tirto.id - Fidel Castro ternyata seorang pembela Palestina. Mantan presiden yang juga dedengkot komunis Kuba ini mendukung perlawanan rakyat di negara muslim tersebut untuk tidak tinggal diam atas penindasan yang dilakukan oleh Israel.
Awal Agustus 2014, Castro menandatangani manifesto internasional sebagai wujud sikap tegas bahwa ia dan segenap rakyat Kuba adalah pro-Palestina. Isi manifesto yang diteken Castro antara lain menuntut Israel untuk menghormati resolusi PBB yang telah disepakati pada 1967.
Komandan Revolusi Kuba ini menyerukan kepada negara zionis tersebut untuk segera mundur dari Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur. “Serangan Israel di Gaza adalah fasisme dalam bentuk baru, sungguh menjijikkan!” tukas Castro saat itu.
Castro bukanlah orang yang anti Yahudi, sama sekali bukan. Ia justru pernah menyatakan respek kepada umat Nabi Musa itu karena menjadi korban kekejaman rezim Nazi-Jerman di bawah komando Adolf Hittler pada dekade 1940-an yang telah lampau.
"Simpati besar untuk orang-orang Yahudi yang teraniaya sepanjang sejarah," begitu ucap Castro seperti yang tercatat dalam wawancara dengan jurnalis The Atlantic, Jeffery Goldberg.
Tak pelak, pernyataan Castro itu mendapat pujian dari para tokoh besar Israel macam Benjamin Netanyahu dan Shimon Peres. “Castro memperlihatkan bahwa ia cukup mendalam dalam memahami sejarah bangsa Yahudi dan Israel,” sebut Netanyahu.
Peres pun sepakat dengan Netanyahu. "Menurut saya, pernyataan Anda (Castro) sangat tidak terduga, namun penuh dengan kedalaman intelektual yang unik,” tulis mantan Presiden Israel itu yang ditujukan khusus untuk Castro.
Tapi, bersimpati kepada kaum Yahudi bukan lantas membuat Castro bisa memaklumi apapun yang dilakukan oleh Israel, terutama terhadap bangsa Palestina. Dukungan nyatanya kepada Palestina menunjukkan bahwa Castro adalah seorang komunis yang anti penindasan tanpa pandang bulu.
”Mengapa pemerintah negara ini (Israel) berpikir bahwa dunia akan tahan terhadap genosida yang mengerikan itu? Apa yang sedang mereka lakukan terhadap rakyat Palestina?" sergah Castro dalam tulisannya yang dimuat di surat kabar resmi Partai Komunis Kuba.
Bagi sejumlah kalangan, barangkali agak aneh melihat seorang tokoh merah seperti Fidel Castro rela pasang badan untuk Palestina yang mayoritas rakyatnya memeluk Islam. Namun, bagi Castro, ini bukan persoalan agama atau pertentangannya dengan idealisme tertentu. Ini adalah murni tentang kemanusiaan.
Kini, Fidel Castro telah tiada. Komandan komunis Kuba yang amat dibenci Amerika Serikat itu pergi begitu saja dengan meninggalkan serangkaian jejak yang sebenarnya masih menyisakan pro dan kontra. Selamat berjuang di sana, Kamerad!
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Zen RS