Menuju konten utama
Kuswara

"Kami Hadir Karena Cinta pada Persib"

"Tidak semua bisa disampaikan ke publik. Kami sudah sesuai ketentuan," kata Kuswara mengenai proses pembentukan PT Persib Bandung Bermartabat.

Ilustrasi Kuswara S Taryono. tirto.id/Sabit

tirto.id - Reporter Tirto berkali-kali mencoba menemui Umuh Muchtar, Kuswara S. Taryono, dan Zainuri Hasyim, tiga orang komisaris dan pemegang saham PT Persib Bandung Bermartabat (PT Persib). Tirto sempat menemui salah dua dari mereka saat berlangsung peluncuran akademi Persib pada 14 Februari di Bandung. Namun pertemuan berlangsung terlalu singkat sehingga tidak cukup untuk menggali informasi dan konfirmasi tentang peralihan Persib dari perserikatan menjadi PT, termasuk proses ketiganya bisa menjadi pemegang saham.

Tirto berkali-kali mendatangi rumah Umuh di Gang Desa, Kiara Condong, pada 15 Februari dan 10-11 Maret, tetapi keluarganya mengatakan Umuh "sedang di luar kota". Sedangkan Zainuri saat berhasil dihubungi memberi arahan untuk mewawancarai Kuswara. Setelah itu, Tirto berkali-kali berusaha menemui Kuswara di kediamannya, serta mencoba mengontak via telepon dan mengirim pesan via WhatsApp. Tirto bahkan sempat menunggu salah satu dari mereka di sebuah acara resepsi perkawinan. Hasilnya nihil.

Pada sore menjelang malam 13 Maret 2018, Kuswara akhirnya menghubungi Tirto dan mengajak bertemu keesokan harinya, 14 Maret 2018, bertepatan dengan ulang tahun Persib ke-85, sekaligus tenggat laporan-laporan tentang kepemilikan Persib harus tayang. Tirto memutuskan memundurkan jadwal tayang sejumlah naskah untuk menyimak dan memberi ruang pada versi yang hendak disampaikan Kuswara, dkk.

Wawancara berlangsung di Graha Persib, Jalan Sulanjana No. 17, sesuai permintaannya. Ini menjadi kali kedua kami mendatangi Sulanjana, sebelumnya pada 12 Maret 2018 kami juga melakukannya namun saat itu Zainuri menampik untuk ditemui.

Pengacara ini membuka perbincangan dengan meminta maaf karena baru mau diwawancarai. Ia juga menyampaikan dua koleganya yang lain, Umuh Muchtar dan Zainuri Hasyim (sama-sama menduduki komisaris PT Persib), karena "kesibukan masing-masing" tidak bisa diwawancarai. Secara jelas Kuswara menyampaikan pernyataan-pernyataannya kepada Tirto dalam sesi wawancara sudah mewakili yang lain, khususnya Umuh dan Zainuri.

Baca upaya konfirmasi kami dalam laporan: "Geng Bandung" di Persib dan Tersingkirnya 36 Klub Lokal

"Maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan atau kami yang kurang responsif. Tapi itu saja yang bisa saya sampaikan. Yang saya sampaikan pun sudah cukup mewakili yang lain, yang mungkin sampai saat ini tidak bisa dihubungi karena kesibukannya masing-masing," ujar Kuswara.

Perbincangan kami sebenarnya lebih banyak diarahkan Kuswara pada hal-hal lain di luar urusan Persib, khususnya soal pers. Mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang kepemilikan Persib, jawaban-jawaban yang dia berikan bisa dibilang cenderung diplomatis, tak terlalu terbuka.

Kuswara meminta saya tidak merekam wawancara ini, hanya boleh dicatat dengan alasan "biar lebih akrab". Berikut petikan wawancaranya:

Tahun 2008 setiap klub di Indonesia wajib berbadan hukum, tak terkecuali Persib. Nah, bagaimana transisi dari Persib yang merupakan induk 36 klub, melalui Pemkot Bandung yang diwakili Dada Rosada, ke lima orang di PT Persib Bandung Bermartabat?

Setelah era perserikatan, klub wajib mandiri. Itu jadi perhatian kami. Kami mendasari PT dengan tujuan supaya PS-PS (Persatuan) ini maju juga. Itu semua melalui proses yang sesuai dengan undang-undang PT. Soal itu, ada wilayah privasilah antara PT Persib dan PS-PS itu sendiri.

Berbicara legal ini enggak bisa sepotong. Segala sesuatu harus dilihat secara komprehensif. Pada intinya, PT didirikan sebagai perjuangan untuk menyelamatkan Persib juga. PT ini didirikan tidak hanya untuk syarat formal. Tapi untuk membuat Persib maju walaupun belum sempurna.

Baca juga wawancara dengan Dada Rosada: "Enggak Ingat Saya Enggak Apa-Apa, Asal Ingat 36 Klub"

Untuk kepentingan Persib, kok, 36 klub jarang dilibatkan dalam keputusan-keputusan manajemen? Bahkan bisa dibilang terlupakan, hanya muncul di isu-isu tertentu.

Sebetulnya enggak gitu juga. Komunikasi terus ada, seperti saat ada acara-acara, pasti kami undang. Yah, mungkin kurang sempurna. Itu saran yang bisa saya tampung.

Tapi Persib yang awalnya perserikatan menjadi PT ini murni, tidak ada yang punya kepentingan pribadi. Tidak seperti di klub lain. Tujuannya, PT ini supaya mandiri. Mungkin sebagai organisasi kurang sempurna. Tapi keputusan PT acuannya sesuai ketentuan yang ada. Tujuannya tetap semuanya yang terbaik untuk Persib.

Lagi, kalau memang untuk "kepentingan Persib," kok Pemkot tidak punya saham di Persib? Padahal Pemkot sudah membiayai selama puluhan tahun.

Persib menjadi seperti sekarang ini melalui proses panjang. Bisa dikatakan perjuanganlah. Bayangkan kalau tidak ada teman-teman (pemilik saham) saat itu (saat APBD tidak bisa membiayai klub), bisa tidak ikut liga, kan.

Jadi soal itu, kami mengacu ke ketentuan hukum dalam UU PT. Tidak bisa serta merta juga Pemkot membiayai PT, dananya tidak bisa sembarangan. Intinya, PT Persib Bandung Bermartabat pastinya tidak melupakan sejarah para pendiri.

Kami tidak melupakan historis. Contohnya, kami selain ke depan Persib punya kantor sendiri, kami pengin punya stadion mini, museum; itu juga bentuk penghargaan kami pada sejarah. Sekarang juga ada akademi. Klub-klub anggota juga bisa menyumbang pemain ke akademi. Tapi, ya, mungkin itu belum sempurna.

Kenapa Zainuri Hasyim dan Umuh Muchtar yang mendapatkan saham terbesar? Bahkan, kok, bisa Yoyo Adiredja dan Iwan Hanafi punya saham padahal mereka tak menyuntikkan modal ke PT?

Soal itu (Yoyo dan Iwan) nanti saya cek. Tapi semuanya lewat proses secara legal. Soal ini yang masuk di wilayah internal, saya bilang soal privasi. Pokoknya, itu bagian dari komitmen awal.

Yang harus dipahami adalah pemilik saham di Persib ini datang dengan clean. Tidak punya kepentingan apa pun. Jadi, setiap keputusan yang diambil pun semuanya supaya Persib maju. Walaupun PT tidak semata-mata berpikir bisnis. Itu tadi: kami clean. Atas rasa cinta ke Persib. Walau perbedaan pendapat ada, wajar terjadi. Tapi kami satu tujuan.

Berarti lima orang pemegang saham PT Persib, termasuk Anda, kini merepresentasikan bahwa Persib dimiliki individu, dong?

Kami enggak terpikir main bisnis. Latar belakang kami beda-beda; Pak Umuh dari pengusaha, Pak Zainuri dari militer, saya dari pengacara. Tapi kami semua sama-sama cinta Persib. Bahkan itu juga lahir dari rasa cinta pada historis Persib.

Misalnya juga, Erick Thohir, secara bisnis tidak terlalu menguntungkan akademi Inter bekerja sama dengan Persib. Tapi itu tujuannya tetap buat kebaikan Persib.

Soal proses pembentukan PT Persib Bandung Bermartabat, perjanjian antara Dada Rosada yang saat itu mewakili Pemkot dan 36 klub dan. Surat mandatnya untuk Umuh saja atau memang kepada lima orang?

Tidak semua bisa disampaikan ke publik. Kami sudah sesuai ketentuan.

src="//mmc.tirto.id/image/2018/03/14/tunggal-tvr-persib-13-03-18-01_ratio-9x16.jpg" width="860" alt="Kepemilikan Saham PT Persib Bandung Bermartabat" /

Tapi seandainya Dada sudah menyelesaikan masa tahanan, lalu minta bagian saham atau minta saham dikembalikan ke klub, bagaimana? Apakah ada perjanjian-perjanjian yang memungkinkan itu?

Kami di sini berpikir khusnudzon saja. Berpikir yang baik-baiklah. Intinya, manajemen hanya concern terhadap pengelolaan.

Jika misalnya saham Persib di-IPO-kan, dijual untuk umum, berarti individu-individu ini untung besar, dong?

Dari dulu sudah sering ada opini atau usul supaya Persib dibuka untuk publik. Tapi kami tidak mau mengandai-andailah. Kami fokus untuk pembenahan sekarang, fokus untuk membuat Persib maju.

Kami masih penasaran soal mandat itu dari Dada ke Umuh atau ke lima orang?

Haha.... Soal itu nanti saya kroscek. Itu, kan, soal administrasi. Pokoknya itu saja yang bisa saya sampaikan.

Baca juga artikel terkait PERSIB atau tulisan lainnya dari Ardy N Shufi

tirto.id - Olahraga
Reporter: Ardy N Shufi
Penulis: Ardy N Shufi
Editor: Fahri Salam