tirto.id - Freddie Mercury yang mengantarkan Queen menjadi band fenomenal ini memiliki nama asli Farrokh Bulsara, dan 5 September merupakan hari kelahirannya.
Freddie Mercury bersama Queen pernah menggelar lebih dari 700 konser di beberapa belahan dunia. Selama berkarier “We Are The Champions” merupakan satu dari sekian banyak karya Freddie Mercury yang membuat Queen menuju puncak kesuskesannya.
Gaya busana Freddie Mercury
Gaya penampilan Freddie Mercury memang lebih mencolok dibanding personel Queen yang lain. Ia memahami tren fesyen dan menciptakan paduan gaya sesuai selera. Rebecca Arnold, sejarawan fesyen dari Courtauld Institute of Art London berkata kepada The New York Times bahwa pada tahun 1970-an, tren busana mengarah pada ragam motif mencolok dan paduan warna-warna yang tak lazim.
Jenis busana yang mudah ditemui saat itu di antaranya pantsuit, jumpsuit, kemeja berkerah lebar, celana longgar, baju dengan lengan berbentuk serupa lonceng. Ragam gaya busana populer pada tahun tersebut terwakili oleh sosok-sosok yang datang ke Studio 54, klub malam tempat selebritas seperti Grace Jones berpesta sambil menyiratkan gaya glamor lewat busana dengan sentuhan metalik.
Freddie juga memiliki gaya yang serupa. Salah satu potret pada tahun 1976 menunjukkan ia mengenakan T-shirt garis-garis, jaket bomber hitam bermotif polkadot metalik, dan celana latex hitam. Dazedpernah mengutip perkataan Freddie yang menyebut bahwa ia tidak ingin berpenampilan layaknya musisi rock pada zaman itu yang biasanya mengandalkan biker jacket hitam, jeans, atau celana ketat hitam. Vokalis Queen ini mengatakan bahwa ia ingin berpenampilan layaknya selebritas di dunia showbiz.
Potret-potret lain yang diambil pada tahun 1970-an juga memperlihatkan Freddie mengenakan luaran bermotif floral. Ia bahkan tak ragu memadukan jaket floral tersebut dengan luaran yang terbuat dari bulu hewan. Ia pun mampu membuat mata orang tetap sejuk saat melihatnya menggunakan jaket bomber emas dengan aksen merah. Padahal jaket itu jadi luaran dari kaos biru elektrik.
Untuk aksi panggung pada dekade tersebut, ia memilih busana mencolok yakni bodysuit, terusan ketat serupa jumpsuit yang dibuat tanpa lengan dan terbuka pada bagian dada serta punggung.
Salah satu tampilan fenomenal Freddie dengan catsuit --terusan yang biasanya ngepas badan, terbuat dari bahan yang mudah melar-- terjadi pada Oktober 1979. Ia mengenakan busana dengan material sequin abu-abu. Penampilan Freddie hari itu semakin diingat karena ia tampil bersama pebalet dari Royal Ballet Company. Catsuit mempermudah geraknya di atas panggung sekaligus memudahkan publik untuk mengingat Freddie. Pada dekade 70-an, ia pun sempat tampil dalam catsuitbermotif papan catur sampai catsuit berlengan panjang.
Perubahan penampilan Freddie Mercury
Penampilan Freddie berubah ketika memasuki era 1980-an. Ia memotong rambut dan menumbuhkan kumis. Mulai meninggalkan catsuit dan beralih pada singlet dan celana dengan model tracksuit. Periode itu adalah masa tracksuit tidak hanya dikenakan untuk olahraga, dikarenakan beberapa selebritas mulai tampil dengan busana tersebut.
Freddie tampil dengan sentuhan gaya sporty ini ketika tampil di Wembley tahun 1986. Ia memadukan celana yang terkesan sportyitu dengan jaket kuning terang. Warna jaket itu membuat Freddie tetap ada di jalur tren fesyen tahun 1980-an yang diisi oleh warna-warna terang. Selain kuning, ia juga pernah tampil dengan jaket kulit merah dan blazer warna-warni.
Memasuki tahun 1990, penampilan Freddie tak lagi mencolok. Ia mengikuti gaya populer pada masa itu yakni setelan jas longgar, tanpa berupaya untuk memodifikasi atau memadukan dengan aksesori lain agar penampilan tampak mencolok. Menjelang penghujung usia, Freddie tidak lagi berupaya untuk tampil glamor.
Meski demikian, publik tetap mengenal Freddie sebagai sosok yang berani tampil gaya. Vogue menobatkannya sebagai style icon dan menyebut beberapa lini busana fesyen premium yang karyanya nampak terinspirasi dari gaya Freddie.
Jejak Karier Freddie Mercury & Queen
Perjalanan karier musik Freddie sangat berliku, naik turun, bahkan pernah menemui kegagalan. Vokalis utama Queen ini pernah bergabung dengan band Ibex yang berganti nama menjadi Wreckage. Band tersebut gagal dan bubar, Freddie akhirnya memutuskan bergabung dengan band Sour Milk Sea.
Band tersebut juga tidak bertahan lama. Karier Freddie berlanjut, perjalanannya mulai terang ketika bergabung dengan dua personil Smile, Brian May (gitaris) dan Roger Taylor (drumer), mereka sepakat membentuk band baru dan Freddie meminta nama tersebut diubah menjadi “Queen”.
Mereka akhirnya merekrut John Deacon untuk mengisi posisi bass. Yang istimewa dari Freddie dibanding penyanyi rock lain adalah, ia mampu menemukan pewarnaan yang tepat serta mampu memberikan nuansa ekspresif untuk setiap kata dan mampu menempatkan bagian vokal dengan baik.
Hal tersebut juga diakui oleh seorang penulis biografi, David Bret yang mengatakan, suaranya dapat meningkat dalam beberapa bar dari suara serak, tenor, kemudian beralih ke nada tinggi. Oktober 1981, Queen kembali masuk studio untuk menggarap album Hot Space dan menyiapkan album The Greatest Hits.
Meski punya lagu-lagu paten macam “Cool Cat” dan “Under Pressure”, Hot Space dapat kritik pedas dari banyak kritikus. Bahkan Brian May dan Roger Taylor disebut benci album ini.
Freddie ahli menyematkan makna di dalam lirik lagunya, terutama lagu “Bohemian Rhapshody” di album “A Night at the Opera”. Berkat ini pula album itu laku 2,5 juta keping dan menempati posisi puncak di beberapa negara seperti Belanda, Selandia Baru, Kanada dan Belgia.
Judul lagu ini selanjutnya dipakai sutradara Bryan Singer dalam filmnya Bohemian Rhapsody, drama biopik yang mengisahkan tentang karier Queen dan Freddie Mercury.
Editor: Yulaika Ramadhani