tirto.id - Bupati Bandung Barat, Ritchie Ismail menetapkan kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Hal ini diambil Ritchie sebagai upaya untuk mempercepat investigasi.
Sebanyak kurang lebih 500 siswa yang terdiri dari siswa SD, MTs, SMP, hingga SMK di Kecamatan Cipongkor, Bandung Barat mengeluhkan gejala keracunan makanan pada Rabu (24/9).
Pada Senin (22/9) juga terjadi dugaan keracunan makanan yang dialami oleh 411 siswa, sehingga jumlah total siswa yang diduga keracunan MBG di Kecamatan Cipongkor mencapai 911 siswa.
Bupati Bandung Barat Tetapkan KLB Keracunan MBG Untuk Percepat Investigasi
Kasus dugaan keracunan menu MBG ini tergolong besar karena jumlahnya yang hampir menuju seribu siswa. Langkah awal yang diambil oleh Bupati Bandung Barat, Ritchie Ismail adalah dengan menetapkan ini sebagai KLB.
Menurut Jeje, sapaan Ritchie Ismail, penetapan KLB keracunan MBG ini penting untuk mempercepat proses investigasi sehingga penyebab keracunan dapat segera terungkap.
“Jadi sekarang juga kita sudah menetapkannya sebagai statusnya KLB supaya penangannya lebih cepat dan juga lebih menyeluruh seperti itu,” ujar Jeje dikutip Antara (23/9).
Tak hanya menetapkan KLB, Jeje juga menutup dapur MBG yang memproduksi dan mendistribusikan menu MBG ke sekolah-sekolah di Kecamatan Cipongkor.
“Mulai dari perizinan hingga standarisasi pengelolaan makanan harus kita cek. Kalau memang belum layak, ya kita lakukan perbaikan. Khusus dapur di Cipongkor ini kita tutup dulu untuk investigasi,” tegasnya.
“Semuanya tetap kita evaluasi karena data yang saya dapat, 85 dapur memang masih belum memiliki sertifikasi. Yang kita stop saat ini baru dapur di Cipongkor,” tambahnya lagi.
Siswa di Kecamatan Cipongkor mengeluhkan mual, sesak nafas, pusing, lemas, hingga kejang setelah menyantap menu MBG. Mereka kemudian mendapatkan pertolongan medis di Puskesmas Cipongkor, Posko Kecamatan Cipongkor, Klinik Permata, RSIA, sdan RSUD Cililin.
Pemprov Jabar telah berkoordinasi dengan beberapa faskes di Bandung Raya untuk penanganan pasien.
“Paling tidak ada Rumah Sakit Cibabat, Rumah Sakit Dustira, Rumah Sakit Otista, Rumah Sakit Sartika Asih, Cahya Kawaluyan, Parahyangan, termasuk RS Al-Islam. Jadi untuk rumah sakit tidak kekurangan, tempat tidurnya juga kami siapkan maksimal,” papar Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman.
KPAI Ungkap Hasil Survei MBG, Apa Hasilnya?
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengadakan survei kelayakan MBG dengan responden adalah anak-anak. Dari survei tersebut, didapat hasil yang menyebut jika mayoritas siswa tidak menyukai menu MBG karena tidak segar dan basi.
"Dari 1.624 responden anak, ada 583 anak menerima makanan MBG sudah rusak, bau, dan basi. Bahkan, 11 responden menyatakan meski sudah rusak, bau, dan basi, mereka tetap mengkonsumsinya karena berbagai sebab. Kemudian, responden anak meminta adanya penyesuaian MBG," terang Wakil Ketua KPAI Jasra Putra.
Selain meminta penyesuaian menu MBG, responden yang terdiri dari 1.624 anak dan anak disabilitas itu juga ada yang menyebut pernah melihat adanya ulat dalam menu MBG mereka.
Ketiga, anak-anak juga berharap MBG disajikan dalam keadaan masih baru sehingga dapat menggugah selera makan mereka.
Penulis: Prihatini Wahyuningtyas
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Masuk tirto.id


































