tirto.id - Kementerian Perhubungan memastikan bahwa layanan penyeberangan lintas Ketapang-Gilimanuk telah kembali normal setelah sempat mengalami kemacetan parah akibat perbaikan jalan pada Jalur Gumitir–jalan utama penghubung Banyuwangi dan Jember.
Berdasarkan pemantauan lapangan di kedua sisi pelabuhan sejak pukul 04.41 WIB di Ketapang dan pukul 07.30 WITA di Gilimanuk, sebanyak 26 kapal di Pelabuhan Ketapang dan 27 kapal di Pelabuhan Gilimanuk telah beroperasi aktif melayani arus penumpang dan kendaraan.
26 Kapal yang beroperasi di Pelabuhan Ketapang terdiri dari 14 kapal di Dermaga MB dengan pola 8 Trip, 10 kapal di Dermaga LCM dan dan 2 kapal perbantuan di Dermaga Bulusan.
Sedangkan 27 kapal yang beroperasi di Pelabuhan Gilimanuk terdiri dari 19 kapal di Dermaga MB dan 8 kapal di Dermaga LCM.
“Hari ini lalu lintas di area pelabuhan, termasuk aktivitas bongkar muat kendaraan, terpantau lancar dan terkendali, meskipun muatan didominasi oleh kendaraan logistik,” ujar Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Muhammad Masyhud dalam keterangan resminya, Selasa (29/7/2025).
Sementara itu, antrean yang terjadi di jalan menuju Pelabuhan Ketapang adalah kendaraan yang sedang menunggu antrean masuk ke Buffer Zone Bulusan.
Masyhud juga menyampaikan bahwa pihaknya mengambil sejumlah langkah cepat dan terukur untuk mengurai kepadatan kendaraan di Pelabuhan Ketapang menuju Gilimanuk.
Salah satu fokus utama penanganan adalah mempercepat proses bongkar-muat kendaraan barang, khususnya di lintasan kapal LCM yang menghubungkan Ketapang dan Gilimanuk. Kapal-kapal yang melayani rute ini diarahkan untuk mempercepat waktu sandar dan muat agar antrean tidak menumpuk.
Selain itu, dua kapal perbantuan juga dioperasikan di Dermaga Bulusan, yaitu KMP. Portlink VII dan KMP. Tunu Pratama Jaya 5888, sebagai upaya tambahan untuk mempercepat arus kendaraan barang yang menunggu giliran menyeberang.
“Kami terus menjaga koordinasi erat bersama operator dan KSOP untuk merespons setiap perubahan operasional secara real-time,” tambah Masyhud.
Selain itu, Kementerian Perhubungan memastikan proses pengaturan muatan di pelabuhan dilakukan secara ketat untuk menjamin keselamatan pelayaran, sesuai ketentuan yang berlaku.
“Dalam situasi seperti ini, keselamatan pelayaran tetap menjadi prioritas utama. Kami mengimbau masyarakat dan pengguna jasa untuk tetap tenang dan mengikuti informasi resmi dari otoritas Pelabuhan,” tuturnya.
Sebagai informasi, preservasi jalan nasional pada Jalur Gumitir sempat menyebabkan pengalihan arus kendaraan logistik menuju akses lain yang bermuara ke Pelabuhan Ketapang, dan berimbas pada penambahan beban lalu lintas di kawasan sekitar pelabuhan.
Tak hanya berdampak pada kawasan pelabuhan, perbaikan jalan tersebut juga menyebabkan distribusi bahan bakar minyak (BBM) di wilayah Jember mengalami gangguan serius sejak Sabtu (26/7/2025).
Bahkan, hingga Senin (28/7/2028), penutupan tersebut juga menyebabkan antrean panjang kendaraan roda dua dan roda empat di hampir seluruh SPBU di Kabupaten Jember.
Sales Brand Manager Pertamina Area Jember, Hendra Saputra, menjelaskan bahwa sebelum penutupan jalur Gumitir, pihaknya telah memberangkatkan sejumlah truk tangki dari depo Banyuwangi. Namun, distribusi terhambat akibat kemacetan parah di tengah perjalanan.
“Penumpukan terjadi karena adanya pembatasan operasional kapal di Pelabuhan Ketapang. Ketika Gumitir ditutup, truk-truk tangki harus menempuh jalur alternatif yang lebih jauh,” sebut Hendra.
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































