Menuju konten utama
Tarif Resiprokal AS

IHSG & Global 'Hijau' Usai Trump Tunda Tarif, Akankah Bertahan?

Gejolak ekonomi global yang terus berlanjut berpotensi memicu turbulensi tak terelakkan di bursa saham Indonesia.

IHSG & Global 'Hijau' Usai Trump Tunda Tarif, Akankah Bertahan?
Pekerja melintas di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/3/2025). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz

tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tergelincir ke zona merah pada perdagangan Jumat (11/4/2025). Menukil RTI Business, saat perdagangan di buka IHSG berada di level 6.195,56 dan pada pukul 09.00 WIB, IHSG turun 81,7 poin atau 1,31 persen ke posisi 6.172,29.

Kendati demikian, pada pukul 10.05 WIB bursa saham Indonesia kembali mengalami perbaikan, dengan berada di level 6.263,84, dengan 259 saham emiten menguat, 249 saham tidak berubah dan 254 lainnya berada di zona merah. Untuk sementara, total saham yang diperdagangkan mencapai 4,71 miliar saham, dengan nilai turnover mencapai Rp3,72 triliun dan diperdagangkan sebanyak 370.805 kali.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo, Maximilianus Nico Nemus, memperkirakan IHSG masih akan bergerak lemah dalam kisaran 6.160-6.530, mengikuti bursa saham global pada perdagangan hari ini. Gerak harga saham tersebut di antaranya dipengaruhi oleh kebijakan tarif perdagangan tinggi yang diterapkan Presiden AS, Donald Trump, kepada negara-negara mitra dagangnya, terkhusus Cina dengan tarif sebesar 145 persen, dari sebelumnya 125 persen. Sebagai bentuk perlawanan, Cina mulai melarang masuknya sejumlah film yang diproduksi AS hingga memberikan peringatan bagi warganya supaya tidak bepergian atau belajar di AS.

Di sisi lain, tak disangka inflasi AS mengalami penurunan dari sebelumnya 0,2 persen menjadi -0,1 persen secara bulanan (month to month/mtm). Pun, secara tahunan yang anjlok dari 2,8 persen menjadi 2,4 persen.

“Hal ini tentu saja membuat The Fed (The Federal Reserve) dan Trump melihat potensi penurunan tingkat suku bunga. Perlambatan inflasi ini membuat pelaku pasar dan investor cukup kaget, karena inflasi masih belum terkena dampak dari permainan tarif yang di mana hal tersebut dapat memberikan ketenangan dan pelaku pasar dan investor,” jelas Nico, dalam analisis yang diterima Tirto, Jumat (11/4/2025).

Sementara itu, sebelum IHSG melemah, Wall Street sudah lebuh dulu mengalami goncangan, dengan ketiga indeks utama kompak ditutup di zona merah. Dow Jones turun 1.014,79 poin atau 2,50 persen ke posisi 39.593,66; indeks S&P 500 melemah 188,85 poin atau 3,46 persen ke level 5.268,05; sedangkan Nasdaq merosot 737,66 poin atau 4,31 persen ke angka 16.387,31.

Bursa saham regional juga menunjukkan pelemahan. Indeks Nikkei dari Jepan tercatat turun 1.548,99 poin atau 4,48 persen ke level 33.060,01; Indeks Harga Saham Gabungan Kuala Lumpur (KLCI) Malaysia melemah 23,71 poin atau 1,62 persen ke posisi 1.439,42; indeks Strait Times di Singapura turun 205 poin atau 2,29 persen ke posisi 3.495. Sementara itu, bursa saham Cina menunjukkan kondisi fluktuatif, dengan indeks Han Seng di Hongkong turun 0,28 persen ke posisi 20.623 dan indeks SSE Composite di Cina naik 0,02 persen ke angka 3.224,29.

“Tarif awal Amerika terhadap Tiongkok sebesar 50 persen, akan menurunkan pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 1,5 persen, namun dampak tarif 50 persen kedua memiliki dampak yang jauh lebih kecil karena hanya akan mengurangi 0,9 persen. Pertanyaannya, apakah Tiongkok akan merendahkan hatinya untuk datang kepada Amerika? Menurut kami, tidak jawabannya,” sambung Nico.

Pembukaan IHSG usai libur Lebaran

Pengunjung melintas didepan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz

Baik IHSG maupun regional kompak rontok setelah sebelumnya sempat menguat. IHSG misalnya, di mana pada perdagangan Kamis (10/4/2025) ditutup di naik 286,03 poin atau 4,79 persen ke posisi 6.254,02. Sementara bursa saham regional, seperti Nikkei yang menguat 2.894,97 poin atau 3,13 persen ke 34.609,00; indeks Shanghai menguat 36,83 poin atau 1,16 persen ke 3.223,64; dan indeks Kuala Lumpur menguat 62,54 persen atau 4,47 poin ke posisi 1,463,13.

Hijaunya bursa saham Indonesia dan regional ini diketahui terjadi seiring diumumkannya penundaan tarif resiprokal selama 90 hari oleh Gedung Putih untuk puluhan negara, termasuk Indonesia. Kendati, penundaan ini tak berlaku untuk Cina, karena sebaliknya tarif untuk Beijing justru dinaikkan menjadi 125 persen.

