tirto.id - Doa Ratu Surga didaraskan pada masa Paskah. Masa Paskah adalah masa selama 50 hari sejak Minggu Paskah hingga hari Pentakosta.
Masa Paskah dirayakan dengan perayaan yang penuh dengan sukacita, sebagai "hari Agung Tuhan". Sama seperti doa Malaikat Tuhan, umat Katolik mendaraskan doa Ratu Surga sebanyak tiga kali sehari pada pagi (06.00), siang (12.00), sore (18.00).
Walau waktu pendarasaanya sama, tapi kedoa ini tetap memiliki perbedaan. Dikutip dari lamanParoki Jetis, Doa Malaikat Tuhan bermakna akan adanya misteri Inkarnasi Sabda.
Inkarnasi Sabda adalah kondisi ketika Sabda menjadi manusia dan tinggal di antara umat manusia. Sementara doa Ratu Surga memiliki makna akan misteri Paskah.
Misteri Paskah adalah masa ketika Kristus telah bangkit seperti yang disabdakan-Nya dan Tuhan sungguh menunjukan kebangkitan-Nya melalui Juru Selamat manusia, Yesus Kristus.
Tidak hanya itu, doa Ratu Surga juga ingin mengungkapkan bersama Bunda Maria bahwa umat manusia diajak untuk menghayati sukacita dalam kehidupan kekal atas suatu permohonan kepada Allah Bapa melalui kebangkitan Kristus.
Lantas, bagaimana isi doa Ratu Surga? Berikut penjelasannya.
Doa Ratu Surga
Ratu Surga bersukacitalah, Alleluya.
Sebab Ia yang sudi kaukandung, Alleluya.
Telah bangkit seperti yang disabdakan-Nya, Alleluya.
Doakanlah kami pada Allah, Alleluya.
Bersukacitalah dan bergembiralah, Perawan Maria, Alleluya.
Sebab Tuhan sungguh telah bangkit, Alleluya.
Marilah berdoa :
Ya Allah, Engkau telah menggembirakan dunia dengan kebangkitan PutraMu, Tuhan kami Yesus Kristus. Kami mohon, perkenankanlah kami bersukacita dalam kehidupan kekal bersama bunda-Nya, Perawan Maria. Demi Kristus, pengantara kami.
Amin.
Sejarah Doa Ratu Surga
Doa Ratu Surga ditetapkan untuk seluruh umat Katolik di seluruh dunia pada 20 April 1742 oleh Paus Benediktus XIV.
Penetapan doa ini juga ditulis dalam Direktorium Kesalehan Umat dan Liturgi yang diterbitkan oleh Kongregasi Ibadat Ilahi dan Tata Tertib Sakramen pada tahun 2001 butir 196.
Sebenarnya, pengarang doa Ratu Surga atau Regina Caeli tidak diketahui persis. Namun, diyakini bahwa proses lahirnya doa ini diawali ketika Santo Gregorius Agung, Paus memimpin Gereja Katolik pada tahun 590 sampai dengan tahun 604.
Kala itu ia sedang dalam suatu prosesi perarakan di Roma. Sambil berjalan tanpa alas kaki, rupanya ia mendengar para malaikat melantunkan tiga baris pertama pada suatu pagi hari Paskah.
Lantas, Santo Gregorius Agung menambahkan baris keempat pada doa itu yang berbunyi “Ora pro nobis Deum. Alleluia” atau “Doakan kami pada Allah. Alleluya.”
Ada pula berbagai bukti sejarah yang menunjukkan bahwa Doa Ratu Surga sudah lama menjadi kekayaan Gereja, bahkan jauh mendahului dogmatis Maria yang diangkat ke surga pada tahun 1950.
Di samping itu, teks musik tertua dari doa Ratu Surga tersimpan di Vatikan berupa sebuah manuskrip dari tahun 1171. Pasalnya, sekitar tahun 1200 doa ini telah muncul dalam manuskrip nyanyian tradisional Romawi Kuno.
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Dipna Videlia Putsanra