Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Diserang Kapal Selam Musuh, Ashigara Karam di Laut Bangka

Ashigara adalah kapal besar Angkatan Laut Jepang yang ditenggelamkan kapal selam Sekutu jelang Perang Pasifik berakhir.

Diserang Kapal Selam Musuh, Ashigara Karam di Laut Bangka
Ilustrasi Kapal Ashigara. tirto.id/Sabit

tirto.id - Kawasaki yang dikenal sebagai merek sepeda motor, pernah menjadi nama pabrikan kapal di Kobe, Jepang. Tak tanggung-tanggung, Kawasaki memproduksi kapal perang. Kapal buatan Kawasaki ini, menurut Mark Stille dalam Imperial Japanese Navy Heavy Cruisers 1941–1945 (2014:160) diluncurkan pada 1928 dan digolongkan dalam kapal penjelajah berat kelas Myoko.

Di tahun 1930-an, menurut Steve Backer dalam Japanese Heavy Cruisers: Myoko and Takao Classes (2006:8-10), ketika tentara Jepang menyerbu Cina daratan, kapal ini terlibat dalam pengawalan. Ketika delegasi Jepang hadir dalam penobatan Raja Inggris George VI pada 20 Mei 1937, Ashigara menjadi wakil dari Angkatan Laut Jepang.

Dalam beberapa invasi Jepang ke beberapa negara di Asia-Pasifik, Ashigara juga terlibat. Begitu pun dalam pertempuran di Laut Jawa, kapal ini mengawal penenggelaman beberapa kapal Sekutu.

Sepanjang kurun 1942 hingga 1944, Ashigara tak terlibat aksi-aksi yang gemilang seperti di Pertempuran Laut Jawa. Kapal ini menjadi bagian dari Armada Selatan Kedua di sekitar Indonesia Timur. Kadang berlayar juga ke daerah Pasifik. Sebelum Juni 1945, Ashigara sempat melakukan pelayaran reguler antara Jawa dengan Singapura.

Setelah kemajuan-kemajuan militer yang dicapai pasukan Sekutu, Jepang makin melemah di front Asia-Pasifik. Singapura pun berusaha diperkuat. Untuk itu, pasukan dari tempat lain diarahkan ke sana. Kapal Ashigara ditugasi mengangkut serdadu-serdadu Jepang dari Jawa, wilayah yang diduduki Tentara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang ke-16.

infografik IJN Ashigara

Terhadang Musuh Sebelum Sampai Singapura

Di sekitar Selat Bangka pada 7 Juni 1945, Ashigara sedang berlayar dengan dikawal kapal perusak Kamikaze. “Ashigara tidak memiliki pelindung udara,” tulis C.J. Argyle dalam Japan at War 1937-45 (1976: 118). Maksudnya, tak ada pesawat-pesawat tempur yang mengawal. Kala itu, hampir tak ada kecocokan antara Angkatan Darat dengan Angkatan Laut Jepang.

Apes pun mengintai Ashigara. Di sekitar situ, tiga kapal selam sekutu sedang bercokol. HMS Trenchant (P-331) dan HMS Stygian (P-249) milik Angkatan Laut Inggris, juga USS Blueback (SS-581) milik Amerika.

HMS Trenchant (P331) bukan kapal sembarangan. Kapal selam Inggris yang dinakhodai Komodor Arthur Hezlet (1914-2007) ini tercatat telah menenggelamkan banyak kapal musuh. Menurut Paul Akermann dalam Encyclopedia of British Submarines 1901-1955 (2002: 106), kapal selam ini pernah menenggelamkan kapal selam Jerman U-589 di Selat Malaka pada 23 September 1944.

Arthur Hezlet memang kapten kapal berpengalaman. Waktu menakhodai HMS Trenchant, ia sudah belasan tahun di Angkatan Laut. Ia masuk Royal Navy College di usia 13 tahun pada 1928.

“Pukul 04.00 pada 8 Juni 1945, Hezlet menerima sinyal bahwa kapal penjelajah dan perusak meninggalkan Batavia (Jakarta),” tulis John Winton dalam The Forgetten Fleet (1969: 258). Kapal yang dimaksud adalah Ashigara dan Kamikaze. Keduanya meninggalkan Jakarta pada 3 Juni 1945 untuk menuju Singapura.

Dari Jakarta, kapal itu kembali ke Singapura dengan 1.200 serdadu Jepang dari Divisi ke-48 di dalamnya. Sumber lain, salah satunya Mark Stile, menyebut, ada 1.600 serdadu Jepang di kapal itu. Serdadu-serdadu itu diangkut dengan tujuan untuk memperkuat posisi tentara Jepang di Singapura yang kian terancam oleh gerak sekutu pada 1945.

“Terlihat oleh Hazlet dari arah utara kapal perusak Kamikaze pada 09.55 tanggal 8 Juni 1945 dan meninggalkannya untuk diserang HMS Stygian. Pukul 11.48, Ashigara terlihat enam mil ke arah selatan dan mengarah ke barat laut,” tulis David Hobbs dalam The British Pacific Fleet: The Royal Navy's Most Powerful Strike Force (2012: 245).

Hezlet lalu bermanuver mengambil posisi menyerang. Ketika jarak Trenchant dengan Ashigara sekitar 4 ribu meter, tembakan torpedo pun dilepaskan. Itu terjadi tepat pada pukul 12.09. Ledakan torpedo itu menghasilkan asap yang menyelimuti Ashigara.

“Ketika asap mulai bersih, aku melihat Ashigara terhenti,” tulis Arthur Hezlet dalam HMS Trenchant at War: From Chatham to the Banka (2001: 148-149).

Menurut Hobbs, setengah jam kemudian, Ashigara pun terbalik dan tenggelam. Bersamanya, tenggelam pula sejumlah besar serdadu Jepang. Ketika kapal tenggelam, bertindak sebagai nakhoda adalah Kapten Hayao Miura.

Sementara itu, kapal perusak Kamikaze terbebas dari kehancuran oleh kapal selam Sekutu. Menurut Mark Felton dalam The Sea Devils: Operation Struggle and the Last Great Raid of World War Two (2015), Kamikaze berhasil menyelamatkan 320 orang yang terapung di laut sebelum mengamankan diri ke Singapura.

Bintang Hazlet makin bersinar setelah perang selesai. Laki-laki kelahiran Pretoria, Afrika Selatan, itu, menurut catatan, pernah jadi kapten (dalam Angkatan Laut Indonesia setara kolonel) termuda di Angkatan Laut Inggris, pada usia 36. Sembilan tahun kemudian, di usia 45, ia adalah laksamana termuda. Prestasi besar menenggelamkan Ashigara membuatnya diganjar penghargaan American Legion of Merit.

Hezlet kemudian menulis beberapa buku setelah Perang Dunia II. Selain HMS Trenchant at War: From Chatham to the Banka, Hezlet juga menulis The 'B' Specials: A History of the Ulster Special Constabulary (1973) dan The Submarine and Sea Power (1967).

Baca juga artikel terkait SEJARAH atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Petrik Matanasi
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Ivan Aulia Ahsan