Menuju konten utama

Kapan Maulid Nabi 2025 & Tanggal Berapa Hijriah Kalender Islam?

Maulid Nabi 2025 dirayakan kapan dan tanggal berapa Hijriah dalam kalender Islam? Cek selengkapnya.

Kapan Maulid Nabi 2025 & Tanggal Berapa Hijriah Kalender Islam?
Tulisan nabi muhammad. FOTO/iStock

tirto.id - Maulid Nabi 2025 akan dirayakan umat Islam di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Lantas, kapan Maulid Nabi 2025 dirayakan dan tanggal berapa Hijriah dalam kalender Islam? Cek selengkapnya.

Di Indonesia, Maulid Nabi atau kelahiran Nabi Muhammad saw diperingati dengan berbagai kegiatan. Di antaranya seperti pembacaan Barzanji (riwayat hidup Nabi), pengajian umum, bersholawat, khitan massal, dan beberapa kegiatan yang mengisahkan perjuangan dan keseharian Nabi.

Kegiatan tersebut merupakan ekspresi kebahagiaan umat Islam dalam menyambut peringatan kelahiran Nabi Muhammad saw sebagai tauladan bagi umat Islam.

Kapan Maulid Nabi 2025 & Bagaimana Asal Usul Perayaan?

Maulid Nabi diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Mengacu kalender 1447 Hijriah yang diterbitkan oleh Kementerian Agama, 1 Rabiul Awal nantinya jatuh pada hari Senin, 25 Agustus 2025.

Kemudian, akhir Rabiul Awal atau 29 Rabiul Awal bertepatan dengan Senin, 22 September 2025. Merunut kelender tersebut, maka 12 Rabiul Awal diperkirakan bertepatan dengan hari Jumat, 5 September 2025.

Meski begitu, umat Islam biasanya menggelar perayaan Maulid Nabi 2025 sejak memasuki awal bulan Rabiul Awal hingga akhir. Di berbagai daerah, masyarakat memiliki tradisi khusus untuk menyambut peringatan Maulid Nabi.

Masyarakat Madura memiliki tradisi Muludhen. Masyarakat Minang memiliki tradisi Bungo Lado. Warga Kudus mempunyai tradisi Kirab Ampyang dan masyarakat di Yogyakarta memiliki tradisi Sekaten.

Perayaan digelar tidak lain sebagai bentuk penghormatan, pengingatan kebesaran, dan keteladanan Nabi Muhammad saw dengan berbagai bentuk kegiatan budaya, ritual dan keagaamaan.

Ilustrasi Maulid Nabi

Ilustrasi Maulid Nabi. foto/istockphoto

Ahli Tafsir Al-Qur’an Prof Quraish Shihab, dikutip melalui “Maulid: Sejarah, Tradisi, dan Dalilnya” yang ditulis Muhammad Fizin via laman NU Online, menjelaskan bahwa Maulid Nabi yang dirayakan secara meriah baru digelar pada zaman Dinasti Abbasiyah, khususnya masa kekhalifahan Al-Hakim Billah.

Maulid Nabi digelar dalam rangka memperkenalkan Nabi Muhammad saw kepada setiap generasi. Melalui pengenalan tersebut, diharapkan umat Islam dapat mencintai dan meneladani Nabi Muhammad SAW.

Lebih lanjut, seorang bernama Khaizuran (170 H/786 M) yang merupakan ibu dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid datang ke Madinah dan memerintahkan penduduk mengadakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi.

Dari Madinah, Khaizuran juga menyambangi Makkah dan melakukan perintah yang sama kepada penduduk Makkah untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad.

Jika di Madinah bertempat di masjid, Khaizuran memerintahkan kepada penduduk Makkah untuk merayakan Maulid di rumah-rumah mereka, menurut catatan Ahmad Tsauri dalam Sejarah Maulid Nabi (2015) yang ditulis oleh Fathoni Ahmad via laman NU Online.

Melalui peringatan Maulid Nabi tersebut, umat Islam dapat menambah pemgetahuan melalui pengajian saat Maulid Nabi dan meneladani perilaku-perilaku Nabi Muhammad SAW.

Mengutip “Maulid: Sejarah, Tradisi, dan Dalilnya” yang ditulis Muhammad Fizin via laman NU Online, peringatan Maulid Nabi merupakan sunah taqririyyah, yaitu perkataan, perbuatan yang tidak dilakukan nabi, tetapi dibenarkan Rasulullah saw.

Hal ini dibenarkan melalui kisah Ka’ab bin Juhair bin Abi Salma yang memuji-muji Nabi Muhammad dalam bait nadhom yang sangat panjang di hadapan Nabi. Kala itu, Nabi tidak melarang Ka’ab. Malah memberinya hadiah selimut bergaris-garis yang sedang Nabi pakai, yang dalam bahasa Arab disebut Burdah.

Baca juga artikel terkait MAULID NABI atau tulisan lainnya dari Sarah Rahma Agustin

tirto.id - Edusains
Kontributor: Sarah Rahma Agustin
Penulis: Sarah Rahma Agustin
Editor: Beni Jo