Menuju konten utama

Hadits Malam Nisfu Syaban, Keutamaannya, dan Dalil Puasa

Hadis Nisfu Syaban termasuk menjelaskan kemuliaan malam pertengahan bulan Syaban. Apa saja keistimewaan Nisfu Syaban dan dalil puasanya?

Hadits Malam Nisfu Syaban, Keutamaannya, dan Dalil Puasa
Ilustrasi Foto Ramadhan 2024. foto/IStockphoto

tirto.id - Bulan Syaban adalah bulan mulia dalam menyambut datangnya Ramadhan. Salah satu keistimewaan bulan ini yakni malam Nisfu Sya'ban dan sunah berpuasa. Hadis Nisfu Syaban, keistimewaan, dan dalil puasanya bisa menjadi dasar pelaksanaan ibadah.

Secara etimologi, "Nisfu" artinya pertengahan. Sedangkan "Syaban" merupakan bulan kedelapan dalam kalender Hijriah. Jadi, Nisfu Syaban adalah malam pertengahan bulan Sya'ban.

Malam Nisfu Syaban dipercaya sebagai malam penuh berkah dan ampunan. Rasulullah saw sangat mengistimewakan bulan ini. Banyak riwayat menyebutkan keutamaan Nisfu Syaban.

Hadis Nisfu Syaban dan Keistimewaannya

Malam Nisfu Syaban jatuh pada Kamis (13/2/2025) petang atau selepas Magrib hingga hari Jumat (14/2). Berikut informasi lengkap tentang keutamaan malam Nisfu Sya'ban menurut hadis serta amalannya:

1. Malam Pengampunan Dosa

Pada malam Nisfu Syaban, segala amal perbuatan manusia diserahkan kepada Allah Swt. dan dosa-dosa konon bakal diampuni. Namun, pengampunan tidak berlaku bagi manusia yang menyekutukan Allah Swt. atau yang masih berseteru dengan sesama.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sabda Rasulullah saw yang berbunyi:

يطلع الله عز وجل على خلقه ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن

Artinya:“Allah ‘azza wa jalla melihat (amalan) hamba-Nya pada malam pertengahan bulan Sya’ban, maka Ia mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan,” (HR At-Thabrani).

DOA MALAM NISFU SYABAN

Umat muslim membaca surah Yasin di malam nisfu Syaban 15 Sya'ban 1443 Hijriah di Masjid Al-Barkah, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (17/3/2022). ANTARA FOTO/Suwandy/foc.

2. Rasulullah saw Menghidupkan Malam Nisfu Syaban dengan Ibadah

Memperbanyak ibadah pada malam Nisfu Syaban merupakan amalan sunah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Aisyah r.a., ditegaskan bahwa Rasulullah saw mengisi malam Nisfu Syaban melalui ibadah dan memperbanyak doa.

Berikut bunyi hadis yang menjelaskan anjuran tersebut:

فقدت النبي صلى الله عليه وسلم ذات ليلة. فخرجت أطلبه. فإذا هو بالبقيع رافع رأسه إلى السماء. فقال: يا عائشة أكنت تخافين أن يحيف الله عليك ورسوله؟ قالت: قد قلت: وما بي ذلك. ولكني ظننت أنك أتيت بعض نسائك. فقال: إن الله تعالى ينزل ليلة النصف من شعبان إلى السماء الدنيا فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم كلب

Artinya:“Pada suatu malam hari aku kehilangan Nabi saw, kemudian aku keluar mencari beliau. Ketika itu beliau sedang mengangkat kepala ke langit. Kemudian beliau berkata: Wahai Aisyah! Apakah engkau takut Allah dan Rasul-Nya menelantarkan engkau.

Aku berkata: Aku menyangka bahwa engkau mendatangi sebagian istri-istri engkau. Kemudian beliau berkata: Sesungguhnya Allah ‘turun’ pada malam Nishfu Sya’ban ke langit dunia. Lalu, Dia mengampuni lebih banyak dari jumlah bulu kambing milik kabilah Bani Kalb (salah satu kabilah yang banyak memiliki kambing),” (HR Ibnu Majah).

3. Malam Ketika Doa-Doa Terkabul

Allah Swt. mengabulkan doa-doa umat yang dipanjatkan pada saat malam Nisfu Syaban. Jika memohon rezeki, maka niscaya Allah akan memberikanya.

