tirto.id - CEO Malaka Project, Ferry Irwandi, mempertanyakan alasan dirinya dipersoalkan secara hukum oleh TNI usai aksi demonstrasi yang terjadi beberapa waktu lalu. Dia menyebut bahwa dirinya tak mengetahui dasar tuduhan yang diarahkan kepadanya hingga saat ini.
“Terkait kenapa saya diperkarakan, saya juga enggak tahu sampai sekarang,” ujar Ferry dalam acara berjudul ‘Militerisme Ranah Siber’ yang ditayangkan melalui kanal Youtube Imparsial pada Jumat (12/9/2025).
Menurut Ferry, dia merasa bingung terkait tindakan serius apa yang telah dia lakukan selama ini dan menanyakan sebenarnya siapa yang telah dia sakiti.
Dalam kesempatan tersebut, Ferry menjelaskan dirinya memang hadir secara langsung di lokasi aksi sejak hari pertama hingga puncaknya pada Senin (1/9/2025). Dari pengamatan itu, dia menilai ada sejumlah hal yang mencurigakan termasuk pola aksi kali ini berbeda dengan demonstrasi biasanya.
“Bukan berarti semua massa bayaran, enggak. Pasti banyak juga yang akhirnya pada percaya bakal ada aksi. Memang kelakuan anggota DPR sangat-sangat perlu dievaluasi,” katanya.
Selain itu, penggunaan water cannon sejak siang hingga eskalasi yang merujuk kepada memancing kemarahan aparat dinilai dia merasa janggal.
“Sampai terjadilah peristiwa Affan. Kami coba organisir lagi, bikin banyak platform. Mayoritas mahasiswa, yang punya concern sama,” tutur Ferry.
Lebih jauh, Ferry menyebut pascaaksi sejumlah pihak mencoba menghimpun berbagai temuan, seperti ada yang mengompilasi komentar warganet di media sosial, ada pula yang turun langsung menggali gejala di lapangan. Dari situ, berbagai potongan peristiwa mulai terlihat bahwa pembakaran halte, rekaman video, hingga kehadiran aktor-aktor yang dianggap janggal.
“Kita lihat semua potensinya, semua footage dikumpulkan. Loh kok pihak A ada di sini. Jadi Sabtu di Kwitang itu yang horor ya, gelap semua. Masyarakat pada ketakutan, peserta aksi kehilangan teman,” jelasnya.
Di sisi lain, beredar pula video dari Jakarta yang memperlihatkan adanya mobilisasi aparat militer. Hal itu, disebut Ferry memunculkan tanda tanya besar di kalangan masyarakat sipil.
“Dari situ kami simpulkan, enggak tahu tujuannya apa, tapi sangat naif kalau lihat demo ini dari satu layer. Kompleksitasnya sangat luar biasa,” kata Ferry.
Dia menyebut sejumlah tokoh hukum seperti Menteri Koordinator Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan, Yusril Ihza Mahendra dan Mantan Menko Polhukam Mahfud MD sudah menyinggung perkara ini, namun aparat masih berupaya mencari dugaan tindak pidana yang lebih serius.
“Jadi kalo sekarang TNI namanya enggak bagus di masyarakat, ya salah sendiri. Saya warga sipil biasa. Kalau dibilang ada tindakan ancaman serius, apa yg saya ancam. Saya bingung dan penasaran,” katanya.
Dia menilai eskalasi kasus yang dialaminya justru mengalihkan perhatian dari hal yang lebih mendesak. Banyak korban aksi yang menurutnya belum mendapatkan keadilan dan masih berada dalam kurungan.
“Jadi lama-lama saya mikirnya mereka ini ada apa. Apakah ada kekhawatiran atau apa dari orang, ya aman saja. Saya bingung pidananya di mana.
Lebih ke situ,” tuturnya.
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Fransiskus Adryanto Pratama
Masuk tirto.id


































