tirto.id - Direktur Jenderal Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 386 WNI yang berada di Iran dan 194 WNI di Israel di tengah konflik antara Israel dan Iran. Ratusan WNI itu masih bertahan dalam kondisi aman dan tidak ada yang menjadi korban, meski kedua negara tersebut tengah bergejolak dan saling mengirimkan rudal sebagai bentuk aksi saling serang.
"Komunikasi dengan para WNI terus dilakukan, 386 WNI berada di Iran, dan 194 WNI berada di Israel. Hingga saat ini tidak ada WNI yang menjadi korban," kata Judha Nugraha dalam keterangan pers, Senin (16/6.2025).
Judha menjelaskan bahwa Kementerian Luar Negeri, KBRI Teheran, dan KBRI Amman terus melakukan komunikasi dan monitor kepada para WNI di tengah situasi konflik tersebut.
"Kemlu, KBRI Tehran, KBRI Amman dan Perwakilan RI di Timur Tengah terus memonitor situasi di Iran dan Israel," katanya.
Selain itu, terdapat WNI yang terdampar dan tidak bisa pulang ke Indonesia karena ditutupnya penerbangan di sejumlah negara akibat gejolak Iran-Israel. Judha merincikan 42 peziarah di Israel, 8 jamaah haji di Jordan dan 2 WNI peziarah di Teheran. Para WNI tersebut, kata Judha, telah mendapat pertolongan dari KBRI Amman dan Teheran.
"Beberapa WNI yang melakukan perjalanan singkat mengalami stranded karena tutupnya wilayah udara dan berhentinya penerbangan," kata dia.
Secara terpisah, Ketua Komisi I DPR RI, Utut Adianto, mengungkap bahwa kondisi konflik yang terjadi antara Iran-Israel telah memasuki era perang modern. Hal itu terindikasi dari senjata dan amunisi yang digunakan jauh berbeda dari sejumlah perang yang selama ini berada di benak masyarakat.
"Ternyata perang modern beda sekali dengan perang yang kita persepsikan seperti sekarang. Drone yang ikut menembak juga banyak, tapi kita belum bisa bercerita dalam jumlah dan titik mana saja," kata Utut.
Dirinya mengilustrasikan dengan film Star Wars yang menceritakan proses perang dengan menggunakan teknologi dan aksi saling balas dengan tembakan misil antara kedua negara. Dia menceritakan bahwa perang saat ini lebih cenderung menggunakan kekuatan dari matra udara dibanding kavaleri darat seperti teknologi sama dulu.
"Ternyata perang udara-lah penentunya sekarang ini. Kalau dahulu kan artilerinya tembak dulu, infanterinya masuk, ada kavaleri. Nah, sekarang kelihatannya kalau diikutin saja di media-media itu kayak film Star Wars, tembak, tapi begitu jatuh, orang tau-tau sudah merongrong meratapi kematian,” kata Utut.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Andrian Pratama Taher
Masuk tirto.id


































