Menuju konten utama

6 Contoh Limbah Pertambangan dan Dampaknya

Berikut ini beberapa contoh limbah pertambangan dan penjelasan tentang dampaknya pada kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan.

6 Contoh Limbah Pertambangan dan Dampaknya
Foto udara areal pasca tambang nikel yang sebagian telah di reklamasi di Kecamatan Motui, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, Kamis (8/2/2024).ANTARA FOTO/Jojon/Spt.

tirto.id - Limbah pertambangan termasuk salah satu masalah lingkungan yang sulit ditangani dan membawa dampak berbahaya. Contoh limbah pertambangan yang bisa membahayakan lingkungan sekaligus kesehatan manusia adalah tailing. Limbah tailing berbahaya karena mengandung sejumlah unsur racun, seperti arsen dan merkuri.

Apa yang dimaksud dengan limbah pertambangan? Limbah pertambangan adalah segala jenis sisa atau material yang dihasilkan dari proses penambangan dan pengolahan hasil tambang.

Merujuk pada studi Richard J. Frankel yang dipublikasikan dalam Journal (Water Pollution Control Federation) Vol. 40, No. 5, Part I (May, 1968), pp. 779-788, limbah tambang bisa berasal dari berbagai tahap operasi pertambangan, seperti penggalian hingga pengolahan dan pemurnian hasil galian.

Limbah pertambangan dapat menyebabkan dampak kerusakan yang signifikan terhadap lingkungan. Limbah tambang bisa mencemari air, tanah, dan udara, serta memerosotkan kualitas habitat alami berbagai satwa atau tumbuhan karena kerusakan ekosistem.

Oleh karena itu, pengelolaan limbah pertambangan yang efektif dan berkelanjutan sangat penting untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan. Pengelolaannya juga penting untuk mencegah efek buruknyan bagi kesehatan manusia.

Jenis-Jenis Limbah Tambang

Limbah tambang apa saja? limbah tambang bisa terdiri dari material padat, cair, atau gas. Material-material itu umumnya mengandung zat-zat yang berpotensi merusak lingkungan dan kesehatan manusia.

Jenis-jenis limbah tambang secara garis besar bisa dibedakan berdasarkan senyawanya, yang dibagi menjadi tiga kategori yaitu cair, padat, dan gas.

Berikut ini adalah penjelasan tentang 3 jenis limbang tambang:

1. Limbah cair

Limbah cair akibat pertambangan dapat berasal dari berbagai sumber. Limbah tambang cair biasa muncul dari air asam tambang (AMD) sebagai hasil interaksi air dengan mineral sulfida, larutan pengolah mineral, hingga air hujan yang mengalir via tailing ponds (kolam tailing).

Limbah cair pertambangan sering mengandung bahan kimia beracun, seperti logam berat dan senyawa organik yang dapat mencemari air tanah, sungai, atau air permukaan.

2. Limbah padat

Limbah padat pertambangan bisa berupa tailing (ampas), waste rock (batuan sisa), dan debris atau overburden (timbunan dan lapisan atas). Tailing adalah material hasil proses pemisahan mineral dari bijih, sedangkan waste rock merupakan batuan yang tak memiliki nilai ekonomis dan dibuang saat proses penambangan.

Sementara itu, debris atau overburden adalah contoh limbah pertambangan yang digali untuk mencari bijih logam atau mineral yang dibutuhkan.

Apabila tidak dikelola secara hati-hati, limbah debris bisa memicu kerusakan lingkungan, seperti pencemaran tanah dan vegetasi, serta gangguan terhadap ekosistem lokal.

3. Limbah gas

Limbah gas pertambangan dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4) yang muncul akibat penambangan.

Proses pemanggangan atau peleburan bijih logam, juga akan menghasilkan gas beracun berupa sulfur dioksida (SO2). Gas CO2, CH4, dan SO2 dapat mencemari udara, memicu berbagai masalah kesehatan, hingga memperparah perubahan iklim.

Contoh Limbah Pertambangan dan Dampaknya

Limbah pertambangan dapat merusak lingkungan dan membawa berbagai dampak yang negatif bagi ekosistem kehidupan. Jangkauan kerusakan itu bahkan tidak terbatas di area sekitar lokasi tambang, tapi juga wilayah yang lebih luas, seperti saat limbah mencemari aliran sungai.

Mengutip dari berbagai sumber, seperti situs web Canadian Mining Magazine, Geological Survey of Sweden, dan McKinsey Sustainability, dan lainnya, berikut ini 6 contoh limbah pertambangan dan penjelasan tentang dampaknya.

1. Timbunan sisa tambang

Timbunan sisa pertambangan dapat berupa batu, tanah, atau vegetasi yang muncul dari aktivitas mencari endapan mineral atau bijih logam. Biasanya, sekitar 5 ton lapisan tanah penutup harus dipindahkan untuk mengekstraksi satu ton bijih logam atau mineral.

Penambangan lapisan tanah penutup tidak memerlukan pengolahan kimiawi, tetapi tetap saja menghasilkan limbah yang memiliki dampak buruk jika tidak dikelola dengan tepat.

Sering kali hasil galian dari proses penambangan tadi ditumpuk di wilayah yang tak jauh dari area tambang. Tumpukan batuan, tanah, dan vegetasi sisa berjumlah banyak dapat mengganggu ekosistem di sekitarnya, bahkan merusak tatanan lingkungan hidup.

Apalagi, beberapa elemen beracun meski dalam konsentrasi kecil, seperti merkuri dan lain sebagainya, terkandung dalam timbunan sisa galian. Beberapa unsur tak beracun, seperti seng dan tembaga, juga dapat mengancam kelestarian satwa liar akuatik.

2. Tailing tambang

Salah satu contoh limbah yang umum dihasilkan oleh daerah pertambangan adalah tailing tambang. Tailing biasanya terdiri dari batuan yang digiling halus dan limbah yang muncul dari pengolahan mineral. Tailing tambang dapat mengandung konsentrasi berbagai bahan kimia yang menimbulkan masalah lingkungan.

Tailing tambang merupakan contoh pencemar tanah hasil pertambangan yang berpotensi memicu kerusakan luas. Sejumlah dampak buruk tailing tambang adalah pencemaran air dan tanah, kerusakan habitat, kontaminasi tanaman, longsor dan banjir, endapan limbah, dan masalah kesehatan.

Semua dampak itu diperparah pula dengan dampak jangka panjang berkelanjutan yang sulit diatasi. Apalagi limbah tailing bisa mengandung berbagai unsur beracun, terutama arsen (As), merkuri (Hg), timbal (Pb), dan kadmium (Cd).

Sebagai contoh, arsen yang mencemari air minum bisa memicu keracunan hingga kerusakan syaraf dan sel manusia. Adapun merkuri dari tailing hasil amalgamasi bijih emas bisa mencemari lingkungan dan dikonsumsi hewan, hingga memicu masalah kesehatan manusia, seperti gangguan sistem syaraf dan fungsi ginjal atau hati.

Unsur beracun lainnya, timbal kerap terkadung dalam limbah tailing pertambangan logam dasar. Penyerapan timbal di tubuh manusia yang melampaui ambang batas akan memicu kerusakan otak, saluran metabolik, hingga hipertensi.

Pencemaran akibat kadmiun bisa pula memicu berbagai masalah kesehatan serius. Kadmium biasanya terkadung dalam limbah tailing dari penambangan dan peleburan bijih timbal-seng. Pencemaran akibat limbah tailing maupun asap yang mengandung kadmium bisa menyebabkan penyakit lumbago, kerusakan tulang, hingga kegagalan ginjal.

3. Air asam tambang

Contoh pencemaran air yang disebabkan oleh limbah pertambangan adalah pencemaran akibat air asam tambang.

Air yang terpapar oleh berbagai proses penambangan biasanya bersifat asam. Kondisi ini bisa mengakibatkan sumber air tercemar. Proses ini disebut sebagai air asam tambang.

Air asam tambang dihasilkan dari berbagai aktivitas pertambangan dan memiliki tingkat kontaminasi yang berbeda. Air yang sudah tercemar akan mempengaruhi kualitas hidup manusia maupun fauna yang hidup di sekitarnya.

4. Gas rumah kaca

Gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4) dapat dihasilkan dari aktivitas penambangan. Proses pemanggangan atau peleburan bijih logam, juga akan menghasilkan gas beracun seperti sulfur dioksida (SO2).

Gas-gas tersebut sangat berbahaya bagi setiap orang yang melakukan kontak langsung atau menghirupnya, karena dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti sesak napas, mual, sakit kepala, hingga kematian. Tidak hanya itu, gas rumah kaca juga berkontribusi besar atas perubahan iklim, kekeringan, dan pemanasan global.

5. Limbah kimia dari pengolahan barang tambang

Contoh limbah yang umum dihasilkan oleh daerah pertambangan adalah limbah kimia. Jumlah limbah kimia yang berasal dari proses penambangan jauh lebih rendah volumenya dibandingkan dengan limbah batuan dan tailing, tetapi dapat menimbulkan risiko yang tinggi karena dampak toksisitasnya.

Sebagai contoh, unsur kimia yang umum digunakan dalam ekstraksi emas adalah sianida. Sianida melarutkan emas ke dalam larutan air.

Sianida sangat beracun bagi manusia dan lingkungan. