tirto.id - Kebakaran di Bromo akibat flare prewedding yang terjadi sejak Rabu (6/9/2023) lalu masih belum sepenuhnya padam. Usaha pemadaman diketahui mengalami sejumlah kendala sehingga kebakaran yang melanda Blok Savana Lembah Watangan atau Bukit Teletubbies tersebut masih terus meluas.
Sebagai informasi, Bukit Teletubbies yang masuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) tersebut dipenuhi rumput kering sehingga sangat mudah tersulut api. Angin yang cukup kencang membuat kobaran api meluas dan menyebabkan kebakaran semakin tak terkendali.
Selain itu, sumber air juga cukup jauh sehingga kebakaran tidak bisa langsung dipadamkan dengan cepat. Sampai saat ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat luas lahan yang terbakar sudah mencapai 274 hektare.
Penyebab Kebakaran Bromo Akibat Flare Prewedding Sulit Padam
Dikutip dari Antaranews, Balai Besar TNBTS telah berusaha mengerahkan sekitar 100 personel untuk mengatasi kebakaran lahan di Bromo. Sayangnya ada beberapa kendala yang membuat para personel kesulitan memadamkan kebakaran yang sudah berlangsung selama beberapa hari tersebut.
Pihak Balai Besar TNBTS mengungkapkan bahwa setidaknya ada tiga hal yang menjadi kendala pemadaman, yaitu vegetasi kering, angin, serta lokasi yang sulit dijangkau.
Vegetasi kering memang mudah tersulut api sehingga kebakaran mudah sekali meluas. Di sisi lain, angin kencang tak hanya memudahkan api menjalar, tapi juga membuat api terus menyala sehingga kebakaran makin sulit untuk dipadamkan.
Pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga menyebutkan bahwa akses ke lokasi kebakaran tergolong sulit. Area yang berbukit dan terjal membatasi gerak tim pemadam sehingga mereka kesulitan mengatasi kebakaran secara maksimal.
Seperti yang diketahui, kebakaran di Gunung Bromo dipicu oleh penggunaan flare atau suar oleh pengunjung yang melakukan sesi foto prewedding. Kebakaran pun terus meluas selama berhari-hari, bahkan beredar video yang menampakkan tornado api di kawasan lahan yang terbakar, tepatnya pada Minggu (10/9/2023) lalu.
Tornado api sendiri merupakan fenomena ketika kobaran api terbawa oleh pusaran angin. Hal ini membuat api terlihat berputar dan menjulang ke atas seperti tornado.
Dalam kondisi normal, pusaran angin sebenarnya adalah hal yang biasa terjadi di kawasan Bromo, terutama saat ada angin kencang. Namun karena saat ini sedang terjadi kebakaran, pusaran angin terjadi tepat di atas titik api sehingga menimbulkan fenomena tornado api.
Sementara itu, kebakaran yang terus meluas dan sulit dipadamkan memaksa Balai Besar TNBTS menutup seluruh akses menuju kawasan wisata Gunung Bromo.
Penutupan ini bertujuan untuk memudahkan proses pemadaman api dan sudah diberlakukan sejak Minggu (10/9/2023) pukul 19.00 hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari