tirto.id - Fidel Castro meninggal dunia pada usianya ke-90. Castro memimpin Kuba hampir setengah abad lamanya. Ia adalah salah satu dari tiga orang pemimpin terlama di dunia setelah Ratu Inggris Elizabeth dan Raja Bhumibol Adulyadej di Thailand versi The Indian Express. Pada masa kepemimpinannya, Castro mengalami serangkaian percobaan pembunuhan. Berkali-kali pula ia dikabarkan meninggal dunia.
"Mereka telah 'membunuh' saya beberapa kali. Orang-orang yang membuat prediksi ini membuat saya tertawa, seolah-olah bagi saya kematian adalah berita buruk."
Kalimat tersebut pernah diucapkan Castro di tahun pertama ia mendapati kabar kematiannya beredar luas di Twitter. Kabar kematiannya sering muncul, terutama setelah ia menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada adiknya, Raul Castro pada 24 Februari 2008.
Setelah sakit yang menderanya, Castro harus mengubur cita-citanya untuk rmemimpin Kuba seumur hidup seperti pernah diutarakannya pada tahun 70-an silam. Ia juga tak lagi muncul ke publik, sehingga kabar kesehatannya yang memburuk kerap muncul secara liar di publik.
Pada Agustus 2011, kondisi kesehatan Castro dikabarkan memburuk setelah lama menghilang dari publik. Ia menjawab rumor tersebut dengan muncul di televisi publik Venezuela yang dipandu Mario Silva pada 9 September 2011. Walau hanya suara yang diperdengarkan, namun foto-fotonya saat menikmati semangkuk sup bersama Silva diperlihatkan kepada publik. Dalam foto ia terlihat mengenakan jaket putih dan kemeja kotak-kotak, terdengar tertawa dalam rekaman dan santai menanggapi berita hoax kematiannya.
Castro kembali diisukan meninggal pada Oktober 2012. Sebuah media harian setempat menyatakan ia tengah sekarat akibat terkena stroke akut dan telah seminggu lebih menjalani perawatan. Tapi sayang, lagi-lagi Castro malah mengejek berita kematiannya dengan merilis foto-fotonya yang sedang berdiri di samping pohon, berbusana layaknya koboi, lengkap dengan kemeja dan topinya.
"Saya bahkan sudah tidak ingat lagi apa rasanya menderita sakit kepala," sindirnya.
Kabar memburuknya Castro juga diendus dari terhentinya tulisan editorial. Walau telah berhenti menjadi pemimpin Kuba, Castro masih mendedikasikan ide-idenya dengan menulis editorial. Total sekitar 400 editorial dan beberapa buku mengenai revolusi telah ditulisnya. Namun, ia memutuskan berhenti menulis advertorial “Reflections” pada 19 Juni 2012. Kecurigaan publik tentang kondisi fisiknya yang melemah memuncak saat Castro tak memberikan ucapan selamat kepada sekutunya Venezuela Hugo Chavez saat terpilih kembali sebagai presiden awal Oktober 2012.
Tak berakhir pada dua kabar kematian, pada tahun lalu, Castro dua kali dikabarkan meninggal dunia. Pertama di awal tahun 2015, terdapat rumor yang mengatakan mantan gerilyawan ini sakit dan meninggal. Kabar ini lagi-lagi terbantahkan oleh foto-foto Castro yang muncul di Koran Partai Komunis Kuba, Granma. USA Today pada Februari 2015 juga menurunkan artikel berjudul "Fidel Is One of A Kind" dengan menyertakan 20 gambar Castro yang berbincang dengan Randy Perdomo García, kepala Federasi Mahasiswa di Universitas Havana.
Berita kematiannya yang kedua di tahun lalu menyeruak setelah ia kembali absen muncul di publik terhitung Mei 2015. Tapi ia dengan santai malah terlihat menyambangi 19 master pembuat keju selama empat jam pada Juli 2015. Peristiwa ini dianggap langka, sebab, Castro memang terlihat jarang sekali keluar dari rumahnya di Havana.
Peraih Mendali Lolos dari Maut
Selain rumor kematiannya yang marak, Castro juga berkali-kali harus melewati percobaan pembunuhan terhadap dirinya. Ia bahkan dianggap sebagai titisan dewa oleh rakyatnya karena berhasil lolos dari serangkaian usaha tersebut.
“Jika percobaan pembunuhan adalah salah satu cabang olahraga Olimpiade, tentu aku akan dapat medali emas.”
Gurauan tersebut dilontarkannya saat perayaan ulang tahunnya ke-90. Ia menyatakan telah selamat dari 634 kali percobaan pembunuhan, termasuk yang didalangi oleh Central Intelligence Agency (CIA) dan organisasi Amerika lainnya termasuk FBI. Angka yang dilontarkan Castro ternyata masih lebih sedikit dari catatan intelijen Kuba, yang menyatakan sudah ada 638 percobaan pembunuhan terhadap dirinya.
