tirto.id - Siapa yang hatinya tidak tersentuh ketika melihat anak-anak yang lucu dan menggemaskan sedang tertawa?
Namun, di balik ekspresi riang tersebut, bagaimana jika gigi mereka mengalami karies dan kerusakan? Masihkah terlihat lucu?
Tentunya, kondisi gigi anak yang rusak jadi kekhawatiran banyak orang tua. Orang tua punya pekerjaan rumah yang besar untuk membiasakan anak merawat kesehatan gigi sejak dini, salah satunya dengan rutin menyikat gigi.
Kondisi anak yang "akrab" dengan kerusakan gigi rupanya bukan sekadar isapan jempol belaka. Hal ini telah dipaparkan dalam sejumlah studi ilmiah.
Mengutip CDC, penelitian dari University of Washington di jurnal Institute for Health Metrics and Evaluation (2020) mengungkap bahwa gigi berlubang atau karies merupakan penyakit kronis yang paling umum terjadi pada anak-anak di negara tersebut.
Lebih dari separuh anak-anak berusia 6 hingga 8 tahun pernah mengalami gigi berlubang setidaknya pada satu gigi susu mereka.
Gigi berlubang atau karies yang tidak diobati dapat menyebabkan rasa sakit dan infeksi yang berpotensi mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti makan dan berbicara.
Public Health Agency of Canada menyebut karies gigi pada anak usia dini sebagai bentuk kerusakan gigi parah yang dapat memengaruhi gigi susu, terutama gigi bagian depan atas.
Gula di dalam sisa makanan dan minuman seperti susu, jus, dan permen kemudian dicerna oleh bakteri di plak gigi.
Proses tersebut menghasilkan asam yang merusak enamel gigi, lapisan terkuat yang melindungi gigi. Akibatnya, kerusakan gigi menjadi tidak terhindarkan.
Kabar baiknya, kerusakan gigi anak dapat dicegah dengan menjaga kesehatannya sedini mungkin.
Masih dari sumber yang sama, orang tua disarankan untuk berkonsultasi ke dokter gigi profesional ketika anak menginjak usia berusia 1 tahun, atau dalam waktu 6 bulan sejak gigi pertama anak tumbuh.
Bahkan, sebelum gigi pertama bayi tumbuh, orang tua perlu mengupayakan kesehatan gigi dan mulutnya.
Mengutip KidsHealth, caranya cukup dengan menggosokkan kain bersih dan lembap secara lembut pada gusi bayi setelah menyusui.
Anak-anak di bawah usia 3 tahun dapat diajarkan untuk menyikat gigi sebanyak dua kali sehari, masing-masing selama dua menit, dengan pasta gigi berflouride seukuran sebutir beras. Pada anak usia di atas 3 tahun, berikan pasta gigi seukuran kacang polong.
Lalu, apa yang dapat dilakukan orang tua untuk menanamkan kebiasaan sikat gigi pada anak-anak?
Menurut spesialis gigi anak, drg. Debrania Santoso MDS, Sp.KGA, orang tua bisa menjadikan kegiatan menggosok gigi sebagai ritual bersama anak yang menyenangkan.
Misalnya, membuat agenda khusus sikat gigi bersama anak.
"Orang tua bisa membuat agenda sikat gigi menjadi lebih heboh seperti mengadakan lomba sikat gigi dengan anak. Jadi nanti anak akan diberi reward ketika sikat giginya bersih," kata drg. Debra yang praktik di Solo ini.
Yang tak kalah penting, drg. Debra mengingatkan untuk memperbanyak minum air putih serta konsumsi buah dan sayur, juga mengurangi konsumsi gula.
"Jenis makanan yang sebaiknya dihindari untuk mencegah gigi berlubang yaitu makanan yang banyak mengandung gula karena sifatnya lengket di gigi," paparnya.
Apa artinya anak tidak boleh makan camilan manis seperti permen atau cokelat?
Tentu saja tetap diperbolehkan, kata drg. Debra. Hanya saja, jumlahnya perlu dibatasi. Pastikan juga anak berkumur dan menyikat gigi setelah mengonsumsi makanan-makanan manis.
Pasalnya, drg. Debra mengingatkan, berdasarkan American Heart Association (AHA), batas aman mengonsumsi gula untuk anak usia di atas 2 tahun yaitu kurang dari 6 sendok teh per hari atau kira-kira 25 gram. Anak di bawah usia 2 tahun disarankan untuk menghindari konsumsi gula tambahan.
Selain itu, drg. Debra menegaskan urgensi orang tua untuk mengajarkan praktik sikat gigi yang benar pada anak.
Caranya, sikat dari gusi ke gigi, atau dari bagian yang berwarna merah ke bagian berwarna putih. Jangan lupa untuk menyikat lidah.
Nah, apabila gigi anak sudah telanjur karies, orang tua perlu bergegas mengajak anak ke dokter gigi karena kondisi tersebut memerlukan perawatan.
Seperti disampaikan drg. Debra, perawatan gigi karies tidak selalu kompleks, melainkan dapat dimulai dari yang paling sederhana dulu agar anak tidak trauma, seperti perawatan ‘topical fluor’—mengoleskan fluor pada gigi anak.
"Fungsinya untuk memperkuat enamel gigi sehingga tidak mudah berlubang,” jelas drg. Debra tentang perawatan fluor.
Ketika sudah diajak ke dokter gigi, anak acap kali merasa gelisah dan rewel. Apa yang bisa dilakukan terkait ini?
“Apabila anak merajuk atau ngeyel, orang tua bisa menyampaikan kepada dokter gigi. Karena biasanya anak akan lebih menurut ketika diberi pengertian oleh orang dewasa selain orang tua seperti gurunya di sekolah atau dokter gigi yang dikunjungi," pungkasnya.
Nah, bagaimana, sudah siap mengajarkan anak menyikat gigi dengan benar? Lakukan dengan perlahan dan tetap menyenangkan, ya!
Penulis: Putri Annisa
Editor: Sekar Kinasih