tirto.id - Ibadah puasa merupakan salah satu ibadah paling mulia dalam Islam. Jika berkaitan dengan puasa Ramadan, ia merupakan bagian dari rukun Islam yang wajib ditunaikan setiap muslim. Berikut ini dalil dari Al-Quran dan hadis yang menyatakan keutamaan ibadah puasa yang balasannya langsung dari Allah SWT.
Tidak hanya puasa Ramadan, sebenarnya ibadah puasa secara umum, baik itu puasa sunah atau puasa wajib merupakan ibadah penting yang disyariatkan Islam.
Pertama, mengenai puasa Ramadan, Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 185 mengenai kewajiban puasa:
"[Beberapa hari yang ditentukan itu ialah] bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan [permulaan] Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda [antara yang hak dan yang batil]. Karena itu, barangsiapa yang mendapati bulan itu [Ramadan], maka hendaklah ia berpuasa ... (QS. Al-Baqarah [2]: 185).
Kedua, mengenai keutamaan puasa secara umum, balasannya adalah dijauhkan dari neraka dan siksa di akhirat kelak. Hal itu tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW:
"Tiada seorang hamba pun yang berpuasa sehari dengan niat fisabilillah [semata-mata menuju kepada ketaatan kepada Allah], melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya [dirinya] karena puasanya tadi, sejauh perjalanan tujuh puluh tahun dari neraka," (H.R. Bukhari dan Muslim).
Ada banyak sekali keutamaan berpuasa, mulai dari diampuni dosa-dosa di masa silam, berkah pada masa sahur dan berbuka, hingga dijanjikan surga Rayyan.
Hadits Tentang Puasa yang Balasannya Langsung dari Allah SWT
Saking besarnya pahala dan ganjaran yang disiapkan Allah SWT bagi hamba-hambanya yang berpuasa, tidak ada kalkulasi khusus secara matematis (misalnya pada sedekah yang dilipatgandakan 700 kali lipat yang tertera pada surah Al-Baqarah ayat 261).
Tidak demikian dengan puasa. Hanya Allah SWT yang mengetahui kadar amal hamba tersebut dan membalas langsung ibadah puasanya.
Salah satu bukti besarnya pahala puasa itu tergambar dalam hadis qudsi bahwa Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
Bacaan latinnya: "Kullu amalibni aadama yudha'aful hasanatu 'asyru amtsalihaa ilaa sab'imiati dhi'fin. Qalallahu 'azza wajalla: Illasshauma fainnahu lii wa anaa ajzii bihii"
Artinya: “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman [yang artinya]: Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya,” (H.R. Muslim)
Pada hadis di atas, Allah SWT menjelaskan bahwa pahala puasa akan memperoleh pahala langsung dari Allah. Dia yang akan membalas ganjaran amal puasa tersebut berdasarkan kabijaksanaan-Nya.
Para ulama berupaya menafsirkan alasan kenapa balasan pahala puasa demikian besar, melebihi pahala ibadah-ibadah lainnya sebagai berikut:
Pertama, ibadah puasa bersih dari unsur riya. Sebab, berbeda dari ibadah lainnya yang bisa dilihat mata, ibadah puasa merupakan rahasia antara seorang hamba dengan Allah SWT.
Di depan manusia, seseorang bisa saja menyatakan bahwa ia berpuasa, padahal ketika sendiri, ia mungkin makan dan minum (tidak ada yang tahu, kecuali dirinya dan Allah SWT). Hal ini disampaikan oleh Imam Al-Baidhawi, salah seorang ulama mazhab Syafii yang hidup di antara abad ke-13 hingga 14.
Kedua, dari sisi bahasa Arab, ibadah puasa disandarkan langsung pada Allah SWT. Hal itu menunjukkan kemuliaan dan keagungan ibadah puasa.
Sebagai contoh, Ka'bah dalam Islam disebut sebagai Baitullah atau "rumah Allah". Ibadah puasa yang langsung dibalas Allah SWT menunjukkan bahwa puasa merupakan ibadah yang lebih dicintai Allah SWT dibandingkan ibadah-ibadah lainnya.
Editor: Addi M Idhom