tirto.id - East Ventures mengungkap alasan tidak melakukan exit penuh saat Fore Coffee resmi melantai di bursa. Partner East Ventures, Melisa Irene, mengatakan, langkah tersebut merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan dalam menjaga potensi pertumbuhan portofolio investasinya.
"Ketika kita melantai Fore ke IPO, tujuannya bukan untuk fully exit, tapi kita melihat ada long-term potential. Kita masih di sana dan akan terus support company-nya," ungkapnya saat ditemui di kantor pusat East Ventures, Jumat (25/7/2025).
Irene mengakui bahwa proses exit dalam ekosistem startup Indonesia bukan perkara mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan calon pembeli yang relevan, terutama ketika valuasi perusahaan belum mencapai titik optimal.
"Exit itu timingnya susah. Karena, bukan sesuatu yang kita mau (exit) terus ada (pembeli)," ujarnya.
Menurut Irene, East Ventures cenderung menahan kepemilikan saham di startup yang masih memiliki prospek pasar kuat. Strategi ini memungkinkan perusahaan portofolio tumbuh lebih jauh sebelum akhirnya dilepas ke investor strategis.
"Kita memang cari yang potential market-nya tinggi. Supaya company-nya bisa berkembang, kalau bisa berkembang mungkin lebih attractive, bisa dapat follow-on funding. Kalau dapat funding, mungkin ada buyer yang mau beli," jelas Irene.
Saat ini, sekitar 70 persen portofolio East Ventures di tahap growth telah mencatat profitabilitas. Namun, kata Irene, pencapaian laba saja belum cukup untuk memastikan jalan keluar bagi investor.
Apalagi, sejak awal, kualitas fundamental perusahaan adalah prioritas utama perusahaan modal ventura tersebut untuk menggelontorkan dana investasi.
"Company tetap harus bagus. Banyak portfolio company kita utamakan untuk bisa menjadi profitable. Ini persiapan ketika climate (investasi)lebih baik, fundamental companies sudah lebih baik," tuturnya.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id






































