Menuju konten utama

Kinerja Industri Pengolahan Terburuk Dalam 3 Tahun Terakhir

Prompt Manufacturing Index BI pada Q2 2020 mencatat kinerja industri pengolahan berada di kisaran 28,55 persen. Nilai ini memburuk dari Q1 2020 yang berkisar 52,66 persen pada Q1 2020.

Kinerja Industri Pengolahan Terburuk Dalam 3 Tahun Terakhir
Penjaga stan menghidupkan mesin pengemasan produk otomatis pada Pameran Teknologi Manufaktur di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (18/10/2018). ANTARA FOTO/R. Rekotomo/aww.

tirto.id - Kinerja industri pengolahan pada kuartal II (Q2) 2020 terus mengalami kontraksi dari periode sebelumnya. Dari total 5 indikator Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia, seluruhnya mencatatkan tren terburuk selama 3 tahun terakhir.

PMI BI pada Q2 2020 mencatat kinerja industri pengolahan berada di kisaran 28,55 persen. Nilai ini memburuk dari Q1 2020 yang berkisar 52,66 persen pada Q1 2020.

“Kontraksi PMI pada Q2 2020 terjadi pada seluruh komponen pembentuk PMI Bank Indonesia, dengan kontraksi terdalam pada komponen volume produksi,” ucap Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko dalam keterangan tertulis, Senin (13/7/2020).

Onny menjelaskan kontraksi PMI Q2 2020 didominasi oleh dampak anjloknya volume produksi. BI mencatat pada Q2 2020 indeks volume produksi hanya mencapai 25,36 persen memburuk dari Q1 2020 43,10 persen.

Nilai indeks volume produksi ini juga tercatat merupakan yang terburuk dalam 3 tahun terakhir. Pada Q2 2017 indeks volume produksi masih terjaga di kisaran 40 persen. Lalu meningkat konsisten di atas 50 persen selama Q2 2018 dan Q2 2019.

Tren serupa juga terjadi pada 4 indeks lainnya. Sebab selama Q2 2017, 2018, dan 2019 berbagai indeks ini masih bisa dijaga serendah-rendahnya di kisaran 40 persen bahkan melampaui 50 persen.

Indeks volume pesanan barang input pada Q2 2020 hanya 28,95 persen. Indeks volume persediaan barang jadi pada Q2 2020 tercatat hanya 32,28 persen. Indeks penggunaan tenaga kerja Q2 2020 tercatat 31,84 persen. Terakhir indeks kecepatan penerimaan barang input hanya mencapai 26,18 persen.

“Sejalan dengan menurunnya permintaan sebagai dampak pandemi COVID-19,” ucap Onny.

Dari per subsektor ada tiga industri yang mencatatkan PMI terburuk. Pertama industri Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki berada pada level memiliki PMI senilai 19,10 persen. Lalu subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya hanya mencapai 19,75 persen. Kertas Kertas dan Barang Cetakan hanya mencapai level 24,11 persen.

“Secara sektoral, seluruh subsektor mencatatkan kontraksi pada triwulan II-2020, dengan kontraksi terdalam pada subsektor Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki,” ucap Onny.

Kendati memburuk pada Q2 2020, BI kata Onny optimis tren ini bisa segera membaik di Q3 2020. Posisi PMI BI pada Q3 2020 diperkirakan tetap terkontraksi tetapi sudah mendekati ambang batas 50 persen untuk memasuki fase ekspansi.

“PMI Bank Indonesia pada Q3 2020 diprakirakan sebesar 45,72 persen, meningkat dari 28,55 persen pada triwulan II-2020,” ucap Onny.

Baca juga artikel terkait PEREKONOMIAN KUARTAL II atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Reja Hidayat