Menuju konten utama

Kemenkes Sebut Balita Tewas di Sukabumi karena Cacing Gelang

Aji menyebut telur itu akan menetas menjadi larva di usus halus dan kemudian cacing itu memicu pneumonia dan berujung keluar cacing.

Kemenkes Sebut Balita Tewas di Sukabumi karena Cacing Gelang
Gedung-kemenkes. FOTO/cpns.kemkes.go.id

tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) buka suara terkait kasus meninggalnya bocah perempuan bernama Raya (4) di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Sukabumi, Jawa Barat yang diketahui tewas setelah mengalami cacingan akut.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, menjelaskan bahwa penyakit yang menimpa bocah tersebut adalah kasus dengan jenis cacing gelang sebab memiliki ukuran paling besar. Cacing itu, disebutnya, juga gampang terlihat dengan mata.

“Sehingga bisa dilihat dengan mata biasa dan mudah dikenali dengan ukuran berkisar antara 10-35 cm,” ujar Aji dalam keterangannya Rabu (20/8/2025).

Bila telur infektif tertelan, Aji menyebut telur itu akan menetas menjadi larva di usus halus. Kemudian, cacing itu menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu terbawa aliran darah ke jantung dan paru hingga bisa menyebabkan terjadinya Pneumonia. Hal itu bisa memunculkan gejala batuk, pilek, tidak sembuh dalam waktu lama, bisa keluar cacing dari hidung dan sesak nafas.

Sebagai langkah pencegahan, Kemenkes mengimbau masyarakat menjaga perilaku hidup bersih dan sehat, di antaranya buang air besar di jamban, mencuci tangan dengan sabun di lima waktu penting, memakai alas kaki, serta mencuci makanan dengan benar.

Bagi yang menderita cacingan, Kemenkes menyebut bahwa pemerintah juga menyediakan obat cacing Albendazol gratis di puskesmas, dan membagikannya secara massal dua kali setahun untuk anak usia 1–12 tahun melalui posyandu maupun sekolah.

“Bersamaan dengan pembagian vitamin di posyandu, atau bersamaan dengan kegiatan UKS di sekolah,” kata Aji.

Sebagai informasi, berdasarkan keterangan Kemenkes, kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Setidaknya tiga jenis cacing yang umum menginfeksi anak-anak, khususnya usia prasekolah, yaitu Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Ancylostoma duodenale (cacing tambang), dan Trichuris trichiura (cacing cambuk).

“Infeksi dari cacing yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminths/STH) yaitu cacing yang dalam siklus hidupnya memerlukan tanah untuk berkembang biak,” ujar Aji.

Aji menyebut cacing STH yang banyak di Indonesia adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale, Necator americanus).

Cacingan sebabkan gangguan pada intake makanan, pencernaan, penyerapan serta metabolismenya. Secara kumulatif, infeksi cacing atau cacingan dapat menimbulkan kerugian gizi berupa kekurangan kalori dan protein serta kehilangan darah sehingga berdampak pada perkembangan fisik, kecerdasan, dan ketahanan tubuh.

Infeksi cacing gelang, cacing cambuk, dan cacing tambang sangat erat dengan kebiasaan defekasi (buang air besar/BAB) sembarangan, tidak mencuci tangan sebelum makan dan bermain/bekerja di tanah tanpa pakai alas kaki.

Baca juga artikel terkait CACINGAN atau tulisan lainnya dari Rahma Dwi Safitri

tirto.id - Flash News
Reporter: Rahma Dwi Safitri
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Andrian Pratama Taher