Sementara itu, jika sedang ditimpa ujian, Allah Swt. akan menyelamatkannya. Rasulullah saw pernah bersabda:

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا، فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا، فَيَقُولُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا، حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ

Artinya:“Jika malam nisfu Sya‘ban datang, maka bangunlah di malam harinya, dan berpuasalah di siang harinya. Sesungguhnya Allah pada malam itu turun ke langit dunia hingga terbit malam hari.

Dia berfirman, ‘Ingatlah, adakah yang memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya. Adakah yang memohon rezeki, niscaya Aku akan memberinya. Adakah yang sedang ditimpa ujian, niscaya Aku akan menyelamatkannya. Begitu seterusnya, hingga terbit fajar,” (HR Ibnu Majah).

Tahsinul Quran di Padang

Sejumlah jamaah mengikuti Tahsinul Qu'ran di Masjid Raya Sumatera Barat di Padang, Rabu (20/3/2024). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/foc.

4. Dalil Puasa Bulan Sya'ban

Bukan hanya pada malam Nisfu Syaban, Rasulullah saw sering berpuasa sepanjang bulan Syaban. Ketika ditanya, Rasulullah menjelaskan bahwa bulan Syaban merupakan bulan yang acap kali dilupakan karena berada di antara bulan Rajab dan Ramadhan.

Beliau ingin amal perbuatannya dihadapkan kepada Allah Swt. dalam keadaan berpuasa. Bulan Syaan merupakan waktu ketika amal manusia diangkat kepada Allah Swt.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ الْأَيَّامَ يَسْرُدُ حَتَّى يُقَالَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ الْأَيَّامَ حَتَّى لَا يَكَادَ أَنْ يَصُومَ إِلَّا يَوْمَيْنِ مِنْ الْجُمُعَةِ إِنْ كَانَا فِي صِيَامِهِ وَإِلَّا صَامَهُمَا وَلَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنْ شَهْرٍ مِنْ الشُّهُورِ مَا يَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ تَصُومُ لَا تَكَادُ أَنْ تُفْطِرَ وَتُفْطِرَ حَتَّى لَا تَكَادَ أَنْ تَصُومَ إِلَّا يَوْمَيْنِ إِنْ دَخَلَا فِي صِيَامِكَ وَإِلَّا صُمْتَهُمَا قَالَ أَيُّ يَوْمَيْنِ قَالَ قُلْتُ يَوْمُ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمُ الْخَمِيسِ قَالَ ذَانِكَ يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيهِمَا الْأَعْمَالُ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ وَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ قَالَ قُلْتُ وَلَمْ أَرَكَ تَصُومُ مِنْ شَهْرٍ مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ يُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Artinya, “Rasulullah saw berpuasa beberapa hari berturut-turut, sampai-sampai dikatakan, beliau tidak pernah berbuka. Beliau juga berbuka beberapa hari hingga hampir tidak puasa kecuali dua hari dalam sepekan, yaitu dua hari yang biasa beliau gunakan untuk berpuasa, jika tidak (berpuasa terus menerus), maka beliau akan berpuasa dua hari itu.

Tidaklah beliau banyak berpuasa kecuali di bulan Sya'ban, Aku bertanya; 'Wahai Rasulullah, engkau berpuasa seakan-akan engkau tidak pernah berbuka dan engkau berbuka seakan engkau tidak berpuasa kecuali dua hari saja, yaitu Senin dan Kamis." Beliau bersabda: "Itulah dua hari yang amalan seorang hamba ditampakkan di hadapan Rabb semesta alam, aku senang ketika amalanku ditampakkan, diriku sedang berpuasa."

Usamah melanjutkan; kataku selanjutnya; "Dan kami tidak melihat engkau banyak berpusa kecuali di bulan Sya'ban?." Beliau bersabda: "Itulah bulan yang orang-orang banyak yang lalai antara bulan Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan ditampakkannya amalan-amalan, dan aku suka ketika amalanku diperlihatkan dihadapan Rabbku, sedangkan aku dalam keadaan berpuasa." (HR Ahmad).

Baca juga artikel terkait NISFU SYABAN atau tulisan lainnya dari Nisa Hayyu Rahmia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Nisa Hayyu Rahmia
Penulis: Nisa Hayyu Rahmia
Editor: Beni Jo & Fitra Firdaus