tirto.id -
Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Utama PT Timah, Restu Widiyantoro, menyusul kunjungan CEO Yunnan Tin ke kantor pusat TINS di Jakarta pekan lalu.
"Kalau antara PT Timah dan Yunnan Tin bergabung, itu sudah bisa mengatur harga," ujar Restu dalam konferensi pers usai RUPS TINS, Kamis (12/6/2025).
Kerja sama yang dijalin tidak hanya terbatas pada strategi pasar, tetapi juga mencakup alih teknologi. Restu mengungkapkan bahwa teknologi yang digunakan oleh Yunnan Tin sangat modern dan bisa membawa manfaat besar bagi operasional TINS.
"Mereka juga berencana memberikan semacam transfer teknologi kepada kita. Kita berharap kerja sama ini berlanjut dan saling menguntungkan," ucapnya.
Terkait usulan dalam rapat DPR pada 14 Mei 2025 yang mendorong PT Timah menjadi penguasa tunggal ekspor timah nasional, Restu meluruskan bahwa skemanya tidak mengarah pada monopoli oleh TINS.
Menurutnya, hal tersebut masih dalam tahap pembahasan bersama Asosiasi Eksportir Timah Indonesia dan para pelaku industri lainnya. "Bukan kita sebagai satu-satunya. Kita bersama-sama dengan asosiasi, termasuk dalam mengatur harga," tegasnya.
Restu juga menilai wacana penghapusan mekanisme bursa sebagai saluran penjualan timah masih membutuhkan kajian dan proses panjang. Ia menekankan bahwa semua pihak masih harus menempuh prosedur yang berlaku sebelum skema tersebut bisa diwujudkan.
Langkah sinergi antara PT Timah dan Yunnan Tin dinilai sebagai strategi penting dalam menjaga kestabilan pasar dan memperkuat posisi Indonesia di kancah perdagangan timah global.
Adapun, 2024 menjadi titik balik kinerja keuangan TINS. Setelah rugi bersih sebesar Rp449,67 miliar pada 2023, perusahaan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp1,18 triliun pada 2024.
Kinerja tersebut ditopang oleh pertumbuhan pendapatan yang mencapai 29,37% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari Rp8,39 triliun pada 2023 menjadi Rp10,86 triliun pada 2024.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Hendra Friana