Menuju konten utama

Jerit Pedagang Kuliner Khas Solo saat Harga Kelapa Tak Mau Turun

Kenaikan harga kelapa parut membuat pelaku usaha kuliner di Kota Solo pusing lantaran tak kunjung kembali ke kondisi normal.

Jerit Pedagang Kuliner Khas Solo saat Harga Kelapa Tak Mau Turun
Pekerja menyelesaikan pembuatan makanan tradisional serabi khas Solo di Notosuman, Serengan, Solo, Jawa Tengah, Rabu (7/5/2025). ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/tom.

tirto.id - Kenaikan harga komoditas pasar, kelapa parut di wilayah Kota Surakarta atau Solo tak terbendung selama beberapa bulan terakhir.

Komoditas kelapa parut yang normalnya berkisar Rp7.000 per butir tersebut kini mencapai harga Rp15.000 per butir di pasar-pasar tradisional seperti Pasar Legi Kota Surakarta.

Widodo, salah satu pedagang kelapa parut di Pasar Legi menerangkan bahwa kondisi seperti ini sudah terjadi sejak pertengahan 2024 lalu. Bahkan pada Lebaran 2025, harga kelapa parut bisa mencapai Rp25 ribu per butir.

"Naik turun, sebelumnya bisa Rp15 ribu-Rp16 ribu seminggu lalu," ungkap Widodo saat ditemui di los pasar miliknya, Jumat (9/5/2025) siang.

Tak hanya harga yang melambung tinggi hingga 100 persen. Widodo juga menerangkan bahwa pasokan kelapa parut dari petani juga mengalami kelangkaan.

Warga asal Grogol, Kabupaten Sukoharjo, itu pun menerangkan, selama beberapa bulan kenaikan harga kelapa parut berimbas terhadap daya beli masyarakat.

Pada saat harga normal, biasanya pembelian kelapa parut di lapaknya bisa mencapai 200 butir per hari, dimana pelanggannya kebanyakan merupakan pengusaha warung maupun kuliner.

"Sangat pengaruh, biasanya 200 per hari sekarang 100 per hari lakunya," beber Widodo.

"Mereka (pembeli) kan untuk dijual juga karena penjual makanan, kalau mau naikin harga juga susah," imbuh dia.

Kuliner Solo

Serabi Notosuman menjadi ikon kuliner dari kota Solo. FOTO/Istimewa

Usaha Kuliner Khas Solo Ikut Lesu

Keluhan serupa juga diakui pengusaha kuliner khas Solo, Yohana. Pengelola Serabi Notosuman Ny Handayani, itu harus menaikkan harga demi tidak merugi.

Yohana pun mengatakan kondisi kenaikan harga komoditas kelapa parut cukup miris lantaran tak kunjung kembali ke kondisi normal.

"Harga kelapa udah ndak naik lagi tapi berubah harga. Beberapa bulan yang lalu juga sempat kosong. Tapi bagaimana pun kita ya tetap harus bertahan, karena kalau enggak ada kelapa, harga naiknya seperti itu ya mau enggak mau harga Serabi kita naikkan sedikit supaya bisa jalan," keluh Yohana.

Alih-alih menyiasati bahan baku serabi miliknya, Yohana lebih memilih untuk menaikkan harga kuliner khas tersebut.

"Kami tidak mengurangi (bahan baku). Resep tetap, kami tidak mengubah, tetap karena nanti takutnya kualitasnya beda," jelas Yohana.

"Dulu per pieces-nya Rp2.500 yang original, naiknya sekarang Rp3 ribu, jadi (kami) naikkan Rp500 perak," imbuhnya.

Bukan tanpa imbas, nyatanya pilihan untuk menaikkan harga produknya itu justru mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat.

Yohana mengatakan, bahwa selama beberapa bulan terakhir tempat usahanya mengalami penurunan penjualan hingga mencapai 30 persen.

Yohana pun berharap agar pemerintah bisa segera mengambil kebijakan supaya kenaikan harga kelapa parut bisa segera teratasi.

"Harapannya (harga) kelapa seperti dulu lagi, kok bisa sampai nggak ada. Padahal distributor di Solo untuk nyari kelapa sulit sekali," pungkasnya.

Respons Wali Kota Solo

Wali Kota Solo, Respati Ardi, merespons keluhan masyarakatnya atas kenaikan harga komoditas kelapa parut. Dihubungi via sambungan telepon, Respati menegaskan bahwa pihaknya telah mengkonsultasikan hal tersebut kepada Kementerian Pertanian.

Respati juga tidak memungkiri, kenaikan harga kelapa parut cukup berimbas bagi sebagian warga Solo terutama pelaku usaha kuliner khas Kota Bengawan. Hal itu tak lain karena banyak makanan atau kudapan terkenal di Solo yang menggunakan kelapa parut sebagai bahan dasar.

"Terkait pedagang dan pembeli di pasar kota Surakarta yang mengeluhkan harga kelapa yang naik, kami akan segera konsultasikan kepada kementerian pertanian karena di Solo ini banyak sekali kuliner yang sangat bergantung kepada harga kelapa," ungkap Respati.

"Kami akan segera komunikasikan ke kementerian terkait stabilitas harga kelapa karena menyangkut umkm di kota Solo," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait KOTA SOLO atau tulisan lainnya dari Febri Nugroho

tirto.id - Flash News
Kontributor: Febri Nugroho
Penulis: Febri Nugroho
Editor: Bayu Septianto