Menuju konten utama

Ide MRT Jakarta dari Habibie, Dieksekusi oleh Jokowi

Megaproyek MRT sudah digagas sejak 1986 dan terus direproduksi sebagai kampanye politik hingga digarap pada 2013.

Ide MRT Jakarta dari Habibie, Dieksekusi oleh Jokowi
Presiden Joko Widodo meninjau proyek MRT di stasiun Setiabudi, Jakarta. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - "Saya akan lakukan pembangunan kereta bawah tanah untuk semua," janji Fauzi Bowo saat kampanye dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2007. Namun, janji Foke tak kunjung terealisasi selama lima tahun kepemimpinannya. Pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012, Foke kembali berkata bakal mengembangkan dan mengerjakan mass rapid transit (MRT) jika kembali terpilih, dan bakal mengintegrasikannya dengan jalur kereta rel listrik atau komuter.

Mimpi itu diwujudkan Foke hanya berupa pencanangan megaproyek tersebut, April 2012. Kalah bertarung dengan pasangan Joko Widodo dan Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama, Foke lantas mengumumkan pembangunan MRT sudah dalam tahap tender "berskala internasional" dan berkata model pendanaan sudah diperoleh lewat pinjaman lunak dari Japan International Corporation Agency (JICA).

“Kalau enggak ada pinjaman seperti ini, enggak mungkin kita bangun MRT,” katanya di Balai Kota, 17 September 2012.

“Kalau wartawan DKI sudah cerdas dan mengerti masalah ini. Tapi kalau orang yang enggak ngerti, dianggap gampang. Emang mudah mencari dua pinjaman model kayak gini?” ujar Foke.

Proyek MRT Dicetuskan BJ Habibie

Sebelum Fauzi Bowo membawa janji pembangunan MRT, sebenarnya ide awal transportasi massal ini sudah dicetuskan sejak 1986 oleh Bacharuddin Jusuf Habibie. Menjabat Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Habibie mengatakan tengah mendalami berbagai studi dan penelitian demi menghadirkan transportasi massal berupa proyek MRT.

Ada empat studi yang dimaksud Habibie: Jakarta Urban Transport Program (1986-1987), Integrated Transport System Improvement by Railway and Feeder Service (1988-1989), Transport Network Planning and Regulation (1989-1992), dan Jakarta Mass Transit System Study (1989-1992).

Studi-studi ini kemudian dibawa oleh Sutiyoso saat menjabat gubernur DKI Jakarta. Selama 10 tahun pemerintahan Bang Yos, setidaknya ada dua studi dan penelitian yang dijadikan landasan pembangunan MRT. Pada 2004, Bang Yos lantas mengeluarkan keputusan gubernur tentang pola transportasi makro untuk mendukung skenario penyediaan transportasi massal, salah satunya angkutan cepat terpadu yang akan digarap pada 2010.

Pada Agustus 2005, sub Komite MRT dibentuk untuk mendirikan perusahaan operator MRT. Pada 18 Oktober 2006, di pengujung jabatannya, dasar persetujuan pinjaman dengan Japan Bank for International Coorporation pun dibuat. Dan PT Mass Rapid Transit Jakarta resmi berdiri ketika Foke menempati Balai Kota Jakarta pada 2008. Tahun itu juga perjanjian pinjaman untuk tahap konstruksi ditandatangani, termasuk pula studi kelayakan pembangunan MRT.

Infografik HL Indepth MRT

Janji Jokowi Membangun MRT

Namun, di era Jokowi-lah proyek ini resmi terealisasi. Butuh waktu setahun bagi Jokowi memutuskan pembangunan proyek MRT tetap dikerjakan. Bahkan tarik-menarik pembangunan proyek ini agak alot ketika rapat dengan warga Fatmawati yang terkena imbas proyek. Pada 28 November 2012, Jokowi sempat keluar ruangan lantaran ada kericuhan dan protes warga yang menolak proyek MRT.

Pada 10 Oktober 2013, pengerjaan resmi proyek ini mulai digarap dengan peletakan batu pertama di atas lahan yang rencananya berdiri Stasiun MRT Dukuh Atas, salah satu kawasan paling sibuk di Jakarta Pusat, yang jadi konsentrasi pertemuan berbagai moda transportasi umum.

Empat tahun setelah Jokowi memutuskan pembangunan proyek itu, MRT kembali menjadi bahan kontestasi politik. Penerusnya, Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama juga menjadikan proyek ini sebagai salah satu program kerja saat kampanye pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Dalam salah satu postingan di akun Instragram, Ahok mengatakan: "Rute Lebak Bulus-Bundaran HI tidak sampai 30 menit. Antar kereta 5 menit. Anda jadi punya waktu lebih berada di rumah bersama keluarga."

Pada era Jokowi dan Ahok, proyek ambisius ini memang resmi dikerjakan. Namun, hingga kini, penggarapannya tak sesuai tenggat.

Meski proyek tahap satu—yakni Selatan-Utara (Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia)—bakal rampung, tetapi Jokowi-lah yang akan kembali menuai pujian.

Seperti diungkapkan William P. Sabandar, Direktur Utama PT MRT, proyek ini resmi beroperasi pada Maret 2019. Artinya, proyek MRT bakal diresmikan oleh Jokowi sebulan sebelum pemilihan presiden 2019.

“Jangan salah, Maret 2019,” ujar William kepada reporter Tirto, Jumat pekan lalu.

Baca juga artikel terkait PROYEK MRT atau tulisan lainnya dari Arbi Sumandoyo

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Arbi Sumandoyo
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Fahri Salam