tirto.id - Museum Pancasila merupakan salah satu tempat dengan peninggalan sejarah yang berhubungan dengan peristiwa G30 S. Di lokasi tersebut diperlihatkan bagaimana perjuangan para Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), khususnya TNI-AD mempertahankan Pancasila sebagai Ideologi negara dan bangsa.
Aksi Partai Komunis Indonesia (PKI) yang melakukan penculikan dan pembunuhan ke beberapa Perwira Tinggi TNI AD di tanggal 1 Oktober 1965 dijelaskan di Museum Pancasila tersebut. Untuk menghargai jasa para Perwira Tinggi TNI AD, Pemerintah Republik Indonesia pun memberikan gelar Pahlawan Revolusi dan dikenang dengan membangun monumen Pancasila.
Tak hanya itu saja, dengan adanya Monumen dan Museum Pancasila menjadi pengetahuan dan pelajaran sejarah untuk seluruh rakyat Indonesia khususnya bagi generasi muda. Museum dan monumen ini jadi saksi bagaimana TNI AD pertahankan Pancasila.
Monumen Pancasila dibangun di atas areal tanah seluas 14,6 hektar pada pertengahan Agustus 1967 dan diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1973 bertepatan dengan hari Peringatan Kesaktian Pancasila oleh Presiden Soeharto.
Melalui Surat Keputusan Menpangad No. Kep 977/9/1966 tanggal 17 September 1966, setiap tahun dimulai tradisi Hari Peringatan Kesaktian Pancasila.
Ada Apa Saja di Museum Pancasila Sakti?
Museum Monumen Pancasila Sakti sajikan 9 buah diorama. Diorama menceritakan bagaimana rapat persiapan pemberontakan sampai tindak lanjut pelarangan PKI oleh pemerintah dan tiga rumah bersejarah, yang dipakai PKI, rumah penyiksaan, rumah pos komando, dan dapur umum.
Monumen Pancasila Sakti juga memperlihatkan benda-benda bersejarah lainnya. Ada pakaian-pakaian asli milik 7 pahlawan Revolusi hingga kendaraan untuk membawa salah satu jenazah Pahlawan Revolusi ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Berikut informasi lengkap seputar hal yang ada di lokasi Museum Pancasila. Sumur maut hingga Diorama Peristiwa G30 S.
Sumur Maut
Sumur maut memiliki kedalaman sekitar 12 meter dan berdiameter sekitar 75 cm, menjadi tempat dimasukkannya jenazah tujuh Pahlawan Revolusi.Tujuh Pahlawan Revolusi tersebut adalah Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI M.T. Harjono, Mayjen TNI R. Soeprapto, Mayen TNI S. Parman, Brigjen TNI D.I. Pandjaitan, Brigjen TNI Soetoyo Siswomihardjo, dan Lettu Czi Pierre Tendean.
Ruang Pakaian Pahlawan Revolusi
Terletak di Gedung Paseban, Ruang Relik atau Ruang Pakaian dan Bekas Darah merupakan helaian busana terakhir yang dipakai oleh Tujuh Pahlawan Revolusi. Ada juga barang-barang pribadi yang terakhir menempel di tubuh mereka saat dimasukkan ke Sumur Maut.Dapur Umum dan Pos Komando
Ada tiga bangunan di sisi kanan Monumen Pancasila Sakti, yaitu Rumah Penyiksaan, Dapur Umum, dan Pos Komando. Namun untuk umum, yang bisa dimasuki hanyalah Dapur Umum dan Pos Komando.Diorama
Ada dua diorama di Gedung Paseban maupun di Museum Pengkhianatan PKI tentang sejumlah peristiwa, dari pemberontakan hingga pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi dari Sumur Maut.Ruang Teater
Film G 30 S PKI versi lebih pendek juga dapat dilihat di Museum Pancasila ketika mengunjungi Ruang Teater.Jadwal Operasional Museum Pancasila 25 September-1 Oktober 2025
Adapun lokasi dari Monumen dan Museum Pancasila Sakti dan Museum Pengkhianatan PKI (Komunis) terletak di Jalan Raya Pondok Gede, Desa Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Museum ini dibuka untuk umum.Jadwal operasional pada hari biasa yakni Selasa-Minggu mulai pukul 09.00-16.00 WIB. Museum Pancasila akan tutup pada hari Senin. Lalu bagaimana dengan jadwal pada 25 September hingga 1 Oktober 2025 mendekati peristiwa Kesaktian Pancasila?
Dilansir dari media sosial resmi, Museum Pancasila akan tutup sementara pada tanggal 25 September hingga 1 Oktober 2025z. Hal ini dalam rangka Persiapan Upacara Hari Peringatan Kesaktian Pancasila Tahun 2025.
Setelah Persiapan Upacara Hari Peringatan Kesaktian Pancasila Tahun 2025 selesai, maka Museum Pancasila akan buka kembali pada tanggal 2 Oktober 2025 dan beroperasional seperti biasa.
Apabila ingin mengetahui informasi terkait Museum bisa langsung mengklik tautan berikut ini:
Penulis: Lita Candra
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Masuk tirto.id


































