tirto.id - Direktur Utama (Dirut) PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Budi Sadikin memaparkan sejumlah langkah perusahaannya usai mengakuisisi 51,23 persen saham PT Freeport Indonesia kepada Komisi VII DPR RI pada hari ini.
Dia menjelaskan Inalum akan melakukan langkah strategis untuk mendukung rencana investasi jangka panjang atau Long-Term Investment Plant (LTIP). Budi menjelaskan hal itu dijalankan karena ke depan pengembangan Freeport akan difokuskan pada tambang bawah tanah.
Selain itu, menurut Budi, hal itu dilakukan karena Inalum perlu memastikan pembayaran cicilan pinjaman Global Bond, yang dipakai untuk biaya akuisisi saham mayoritas Freeport Indonesia, dapat terlaksana sesuai jadwal.
Langkah selanjutnya, kata Budi, adalah melakukan transfer teknologi mengenai penambangan emas dan tembaga bawah tanah yang digarap Freeport Indonesia.
"Kami ingin lakukan [transfer teknoklogi], karena ini tambang bawah tanah terbesar dan [paling] kompleks di dunia,” kata Budi dalam rapat bersama Komisi VII, di Kompleks Gedung DPR RI, Jakarta pada Selasa (15/1/2019).
“Kami berharap tambang bawah tanah ini bukan hanya membawa yang sifatnya benefit keuangan [saja] melainkan juga pengetahuan," Budi menambahkan.
Oleh karena itu, kata dia, Inalum melakukan penandatanganan kerja sama pengembangan jurusan pertambangan di Universitas Cendrawasih, Papua, pada hari ini. Lewat kerja sama itu, tambang bawah tanah Freport di Papua bisa dimanfaatkan untuk kegiatan akademik mahasiswa dan dosen Universitas Cendrawasih.
"Sehingga akan lebih banyak lagi putra-putri Papua asli yang jadi insinyur [pertambangan] yang memang ilmunya sangat jarang di dunia ini," ujar Budi.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Addi M Idhom