tirto.id - Sejumlah pemberitaan miring terkait Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) muncul dalam beberapa bulan terakhir. Mulai dari persoalan lingkungan, keselamatan kerja, hingga hubungan tenaga kerja China dan Indonesia. Bagaimana cara mereka menyelesaikan persoalan- persoalan tersebut?
IMIP mengundang 18 jurnalis dari media nasional untuk melihat langsung kawasan proyek yang terletak di Desa Fatufia, Kecamatan Bahodopi, Morowali, Sulawesi Tengah, tersebut. Butuh waktu tempuh sekitar 10 jam kurang lebih dari Jakarta dengan menaiki dua kali penerbangan dan jalur darat sekitar 3 jam menuju kawasan industri.
Dalam kesempatan tersebut, pihak IMIP menunjukkan sejumlah upaya perbaikan dari sejumlah persoalan yang sering diberitakan. Mereka mengajak para jurnalis berkeliling area kawasan, melihat para tenant dan program Corporate Social Responsibility (CSR) di sekitar industri.
“Seeing is believing. Dengan melihat langsung Anda baru bisa percaya,” kata Djoko Suprapto, General Service Manager IMIP yang memandu kunjungan dari awal hingga akhir.
Dalam sambutannya, Direktur Komunikasi PT IMIP Emilia Bassar mengatakan, dampak ekonomi yang disumbang IMIP terhadap perekonomian nasional sangat signifikan. Sejak 2015 sampai 2024, mereka mengklaim sudah mendatangkan akumulasi investasi senilai USD34,3 miliar. Sementara devisa ekspor yang dihasilkan mencapai USD15,44 miliar hingga tahun 2024.
Mengenal Para Tenant
IMIP didirikan sebagai kerja sama antara Bintang Delapan Group dari Indonesia dan Tsingshan Steel Group dari Cina. Mereka mengelola rantai industri nikel, mulai dari produk utama nikel, stainless steel, carbon steel, hingga bahan baku baterai kendaraan listrik (electronic vehicle).
Emilia menambahkan, ada sekitar 53-54 tenant yang berada di IMIP saat ini. Dari jumlah itu ada sekitar 30 tenant sudah beroperasi, sisanya dalam tahap konstruksi.
Tenant-tenant ini berasal dari berbagai negara, termasuk Cina, Jepang, Korea, Australia, dan Indonesia. Di antara mereka, yang terbesar di IMIP adalah PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) yang bertanggung jawab atas produksi baja nirkarat.
Selain itu, para jurnalis juga diajak berkunjung ke PT Dexin Steel Indonesia (DSI), yang beroperasi di klaster carbon steel. Proses pengolahan baja yang biasa digunakan untuk konstruksi ini ditunjukkan secara terbuka.
Lalu ada juga perusahaan lain yang dikunjungi seperti PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome Alloy (PT IRNC), yang menghasilkan Ferrochrome, Nickel Pig Iron, Cold Rolling Coil yang jumlah produksinya bisa sampai ratusan ribu ton per tahun.
Perusahaan lain yang menunjukkan operasinya adalah PT Hua Chin Alumunium Indonesia (HCAI). Anton, salah seorang pekerja di pabrik tersebut mengatakan perusahaannya memproduksi sekitar 500 ribu ton alumunium per tahun.
“Kebanyakan bahan bakunya kami dapat dari Kalimantan,” kata Anton.

Kawasan Industri IMIP saat ini telah memiliki tiga klaster industri, di antaranya klaster stainless steel, klaster carbon steel, dan klaster komponen baterai listrik. Klaster stainless steel mengolah bijih nikel menjadi Nickel Pig Iron (NPI) hingga stainless steel. Di klaster ini, terdapat 54 lines tungku smelter NPI dengan total produksi NPI 4,475 metric ton per tahun, sementara kapasitas produksi stainless steel mencapai 15,6 juta metric ton per tahun.
Produk dari stainless steel ini antara lain Steel slab 4 juta metric ton per tahun, Steel HRC 7 juta metric ton per tahun, Steel HAPL 3,5 juta metric ton per tahun, dan Steel CRC 1,1 juta ton metric ton per tahun.
Sementara carbon steel sebagai klaster kedua, memproduksi sekitar 7 juta metric ton per tahun dan memakan investasi sebesar USD1,1 miliar. Klaster terakhir yakni Electric Vehicle Battery memproduksi sekitar 93.000 metric ton per tahun MHP (Mixed hydroxide Precipitate), 250.000 metric ton per tahun Electrolytic Aluminium, 230.000 metric ton per tahun graphite, 60.000 metric ton per tahun lithium hydroxide, 50.000 metric ton per tahun electrolytic nickel, 95.000 metric ton per tahun electrolytic manganese, dan 20.000 metric ton per tahun lithium carbonate.
Menjawab Isu Lingkungan
Tim Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) sedang menyelidiki sejumlah persoalan terkait lingkungan di kompleks IMIP. Salah satu yang disorot adalah kualitas udara yang buruk. Hasil pemantauan terhadap udara ambien menunjukan parameter TSP (dust) dan PM 10 melebihi baku mutu.
Kondisi udara ini ditengarai akibat 24 sumber emisi pada tenant PT IMIP yang tidak memasang alat sistem peninjau emisi atau continuous emissions monitoring system (CEMS). PT IMIP juga tidak memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal, sehingga air limbahnya mencemari lingkungan.
Direktur Komunikasi IMIP Emilia Bassar saat ditanya soal penyelidikan ini tak mau berkomentar. Penyelidikan karena masih berjalan, sehingga pihaknya masih menunggu hasil lengkap.
Namun, Emilia memberikan jawaban lengkap saat ditanya berbagai upaya IMIP untuk program dekarbonisasi. Dia memberikan sejumlah contoh upaya para tenant dalam menciptakan sebuah kawasan produksi yang lebih ramah terhadap pemanasan global.
“Saat ini sudah ada beberapa tenant yang menggunakan solar panel sebagai sumber energinya. Misal ada PT ITSS yang memasang 60 MW di atapnya. Ini nilainya signifikan,” kata Emil.
PT ITSS juga diklaim sebagai perusahaan yang mempelopori penggunaan 130 electric dump truck dan 80 electric wheel loader untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Selain itu, beberapa perusahaan lain juga sudah mulai mengarah ke program dekarbonisasi. Misalnya, PT DSI yang sedang memasang panel surya berkapasitas sekitar 70 MW di atap pabrik. Untuk transportasi, DSI telah mengoperasikan 25 electric wheel loader.
Lalu, PT QMB New Energy Materials yang sedang merencanakan pemasangan atau pembangunan panel surya untuk mendukung operasionalnya dengan energi bersih. Ada juga PT Huayue Nickel Cobalt (HYNC) yang memanfaatkan uap panas bertekanan tinggi dari pabrik asam sulfat terintegrasi untuk produksi listrik mandiri. Inovasi lainnya adalah pengangkutan bijih nikel dalam bentuk slurry menggunakan pipa dari tambang ke pabrik, yang secara signifikan mengurangi ketergantungan pada dump truck berbahan bakar fosil.
Terkait truk berbahan bakar listrik, para jurnalis sempat ditunjukkan beberapa unit yang sedang mengganti baterai. Truk-truk itu berwarna hijau dengan logo bertuliskan Tsingshan dan pelat nomor LSDY 205 DT yang menunjukkan kode untuk kendaraan internal kawasan.
“Truk ini tonasenya bisa sampai 80 ton. Baterainya kuat sekitar 8-10 jam dan menempuh jarak 120km kalau muatan kosong,” kata Dirjo Purwanto, Wakil Manager Area Bijih Nikel PT LSDY.
Emil menambahkan, melalui sinergi antara tenant-tenant ini dan fasilitas yang disediakan, IMIP tidak hanya memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam industri nikel global, tetapi juga menunjukkan komitmen nyata terhadap praktik industri yang berkelanjutan dan rendah karbon.
Sebagai informasi tambahan, kebutuhan energi listrik kawasan IMIP saat ini mencapai 4.477 MW (menuju 6.000 MW) yang didukung oleh 11 power plant berbasis tenaga uap yang menggunakan bahan bakar batu bara.
Menjawab Isu Tenaga Kerja
IMIP juga disorot karena persoalan tenaga kerja. Mulai dari keselamatan para pekerja, hingga konflik antara pekerja asing dari Cina dengan pekerja asal Indonesia.
Sejumlah media melaporkan, angka kematian kerja di kawasan IMIP sejak tahun 2023 mencapai 43 orang. Lalu pada tahun 2023, dilaporkan terjadi bentrok antara pekerja Indonesia dan Cina di kawasan PT GNI.
Bagaimana IMIP memperbaiki masalah-masalah tersebut?
Deputi Direktur Operasional IMIP Yulius Susanto mengatakan, persoalan antara pekerja asing dan Indonesia biasanya terjadi karena persoalan bahasa. Para pekerja Cina datang dari berbagai wilayah di Cina, dengan dialek khas masing-masing. Terkadang, bahasa yang digunakan tidak sepenuhnya bisa dipahami oleh orang Indonesia, bahkan para penerjemah.
Salah satu insiden yang sempat terjadi adalah pemahaman terhadap kata yang merujuk pintu. “Tidak ada pintu. Tetapi disuruh tutup pintu. Setelah dicek, hanya kesalahan penerjemah,” kata Yulius.
Untuk itu, pihak IMIP saat ini semakin gencar untuk memberikan pemahaman bahasa dan budaya sebagai konteks komunikasi antara pekerja. Orang Indonesia belajar bahasa dan budaya Cina, sebaliknya para TKA Cina juga belajar budaya dan bahasa Indonesia.
Hingga Juni 2025, ada 85.520 pekerja di kawasan IMIP. Mereka didominasi oleh pekerja asal Indonesia. Untuk TKA China, tidak ada angka yang pasti. Pihak IMIP menyebut angkanya fluktuatif, namun maksimal tidak boleh lebih dari 15% dari total pekerja.
Supervisor HR Training IMIP Elvina menambahkan, ada program pelatihan bahasa yang intens. Bahkan, para pekerja Indonesia ada yang dikirim ke Cina untuk belajar bahasa sekaligus menambah kemampuan engineering mereka.
“Bagi pekerja lokal yang mahir mandarin, perusahaan memberi kesempatan ikut pelatihan lanjutan di Tiongkok selama 9 bulan. Tiga bulan di Indonesia dan 6 bulan di pabrik mitra magang,” jelas Elvina.
Sementara terkait masalah keselamatan kerja, IMIP mengklaim sudah melakukan sejumlah upaya perbaikan. Dalam situsnya, mereka tahun ini menandatangani komitmen implementasi aspek kesehatan dan keselamatan kerja bersama para pihak terkait.
Di sejumlah area pabrik juga terdapat berbagai panduan keselamatan kerja. Selain itu, ada simulasi simulasi khusus agar bisa mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Salah satu yang menarik adalah imbauan terkait keselamatan berikut.
“Lebih Teliti dapat menjamin keselamatan. Lebih waspada dapat mengurangi insiden" yang ditulis dalam bahasa Cina dan Indonesia.
Editor: Dwi Ayuningtyas
Masuk tirto.id







































