Menuju konten utama

Gerhana Matahari Cincin Tampak di Indonesia 26 Desember, Usai Natal

Gerhana Matahari Cincin akan tampak di Indonesia pada 26 Desember 2019 atau sehari setelah Natal.

Gerhana Matahari Cincin Tampak di Indonesia 26 Desember, Usai Natal
Tanner Person dan Josh Blink, keduanya dari Vacaville, California memperhatikan gerhana matahari total di puncak Carroll Rim Trail di Painted Hills, bagian dari Monumen Nasional John Day Fossil Beds, Amerika Serikat, Senin (21/8). ANTARA FOTO/REUTERS/Adrees Latif

tirto.id - Indonesia akan mengalami Gerhana Matahari Cincin atau (GMC) pada 26 Desember 2019, sehari setelah Natal. Fenomena gerhana Matahari terjadi karena posisi bulan yang berada di antara Matahari dan Bumi. Ada beberapa jenis gerhana Matahari, salah satunya adalah GMC yang terjadi ketika piringan Bulan tampak sedikit lebih kecil dari ukuran piringan Matahari.

Ketika GMC terjadi, bagian pinggir Matahari masih terlihat seperti cincin besar di angkasa saat fase puncak terjadi. Hal ini terjadi saat posisi Bulan yang sedang berada pada titik paling jauh pada lintasannya mengeliling Bumi yang tidak berbentuk lingkaran tetapi elips.

GMC di akhir tahun ini, yaitu tanggal 26 Desember 2019, akan melewati beberapa daerah di Indonesia yaitu Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur.

Salah satu tempat terbaik untuk mengamati fenomena tersebut adalah di Kampung Bunsur, Kabupaten Siak. Fase puncak GMC akan terjadi pada pukul 12.15 WIB dan berakhir pada pukul 12.19 WIB atau sekitar 3 menit.

Sebelum fase puncak, akan terjadi fase gerhana Matahari sebagian yang dimulai pukul 10.22 WIB dan setelah fase puncak akan ada fase gerhana Matahari sebagian yang berakhir pada pukul 14.13 WIB.

Waktu dan durasi gerhana bergantung pada lokasi pengamatan. Menurut LAPAN, tahapan gerhana (dalam WIB), adalah sebagai berikut.

  1. Awal gerhana sebagian: 10.23
  2. Awal gerhana cincin: 12.16
  3. Puncak gerhana: 12.18
  4. Akhir gerhana cincin: 12.20
  5. Akhir gerhana sebagian: 14.15
Prakiraan waktu ini berlaku untuk pengamat yang berada di lokasi pusat gerhana (1, 01◦ LU, 102, 26◦ BT) yang berada di Pulau Pedang, Provinsi Riau.

Secara historis, Gerhana Matahari Cincin seri Saros 132 terakhir melintasi kawasan di Indonesia pada tanggal 23 November 1965. Untuk Gerhana Matahari Total (GMT) sudah melintasi wilayah Indonesia sebanyak 6 kali pada periode setelah kemerdekaan, termasuk pada 9 Maret 2016 lalu.

Untuk melihat Gerhana Matahari Cincin, warga perlu menggunakan kacamata khusus. Peneliti Muda Pusat Sains Antarikasa M Zamzam Nurzaman, yang mewakili Kepala Pusat Sains Antariksa LAPAN, menyampaikan, pengamatan langsung ke arah Matahari tanpa alat bantu tidak boleh dilakukan karena hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan hingga kebutaan mata.

Untuk pengamatan Gerhana Matahari Cincin, dapat disediakan kacamata khusus Matahari untuk mengamati secara aman fenomena alam ini. Seluruh proses gerhana, mulai dari gerhana Matahari sebagian hingga puncak GMC dapat diamati jika cuaca mendukung.

Bila memungkinkan, dari kantor Pusat Sains Antariksa LAPAN rencananya akan menyediakan teleskop agar para pengunjung dapat turut menikmati bersama fenomena langka ini dengan lebih menarik. Teleskop itu akan disediakan di Festival Gerhana Matahari Cincin yang dilaksanakan di Kabupaten Siak, Riau.

Baca juga artikel terkait GERHANA MATAHARI atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH