tirto.id - Nisfu Syaban merupakan malam yang dianggap istimewa bagi umat Islam. Sebagian Muslim memperingati malam Nisfu Syaban dengan melakukan ibadah, berdoa, dan amalan-amalan lain. Lalu, apa hukum Nisfu Syaban versi Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah?
Nisfu Syaban sekaligus menandai setengah bulan sebelum berjumpa Ramadan. Nisfu Syaban memiliki beberapa sebutan yang menandakan keistimewaan.
Di antaranya seperti Lailatul Mubarakah (malam keberkahan), Lailatul Qismatut taqdir (malam ditetapkannya takdir), Lailatul Bara’ah (Malam pembebasan), hingga Lailatul Ijabah (malam diterimanya doa-doa).
Kapan Malam Nisfu syaban 2025?
Nisfu Syaban jatuh tepat pada hari ke-15 bulan Syakban dalam kalender Hijriah. Pada tahun ini, tanggal 1 Syakban 1446 H dimulai pada hari Kamis, 30 Januari 2025 petang atau siang harinya pada Jumat, 31 Januari 2025.
Berdasarkan perhitungan, maka malam Nisfu Syaban bertepatan dengan Kamis, 13 Februari 2025 petang atau siang harinya pada Jumat, 14 Januari 2025.
Karena berada di tengah bulan, malam tersebut dikenal sebagai Nisfu Syaban. Secara bahasa, Nisfu berarti setengah.
Hukum Nisfu Syaban Versi NU dan Amalannya
Kalangan NU memandang Nisfu Syaban sebagai malam yang baik. Menurut Arfan Effendi dalam “Hukum dan Amalan Utama Malam Nisfu Sya’ban” yang dikutip via laman NU Online Banten, hukum Nisfu Syaban adalah sunah.
Bersumber dari Imam Syihabuddin Ahmad al-Burullusi al-Mishri dalam kitab “Qalyûbî wa ‘Umairah (Mahalli)”, hukum menghidupkan Nisfu Syaban adalah sunah. Hal ini seperti menghidupkan malam hari raya, Idulfitri maupun Iduladha.
“Disunahkan menghidupkan malam hari raya, Idulfitri dan Idhuladha, dengan berdzikir dan salat, khususnya salat tasbih. Sekurang-kurangnya adalah mengerjakan salat Isya berjamaah dan membulatkan tekad untuk salat Subuh berjamaah,” tulis Kitab Qalyûbî wa ‘Umairah (Mahalli).
“Amalan ini juga baik dilakukan di malam Nisfu Syaban, awal malam bulan Rajab, dan malam Jumat karena pada malam-malam tersebut doa dikabulkan,” sambung penjelasan tersebut.
Sebuah hadis dari Ibnu Hibban memperkuat keutamaan Nisfu Syaban bagi umat Muslim.
"Allah Swt. memperhatikan makhluk-Nya pada malam nisfu Syaban dan mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang kafir dan orang yang bermusuhan,” bunyi hadis tersebut.
Meski demikian, sebagian ulama menilai ini termasuk hadis dhaif. Akan tetapi, hal tersebut tidak berujung pada larangan. Sebab, sebagian besar ulama memperbolehkan pengamalan hadis dhaif untuk fadhail amal.
Sementara itu, terdapat sejumlah amalan yang baik dilakukan bagi umat Muslim, utamanya untuk kalangan NU. Seperti yang disebutkan Muhamad Sochib dalam "Amalan Nisfu Sya'ban" di NU Online Jateng, sebagai berikut:
Salat Sunah
Ada beberapa salat sunah yang bisa dikerjakan pada malam Nisfu Syaban, seperti berikut ini:Salat Sunah Muthlak
- Tata cara: Salat sunah 2 rakaat dengan niat Salat Muthlak. Kemudian membaca Al-Kafirun dan Al-Ikhlas, pada masing-masing rakaat 1 dan 2 setelah bacaan Al Fatihah. Dalam setiap sujud membaca doa:
Salat Sunah Awwabin
- Tata cara: 6 rakaat dan dikerjakan setelah Salat Magrib dan sebelum Isya. Setiap 2 rakaat 1 kali salam. Pada tiap rakaat dibaca surat al-Fatihah dan Al-Ikhlas sebanyak 6 kali.
- Ada berbagai versi dari salat sunah ini. Sejumlah menganjurkan salat dengan 100 rakaat, yang disertai Surat Al-Ikhlas 11 kali pada tiap rakaat setelah Al Fathihah. Atau salat 11 rakaat dengan membaca Al Ikhlas 100 kali tiap rakaat.
Membaca Yasin 3 kali
- Tata cara: Surat Yasin yang pertama dibaca untuk memohon panjang umur (yang barakah) dan ketaatan/ketaqwaan serta dapat istiqamah kepada Allah SWT. Surat Yasin yang kedua dibaca untuk memohon dijauhkan dari segala bentuk musibah, fitnah, bala/marabahaya lahir batin.