Salah satu uji coba pembunuhan dan penggulingan dirinya yang paling ekstrem adalah invasi Teluk Babi. Tapi bukannya berhasil, program ini malah membawa malapetaka dan mencorong nama Amerika di mata dunia. Ceritanya dimulai pada tahun 1960 ketika CIA merencanakan percobaan menggulingkan pemerintah Kuba di bawah perintah presidennya. Untuk menghilangkan jejak, maka serangan dilakukan oleh pasukan khusus orang buangan Kuba dilatih oleh CIA.
Sayangnya sebelum rencana penyerangan sempat dilalukan, inteligen Kuba sudah mengendusnya, sekitar 2.000 orang Kuba meninggal selama invasi, sedangkan lebih dari 100 anggota tentara pengasingan tewas dalam tindakan. Sebanyak 1.200 sisanya ditangkap, dipenjara, dan sebagian dieksekusi. Setahun kemudian, sisanya dibebaskan dengan imbalan dari Amerika sebesar $53 juta pada makanan dan obat-obatan bagi rakyat Kuba.
Dampak dari invasi Teluk Babi, Amerika mendapat kemarahan dari dalam negeri dan juga sekutunya. Atas peristiwa ini beberapa petinggi CIA seperti Direkturnya, Allen Dulles, Wakil Direkturnya Charles Cabel, dan Wakil Direktur Operasinya, Richard Bissell dipaksa mengundurkan diri.
Percobaan-percobaan lain yang pernah dipertimbangkan CIA kepada Castro terkuak dalam buku The Official CIA Manual of Trikery and Deception, yang ditulis H. Keith Melton, pakar spionase, dan Robert Wallace, mantan agen CIA. Seorang ahli kimia bioorganik pernah mengusulkan penyemprotan cairan Lysergic Acid Diethylamide (LSD).
Cairan itu ditemukan oleh ahli kimia asal Swiss Albert Hofmann pada 1938, menyebabkan efek berhalusinasi, sempat menjadi obat favorit pecandu narkotika dan mulai dilarang penggunaannya di akhir tahun 1960-an. Dalam Operasi Musang aksi menyemprot studio penyiaran milik Castro di Havana bertujuan agar mengalami disorientasi dan meracau saat berpidato.
Operasi juga diarahkan untuk memasukan LSD ke dalam cerutu Castro yang dikenal perokok berat dan disiapkan dalam talkshow stasiun televisi WNTA-TV di New York, Amerika Serikat. Yang dipandu David Susskind. Tapi rencana itu buyar karena tak ada kepastian apakah rokok itu akan dihisap oleh Castro sendiri atau malah oleh si pembawa acara.
Gagal di talkshow, CIA merekrut seorang agen ganda Kuba untuk menawarkan cerutu mengandung botulin, racun yang mengakibatkan kematian dalam hitungan detik. Cerutu itu diberikan ke agen tersebut pada Februari 1961.
Tapi dia gagal menjalankan tugasnya setelah rencana jahat itu terendus oleh agen rahasia Kuba. Rencana mengerikan lain untuk membunuh Castro lewat cerutu adalah mengisinya dengan peledak untuk dihisap dalam perjalanan ke kantor PBB. Menyadari Castro berpotensi diracun lewat cerutu, pejabat kemanan Kuba akhirnya menciptakan cerutu khusus bermerk Cohiba untuknya.
Rencana lainnya disipakan ketika Castro bepergian ke luar negeri, ia biasa meninggalkan sepatu di kamar hotel pada malam hari untuk disemir.CIA berpikir mengisi bagian dalam sepatu bot itu dengan garam talium, obat penghilang rambut yang akan menyebabkan jenggotnya rontok. Tujuannya agak konyol: tanpa jenggot maka lesam macho pada wajah Castro akan hilang. Sayang, rencana kembali gagal karena karena Castro membatalkan jadwal perjalanannya yang sudah diincar. tulis Melton dan Wallace.
Selang beberapa waktu dengan insiden pembunuhan Presiden Kennedy di Dallas, 22 November 1963, seorang perwira CIA diam-diam menemui Rolando Cubela, seorang agen Kuba di Paris. Ia memberi pulpen jenis Paper Mate yang berisi jarum suntik kecil yang mengandung racun Blackleaf-40. Sedikit tusukan ringan saja dapat mengakibatkan kematian.
Cubela hanya memiliki sedikit waktu untuk melarikan diri sebelum efeknya terlihat. Namun, sebelum menjalankan rencananya, ia mengambil pelajaran dari kematian Kennedy, dan membuang pulpennya sebelum kembali ke Kuba. Jenis percobaan pembunuhan lainnya dilakukan dengan melumuri pakaian selam Castro oleh infeksi tuberkolosis, penembakan, dan diberi sianida pada susu coklatnya.
Mengetahui dirinya lolos dari ratusan maut agaknya malah menjadi bahan humor tersendiri bagi Castro. Sebelum kematiannya yang nyata, ia sempat menulis sebuah surat panjang kepada Pemerintah Kuba dan menyinggung kegagalan musuh untuk mengenyahkan dirinya.
”Saya hampir tertawa (dengan) rencana Machiavellian dari Presiden AS.”
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti