Menuju konten utama

Danantara Beberkan Tantangan Investasi di Energi Terbarukan

Keterbatasan infrastruktur dan minimnya konektivitas menjadi penghambat nyata dalam proyek energi baru terbarukan.

Danantara Beberkan Tantangan Investasi di Energi Terbarukan
Sejumlah karyawan keluar dari Gedung Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) di Jakarta, Jumat (7/2/2025). BPI Danantara telah dibentuk melalui pengesahan RUU tentang perubahan ketiga atas UU Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN menjadi UU akan mengelola dan mengoptimalkan seluruh aset dan investasi BUMN. ANTARA FOTO/Reno Esnir/app/YU

tirto.id - Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan. Namun pengembangan sektor ini masih menghadapi berbagai tantangan serius, terutama dalam hal investasi, infrastruktur, dan kesiapan sumber daya manusia.

Managing Director dan Chief Economist Danantara Reza Yamora Siregar, mencontohkan proyek-proyek seperti pembangkit listrik tenaga air di Sungai Kayan (Kalimantan), panas bumi di Sumatera Barat, hingga PLTS terapung Cirata di Jawa Barat masih menghadapi kendala keterhubungan antarwilayah.

“Tantangan besar kami saat ini adalah membangun sistem jaringan (grid) yang dapat menghubungkan sumber-sumber energi terbarukan dari satu wilayah ke wilayah lainnya,” kata Reza dalam diskusi di Siemens Tech Summit 2025, Jakarta, Rabu (11/6/2025).

Keterbatasan infrastruktur dan minimnya konektivitas menjadi penghambat nyata. Ketimpangan antarwilayah menyebabkan distribusi energi hijau tak merata, padahal potensi lokal sangat besar.

Di sisi lain, dominasi energi fosil masih kuat. Sekitar 60 persen pasokan listrik nasional berasal dari batu bara, sementara porsi energi terbarukan masih di bawah 15 persen.

Reza bilang, perubahan ke energi bersih tidak bisa hanya mengandalkan teknologi, tetapi juga kesiapan sumber daya manusia.

“Bagi kami di Danantara, kapasitas SDM menjadi tantangan tersendiri. Karena kita tidak hanya membawa teknologi dari luar ke pusat-pusat energi, tetapi juga harus memastikan teknologi itu bisa diterapkan di daerah-daerah rural,” tambahnya.

Untuk itu, Danantara menggandeng berbagai pihak, mulai dari BUMN, sektor swasta nasional, hingga UMKM lokal guna memperluas dampak dan menjangkau daerah-daerah pelosok.

“Indonesia itu unik. Kita punya lebih dari 17.000 pulau, dan setiap daerah punya karakteristik sendiri. Dari pekerjaan awal kami, kami belajar bahwa membangun dari daerah itu tidak mudah, tapi potensi yang dimiliki sangat besar,” tambahnya.

Meski jalan yang dihadapi penuh tantangan, Reza tetap optimistis. Ia percaya, dengan kolaborasi lintas sektor dan dukungan internasional, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam energi terbarukan di kawasan.

Dia menerangkan, Danantara sendiri aktif mendorong pengembangan energi terbarukan seperti program unggulan ASEC (Asia Zero Emission Community), sebuah inisiatif dari Jepang yang bertujuan mempercepat pengembangan proyek energi rendah karbon di kawasan Asia.

Lewat ASEC, Danantara mendapatkan akses terhadap pendanaan, teknologi mutakhir, dan peningkatan kapasitas dalam menjalankan proyek-proyek energi bersih di Indonesia.

“Energi terbarukan adalah komponen utama strategi nasional kita. Dan ini menjadi tugas utama kami di Danantara,” tukas Reza.

Baca juga artikel terkait HOLDING BUMN atau tulisan lainnya dari Nanda Aria

tirto.id - Insider
Reporter: Nanda Aria
Penulis: Nanda Aria
Editor: Dwi Aditya Putra