tirto.id - Khutbah Jumat pada 14 Februari 2025 dapat mengangkat tema tentang renungan Nisfu Syaban dan mengawali Ramadhan. Setelah melalui nisfu syaban yang berlangsung pada Kamis (13/2) petang usai maghrib hingga Jumat (14/2), umat Islam mesti bersiap menghadapi tamu agung, Ramadhan 1446 H yang suci dan penuh kemuliaan.
Nisfu Syaban adalah pertengahan bulan Syaban. Pada malam harinya, diyakini amalan semua makhluk dalam rentang setahun diangkat ke hadapan Allah. Pada momentum tersebut pula, Allah akan mengampuni dosa dan mengabulkan permohonan hamba-hamba-Nya.
Diriwayatkan dari jalur Mu'adz bin Jabal, Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah memperhatikan malam nisfu syaban kala Dia akan mengampuni dosa seluruh makhluk-Nya kecuali orang yang musyrik atau orang yang bermusuhan" (H.R. Baihaqi).
Umat Islam sudah semestinya menggunakan momentum nisfu syaban itu untuk beramal sebaik mungkin dan berdoa sebanyak mungkin. Oleh karenanya, di sebagian kalangan, terdapat anjuran misalnya membaca Surah Yasin 3 kali, menuliskan Surah Shad ayat 54, hingga membaca Surah Al Waqiah.
Kekhusyukan umat Islam dalam melalui malam nisfu syaban adalah sarana "berlatih" untuk menghadapi bulan Ramadhan. Sepanjang 29 atau 30 hari pada Ramadhan 1446 H, umat akan berlomba-lomba melaksanakan ibadah. Apalagi, pada bulan puasa, ada Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan) yang melebihi malam 1.000 bulan.
Dalam Kanzun Najah was Surur, Syekh Abdul Hamid menyebutkan bahwa tiada malam setelah Lailatul Qadar yang lebih utama daripada malam Nisfu Syaban.
Contoh Teks Khutbah Jumat Renungan Nisfu Syaban dan Ramadhan 2025
Bismillaahirrahmaanirrahiim ...
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jemaah Jumat yang dirahmati Allah
Pada Jumat yang dipenuhi berkah ini, khatib mengingatkan kepada diri pribadi sekaligus kepada jemaah masjid ini, untuk terus meningkatkan takwa kepada Allah. Hidup memang kadang turun naik.
Ada saatnya bahagia, tetapi ada saatnya pula terluka. Namun, di balik hiruk-pikuk duniawi itu, iman dan takwa kepada Allah mesti senantiasa dipegang teguh.
Sepanjang pertengahan pekan ini, sebagian di antara kita mungkin ada yang mengerjakan puasa ayyamul bidh. Ada yang memulainya pada Rabu, 12 Februari. Ada pula yang menjalaninya sejak Kamis, 14 Februari. Selain itu, mungkin pula sepanjang malam 15 Syaban 1446 H yang berlangsung tadi malam, ada yang menambah amalan dengan shalat sunnah dan membaca Al-Qur'an.
Saat menyambut nisfu Syaban dengan banyak amalan, lubuk hati terdalam kita tentu melakukannya dengan tulus hati. Mungkin saja kita melakukan sebuah amalan yang konon dapat memudahkan rezeki dalam setahun. Mungkin pula kita mendengar amalan tertentu dapat membuat kehidupan seseorang lebih baik selama setahun berikutnya.
Namun, amalan-amalan tersebut tidak berkuasa apa pun. Amalan demi amalan yang kita lakukan hari-hari ini sejatinya membukakan kesadaran bahwa manusia hanya bisa berusaha. Pada akhirnya, Allahlah yang menentukan segalanya.
Firman Allah dalam Surah Al Ankabut ayat 62 adalah sebagai berikut.
"Allāhu yabsuṭur-rizqa limay yasyā'u min ‘ibādihī wa yaqdiru lah(ū), innallāha bikulli syai'in ‘alīm(un)."
Artinya, "Allah melapangkan rezeki bagi orang yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezeki) baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
Pemahaman bahwa Allah yang menentukan segalanya ini penting bagi kita dalam persiapan menuju Ramadhan. Apalagi, pada bulan tersebut, akan ada banyak amalan yang dilakukan seseorang. Misalnya, shalat tarawih sejak malam pertama Ramadhan hingga terakhir. Mungkin pula kita berniat untuk mengkhatamkan Al-Qur'an dalam 30 hari sebelum Idul Fitri.
Umat Islam memang perlu mengupayakan ibadah sebanyak mungkin selama ia mampu. Apalagi, Ramadhan memang bulan istimewa. Terdapat riwayat, "Barang siapa yang pada bulan itu (Ramadhan) mendekatkan diri kepada Allah dengan sebuah kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan, barangsiapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan 70 kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan." (H.R. Bukhari).”
Namun, di sinilah terletak kuncinya. Kita beribadah sebanyak mungkin sembari terus membersihkan diri, menghapus keakuan dan kesombongan, tanpa pamrih, tanpa berharap apa-apa. Yang kita tahu, janji Allah memang nyata. Dengan demikian, pada hari Idul Fitri mendatang, seorang muslim yang terus menghancurkan sifat-sifat buruknya sepanjang bulan puasa, akan benar-benar bersih dan suci.
Menjalankan prinsip ini memang sulit. Keimanan seseorang pasti naik dan turun setiap hari. Ada kalanya dia demikian tangguh untuk mengerjakan perintah Allah, tetapi kadang ia sedikit oleng. Terkait hal ini, dan terkait persiapan menjelang puasa, khatib akan mengutipkan salah satu petikan syair Masnawi karya Jalaluddin Rumi berikut.
Ada orang yang memiliki 40 keping perak
Dia mengambil satu keping sehari, dan membuangnya ke selokan air.
Dia berupaya menaklukkan jiwa kebinatangannya untuk menghentikan ketamakan.
Satu-satunya santapan hanyalah kasih Allah.
Khutbah Jumat Kedua Nisfu Syaban 2025 Bahasa Arab beserta Doa
Editor: Iswara N Raditya