meski mendapat serangan berat dari udara, kapal ini lolos tanpa kerusakan,” tulis Coulter.

Pada pertengahan Februari, di Selat Gasper, di antara Bangka Belitung, kapal ini diserang pesawat Jepang dari pukul 09.00 hingga 17.00. Pada akhir bulan, kapal ini sudah berada di sekitar Jawa di bawah komando Laksamana Helfrich yang tergabung dalam American-British-Dutch-Australian Command (ABDACOM).

HMS Exater, menurut Peter Plowman dalam Across the Sea to War (2014: 336), sempat mendampingi kapal-kapal sekutu ABDACOM menuju Cilacap, Jawa Tengah. Armada yang dibentuk selama Perang Pasifik dalam Perang Dunia II ini berangkat pada 20 Februari 1942. Setelahnya, Exeter kembali bersama armada lain di sekitar Laut Jawa.

Malam, 28 Februari 1942, menurut Steve Backer dalam Japanese Heavy Cruisers: Myoko and Takao Classes (2011), HMS Exeter angkat sauh menuju Sri Lanka, dikawal dua kapal perusak, HMS Encounter dan USS Pope (AS). Belum lepas dari Laut Jawa, rombongan HMS Exeter kena cegat Angkatan Laut Jepang.

Ketiga kapal sekutu itu pun dikepung dan dihajar torpedo-torpedo dari kapal-kapal perusak Jepang: IJN Ashigara dan Myōkō dari utara serta Nachi dan Haguro dari selatan. Kapten Gordon dan armada yang terjebak itu pun melawan.

Kapten Gordon dalam Fight it Out (1957: 3) menulis, “Di depan ada dua kapal penjelajah besar dengan satu atau lebih kapal perusak. Di selatan, sekitar lima belas mil jauhnya, ada dua kapal penjelajah besar lain dengan tiga atau empat kapal perusak. Rute kami ke Selat Sunda diblokir dan tidak ada yang bisa dilakukan kecuali melawan.”

Gordon menilai armadanya sudah begitu payah dan tak mungkin bisa menang. Menyelamatkan kapal pun sudah tidak mungkin lagi. Ia pun memerintahkan menenggelamkan kapal.

infografik HMS Exeter

Kapten Gordon Selamat, Kapalnya Tidak

“Sekitar pukul 11.35, di atas sistem siaran (yang masih bekerja), saya memberi perintah: Abaikan kapal,” ujar Gordon. (1957: 145).

HMS Exeter pun dinyatakan tenggelam di sekitar Pulau Bawean, 1 Maret 1942. Setelahnya, para awak yang selamat dan terombang-ambing pun beresiko tinggi ditangkapi Angkatan Laut Jepang.

Kapten Gordon, menurut G. Hermon Gill dalam Australia in the War of 1939–1945: Series 2 — Navy: Volume I – Royal Australian Navy, 1939–1942 (1957: 623-624), berhasil ditangkap Jepang. Ia digelandang bersama nahkoda kapal HMS Encounter dan nahkoda kapal USS Pope, ditambah perwira-perwira dan awak-awak lain yang berjumlah lebih dari 600 orang. Mereka dijadikan tawanan perang Jepang.

Menjadi tawanan Jepang bukan hal menyenangkan. Banyak anggota Angkatan Laut sekutu yang jadi tawanan perang diikutsertakan dalam kerja bakti demi militerisme Asia Timur Raya. Salah satunya dilibatkan dalam proyek pembangunan rel kereta api Burma—yang dikenal sebagai Rel Maut. Tak sedikit tawanan perang yang meninggal di masa pendudukan Jepang.

Gordon juga menderita dalam penahanannya. Ia pernah dibawa ke Makassar, tempat Armada Selatan Kedua Angkatan Laut Jepang bermarkas.

Seorang perwira Jepang yang cukup senior dengan sangat pedas menyambut Gordon di Makasar. Perwira Jepang ini begitu penasaran mengapa Gordon sebagai kapten kapal masih hidup.

Gordon menjelaskan bahwa ia telah ditangkap oleh salah satu kapal perusak Jepang. Dengan bahasa Inggris yang kacau, perwira Jepang itu bilang ke Gordon: “Kapten (kapal perang) Jepang tenggelam bersama kapalnya.”

Meski HMS Exeter dinyatakan tenggelam, namanya terus dihidupkan. HMS Exeter dijadikan nama kapal yang dikeluarkan pada April 1978. Kapal ini ikut serta dalam konflik Inggris dengan Argentina di Perang Malvinas pada awal dekade 1980-an.

Belakangan, bangkai kapal HMS Exeter yang tenggelam di Laut Jawa dikabarkan telah dijarah pada 2016. Kapal sepanjang 175 meter itu, termasuk pula HMS Encounter, nyaris seluruhnya lenyap dari dasar laut.

Seorang arkeolog dan peneliti dalam kejahatan maritim berkata kepada The Guardian bahwa menteri pertahanan Inggris dinilai tak bisa melindungi bangkai kapal bersejarah ini karena "terlalu sulit dan terlalu mahal ongkosnya." Meski begitu, ia bilang, dalih semacam itu "sulit diterima oleh publik luas, terutama bagi para veteran dan keluarga korban."

Penelusuran reporter Tirto pada November 2017 juga menduga bahwa seluruh bangkai kapal Exeter telah habis dijarah, bersama kapal perang Belanda di titik koordinat terdekatnya di Laut Jawa, yakni HNLMS De Ruyter, HNLMS Java, dan HNLMS Kortenaer.

=======

Baca juga artikel terkait SEJARAH atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Petrik Matanasi
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Ivan Aulia Ahsan