“Kebijakan Trump memberikan dampak langsung pada pasar keuangan domestik yang tercermin dalam nilai tukar rupiah yang mencatatkan rekor terlemah sepanjang sejarah menembus Rp17.101 per dolar AS. Selain itu, penurunan tajam juga terjadi di Bursa Wall Street dan bursa saham Asia, memperburuk sentimen pasar global,” jelas Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani, dalam keterangannya, dikutip Jumat (11/4/2025).

Bahkan, gejolak yang timbul imbas kebijakan tarif Trump sempat membuat IHSG kembali mengalami suspensi karena anjlok hingga 9,19 persen atau 598,56 poin ke level 5.912,06 saat pembukaan perdagangan Selasa (8/4/2025). Penghentian perdagangan sementara (trading halt) pun tak dapat terelakkan, meski Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengoreksi batas trading halt dari 5 persen ke 8 persen.

“Sebagai indikator awal perekonomian atau leading indicator, IHSG memberikan sinyal penting mengenai arah perekonomian Indonesia ke depan. Dan oleh karena itu pergerakan IHSG harus diperhatikan dengan seksama oleh para investor," kata Dimas.

Meski Trump menunda pemberlakuan tarif kepada Indonesia selama 90 hari, namun penurunan ekonomi riil yang tercermin dalam pergerakan IHSG akan semakin sulit diatasi dengan kebijakan yang ada. Perlu kebijakan lebih strategis untuk mengantisipasi dampak lanjutan dari tekanan global.

Di bursa, langkah BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengubah kebijakan teknis seperti ARB (Auto Reject Below) menjadi 15 persen dan trading halt, memang dinilai akan efektif menahan tekanan jual oleh investor. Tapi, sebaliknya langkah ini akan menyebabkan likuiditas pasar semakin kering.

"Jika ekonomi global mengalami perlambatan, Indonesia juga berisiko mengalami hal yang sama," imbuhnya.

Sebagai respons terhadap situasi pasar saat ini, Dimas memproyeksikan IHSG masih memiliki ruang untuk mengalami koreksi lebih lanjut, dengan target terdekat pada level 5.500. Dengan ini, dia juga mengingatkan para investor untuk tetap disiplin dalam menjalankan trading plan, melakukan evaluasi portofolio, menjaga kesehatan keuangan, serta menghindari keputusan emosional yang dapat merugikan.

Turbulensi Belum Usai

Dihubungi terpisah, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai gejolak ekonomi global yang terus berlanjut berpotensi memicu turbulensi tak terelakkan di bursa saham Indonesia. Sebab, berdasar analisa yang dilakukannya, saat ini IHSG masih berada di area 5.961-5.900.

Dus, ketika skenario terburuk terjadi, IHSG bisa anjlok ke kisaran 5.500. Sebaliknya, jika sentimen negatif mereda, indeks saham gabungan bisa mencapai level 6.808 dan lebih optimis berada di posisi 7.709.

“Kalau pergerakan IHSG sudah pernah menyentuh di batas terendah dari right angle descending broadening wedge pattern, semestinya harapan terjadi technical rebound itu terbuka lebar. Jadi, hemat saya memang semestinya rebound tersebut di-follow oleh meredanya temper tantrum effect. Sebab, ketika pergerakan pada hari ini fluktuatif, itu kan karena pengaruh temper tantrum effect juga,” jelas Nafan, kepada Tirto, Jumat (11/4/2025).

Karena itu, dia berharap, agar perundingan dagang yang tengah diusahakan pemerintah Indonesia dengan Gedung Putih dapat membuahkan hasil yang menggembirakan dan menguntungkan kedua belah pihak. Saat itu terjadi, pergerakan harga saham tak lagi akan se-volatil hari-hari ini.

“Ke depannya, pergerakan IHSG tidak akan se-volatil jika dibandingkan dengan pergerakan IHSG di kuartal I. Jadi, ini untuk negatif skenario sudah saya sebutkan, di level 5.500. Sedangkan kalau positif skenario di 6.808, untuk optimistic scenario di 7.709. Tergantung yang mana terlebih dahulu sampai, tergantung dari sentimen,” sambunganya.

Pembukaan IHSG usai libur Lebaran

Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025).ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan, Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengakui IHSG sudah melemah sejak awal tahun. Secara tahun berjalan (year to date/ytd) sejak awal tahun hingga 10 April 2025, indeks harga saham turun 11,67 persen.

“Adapun, nilai kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp11.126 triliun atau naik 2,27 persen month to date, namun secara year to date itu turun sebesar 9,80 persen,” paparnya, dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan OJK secara daring, Jumat (11/4/2025).

Dengan melihat kondisi pasar terkini serta untuk menjaga stabilitas di pasar modal, OJK telah mengambil kebijakan pembelian kembali atau buyback saham tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Selain itu, otoritas juga memutuskan untuk menunda implementasi pembiayaan transaksi short selling - transaksi jual beli saham atau efek yang dilakukan tanpa mempunyai saham yang dijual pada awal transaksi.

Kemudian, pada awal April, OJK juga telah meminta BEI untuk melakukan penyesuaian batas trading halt serta pemberlakuan asymmetric auto rejection - pembatasan minimum dan maksimum suatu kenaikan dan penurunan harga saham dalam jangka waktu satu hari perdagangan di bursa saham.

“OJK terus melakukan monitoring atas perkembangan pasar dan tentunya untuk mengambil respons kebijakan yang cepat dan tepat dalam memitigasi volatilitas pasar,” tegas Inarno.

Baca juga artikel terkait TARIF TRUMP atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - News
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Anggun P Situmorang