- Surat Yasin yang ketiga dibaca untuk memohon sugih hati/kaya hati yang langsung dari Allah tidak mudah meminta-minta pada selain Allah serta ditetapkan Iman Islam sampai akhir hayat.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. اللّهُمَّ يَاذَا الْمَنِّ وَلاَيُمَنُّ عَلَيْك. يَاذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ. يَاذَا الطَّوْلِ والْإِنْعَامِ, لاَإِلهَ إِلاَّ أَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِئيْن, وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْن, وَمَأْمَنَ الْخَائِفِيْن. اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُوْمًا أَوْ مُقَتَّرًا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ فَامْحُ مِنْ أُمِّ الْكِتَابِ شَقَاوَتِيْ وَحِرْمَانِيْ وَتَقْتِيْرِ رِزْقِيْ وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ الْمُنْزَل, عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَل {يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ} إِلهِيْ بِالتَّجَلِّي الْأَعْظَم, فِيْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ الْمُكَرَّم, الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَم, اكْشِفْ عَنِّيْ مِنَ الْبَلاَءِ مَا أَعْلَم, وَمَا لاَ أَعْلَم, وَاغْفِرْ لِيْ مَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَم. اللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِنْ أَعْظَمِ عِبَادِكَ حَظًّا وَنَصِيْبًا فِيْ كُلِّ شَيْئٍ قَسَمْتَهُ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ مِنْ نُوْرٍ تَهْدِيْ بِهِ, أَوْ رَحْمَةٍ تَنْشُرُهَا, أَوْ رِزْقٍ تَبْسُطُهُ, أَوْ فَضْلٍ تُقَسِّمُهُ عَلَى عِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ, يَاللهُ, يَاللهُ, لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ. اللَّهُمَّ هَبْ لِيْ قَلْبًا تَقِيًّا نَقِيًّا, مِن َالشِّرْكِ بَرِيًّا, لاَ كَافِرًا وَلاَ شَقِيًّا, وَقَلْبًا سَلِيْمًا خَاشِعًا ضَارِعًا. اللَّهُمَّ امْلَأْ قَلْبِيْ بِنُوْرِكَ وَأَنْوَارِ مُشَاهَدَتِكَ, وَجَمَالِكَ وَكَمَالِكَ وَمَحَبَّتِكَ, وَعِصْمَتِكَ وَقُدْرَتِكَ وَعِلْمِكَ, يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ, وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Selain amalan tersebut, hal lain yang bisa dikerjakan ialah membaca tasbih Nabi Yunus sebanyak 2375 kali, membaca aayatul hirsh surat at-Taubah ayat 128-129 (500 kali), memperbanyak doa, membaca doa taubat Nabi Adam, memperbanyak Dzikir, serta Selawat Nabi, dan lain sebagainya.
Hukum Nisfu Syaban Versi Muhammadiyah dan Amalannya
Berbeda dengan NU, kalangan Muhammadiyah mempercayai bahwa ibadah khusus di malam Nisfu Syaban sebagai Bid'ah.
Muhammad Yusran Hadi dalam “Keutamaan Nisfu Sya’ban dan Amalannya?” dikutip laman resmi Suara Muhammadiyah menyebutkan, tidak ada satupun dalil yang shahih mengenai keutamaan Nisfu Syaban dan amalan khusus pada malamnya.
Menurutnya, Nabi Muhammad saw dan para sahabat radhiyallahu anhum tidak melakukan ibadah-ibadah khusus yang dimaksud. Sedangkan anjuran amalan Nisfu Syaban berasal dari hadis-hadis dhaif (lemah) atau bahkan sangat lemah dan maudhu’ (palsu).
Hal ini bersumber pada sejumlah rujukan, seperti pengumpulan hadis oleh Imam Ibnu Al-Jauzi (wafat 597 H), Imam Ibnul Qayyim (wafat 751 H), dan sebagainya.
Kendati demikian, kalangan Muhammadiyah tetap menganjurkan untuk mengerjakan ibadah di bulan Syaban
Kaitannya seperti membayar hutang puasa atau mengkaji amalan-amalan pada Bulan Ramadan, seperti yang disampaikan Syamsul Hidayat dalam kajian tarjih “Amalan Sunah & Bid'ah di Sya’ban” yang digelar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Selain itu, kalangan Muhammadiyah juga tetap menganjurkan untuk mengerjakan puasa sunah. Seperti puasa Senin-Kamis, Ayyamul Bidh, dan puasa Daud.
“Ia adalah bulan di saat manusia banyak yang lalai (dari beramal salih), antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan di saat amal-amal dibawa naik kepada Allah Rabb semesta alam, maka aku senang apabila amal-amalku diangkat kepada Allah saat aku mengerjakan puasa sunah.” (HR. Tirmidzi) seperti dikutip dari laman Magister Pendidikan Agama Islam UMS.
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Beni Jo