tirto.id - Gerhana Matahari Cincin adalah fenomena yang terjadi saat matahari, bulan dan bumi berada di posisi yang tepat segaris. Ketika peristiwa ini terjadi, piringan bulan yang teramati dari Bumi lebih kecil daripada piringan Matahari.
Akibat dari kondisi itu, saat puncak gerhana berlangsung, matahari tampak seperti cincin, gelap di bagian tengah dan terang bagian pinggirnya. Gerhana Matahari Cincin (GMC) seperti itu bakal terjadi pada Kamis, 26 Desember 2019.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi GMC 26 Desember akan melintasi kawasan di sejumlah negara, yakni Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman, India, Srilangka, Samudra India, Singapura, Indonesia, Malaysia, dan Samudera Pasifik.
Selain itu, sedikit wilayah Afrika bagian Timur, seluruh wilayah Asia, Samudera Hindia, Australia bagian Utara, dan Samudera Pasifik akan dilintasi Gerhana Matahari Sebagian pada hari yang sama.
Sebagai informasi, selama tahun 2019, terjadi 3 kali gerhana matahari. Namun, hanya GMC pada 26 Desember mendatang yang dapat diamati di wilayah Indonesia.
Pada 5-6 Januari 2019 lalu, Gerhana Matahari Sebagian telah berlangsung, namun tak bisa diamati dari Indonesia. Demikian pula Gerhana Matahari Total pada 2 Juli 2019.
Sebagaimana analisis BMKG, Gerhana Matahari Cincin 26 Desember 2019 bisa diamati di 25 kota dan kabupaten di Indonesia. Sejumlah kota dan kabupaten itu tersebar di 7 provinsi, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur.
Berdasarkan perkiraan peneliti LAPAN, salah satu lokasi terbaik untuk mengamati Gerhana Matahari Cincin pada 26 Desember 2019 adalah di kampung Bunsur, Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Sedangkan di sejumlah kota dan kabupaten lainnya, GMC tersebut hanya dapat dilihat berupa Gerhana Matahari Sebagian. Misalnya, gerhana diprediksi terlihat 72 persen saja di Jakarta.
Adapun waktu terbaik untuk mengamati fenomena ini, atau saat fase puncak Gerhana Matahari Cincin tersebut adalah pada pukul 12.15 WIB sampai 12.19 WIB, 25 Desember 2019.
Alat untuk Melihat GMC dan Cara Penggunaannya
Meskipun GMC 26 Desember 2019 menarik buat diamati, masyarakat yang ingin memantau fenomena ini perlu memperhatikan keamanan mata.
Sebaiknya masyarakat tidak melihat matahari dengan mata telanjang secara langsung, baik saat gerhana maupun tidak. Sebab, intensitas cahaya matahari yang kuat dapat merusak mata dan memicu kebutaan.
Selain itu, masyarakat juga dapat memantau GMC 26 Desember 2019 dengan lebih aman dan menarik dengan sejumlah jenis peralatan. Berikut empat jenis alat untuk melihat GMC yang direkomendasikan LAPAN.
1. Kamera pinhole
Kamera pinhole atau kamera lubang jarum bisa dibuat dengan bahan-bahan yang sederhana. Terdapat banyak tutorial di internet yang berisi informasi mengenai cara membuat maupun menggunakan kamera lubang jarum untuk melihat gerhana matahari.
2. Kacamata Matahari
Kacamata matahari tidak seperti kacamata hitam biasa. Kacamata matahari dilengkapi dengan lensa khusus yang dirancang untuk menghalangi sebagian besar cahaya Matahari.
3. Binokular atau teleskop
Binokular atau teleskop bisa dipakai untuk melihat GMC. Prinsip penggunaan binokular serupa dengan kamera lubang jarum.
Hanya saja, alat ini memiliki perbedaan dari segi teknis dan kualitas pemantauan. Pada binokular, citra matahari diproyeksikan lewat lensa pembesar, bukan 'lubang jarum'. Pemakaian binokular juga bisa menghasilkan proyeksi gerhana yang lebih besar dan tajam.
Untuk melihat GMC dengan hasil maksimal, binokular perlu dipasang di tripod sehingga bisa berdiri dengan stabil, lalu diarahkan ke Matahari. Namun, pengguna binokular sebaiknya tidak melihat GMC melalui eyepiece secara langsung, kecuali terpasang filter khusus matahari di depan cermin atau lensa objektif.
4. Kamera DSLR
Kamera DSLR juga dapat dipergunakan untuk melihat GMC. Akan tetapi, ketika melakukan pengamatan, pemakai kamera DSLR dianjurkan tidak mengarahkan lensa kamera secara langsung ke Matahari. Sebab, sensor kamera bisa rusak jika lensa mengarah langsung ke matahari.
Pengguna Kamera DSLR juga disarankan memakai filter khusus Matahari untuk mengurangi intensitas cahaya yang diterima kamera.
Kemudian, untuk mendapatkan citra Matahari yang berukuran besar, pengguna Kamera DSLR dapat memakai lensa telefoto dengan panjang fokus 500-2.000 mm. Hal ini karena lensa standar 200 mm hanya menghasilkan citra Matahari yang berukuran kecil. Agar lebih stabil, kamera bisa dipasang pada tripod.
Dalam pengaturan awal, pengguna Kamera DSLR dapat menggunakan ISO 100, F/8,0 dan shutter speed 1/1.000. Namun, pengaturan seperti ini tetap bisa disesuaikan sesuai dengan kebutuhan.
LAPAN merekomendasikan pengguna Kamera DSLR yang memantau GMC sebaiknya menggunakan ISO rendah dan shutter speed yang tinggi. Fokus pun dianjurkan diatur secara manual.
- Penjelasan BMKG Soal Fenomena Gerhana Matahari Cincin 26 Desember
- Cara Memfoto Gerhana Matahari Cincin 26 Desember 2019 di Indonesia
- Benarkah Melihat Gerhana Matahari Cincin Bisa Sebabkan Kebutaan?
- Gerhana Matahari Cincin Tampak di Indonesia 26 Desember, Usai Natal
- Bolehkah Melihat Gerhana Matahari Cincin dengan Mata Telanjang?
Editor: Agung DH