tirto.id - Dua kapal supertanker minyak berkapasitas 2 juta barel per kapal melakukan manuver U‑turn alias putar balik di Selat Hormuz pasca serangan udara Amerika Serikat ke Iran.
Kedua kapal, Coswisdom Lake dan South Loyalty, sempat memasuki selat sebelum tiba‑tiba mengubah arah pada hari Minggu, menurut data pelacakan kapal Bloomberg.
Salah satu dari dua kapal tersebut kemudian melakukan balik arah kedua dan kembali melintasi Selat Hormuz. Sementara itu, kapal satunya tetap berada di luar Teluk Persia hingga Senin pagi.
Gangguan sinyal elektronik dan sistem navigasi kapal dilaporkan meningkat di Teluk Persia sejak serangan udara Israel terhadap Iran pada 13 Juni lalu.
Namun, gerakan balik arah oleh kedua kapal ini tampak tetap searah dengan pola operasional tanker biasa, meski situasi geopolitik semakin tegang.
Analis menilai meski sinyal terganggu dan kapal berusaha menjauh dari pesisir Iran, tanker minyak dan gas tetap melewati selat setelah serangan AS.
Namun, pembalikan arah oleh kedua kapal tersebut menjadi indikasi awal adanya kemungkinan perubahan rute pelayaran standar.
Nilai ekonomi atas terhambatnya jalur ini tidak kecil. Pasalnya, selat Hormuz menampung hampir 20 persen dari total konsumsi minyak global, menjadikannya jalur vital bagi pasokan energi dunia.
Serangan Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir di Iran membuat Parlemen Iran menyetujui penutupan Selat Hormuz pada Minggu (22/6/2025).
Pemerintah Iran menyatakan akan menimbang penutupan selat tersebut dan akan membuat pengumuman. Adapun keputusan akhir, akan ditentukan oleh Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.
Selat Hormuz merupakan jalur yang dilalui sekitar 20 persen permintaan minyak dan gas global. Iran sudah telah lama menggunakan ancaman penutupan selat tersebut sebagai cara untuk menangkal tekanan Barat yang kini mencapai puncaknya setelah serangan AS terhadap fasilitas nuklirnya.
Akan tetapi, keputusan untuk menutup selat tersebut belum final dan belum dilaporkan secara resmi bahwa parlemen telah mengadopsi rancangan undang-undang untuk tujuan tersebut.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Luar Neger Iran, Abbas Araghchi, mengelak pertanyaan terkait apakah Teheran akan menutup jalur air tersebut. Dia hanya mengatakan Iran memiliki berbagai opsi.
"Iran memiliki berbagai opsi," ucapnya singkat.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































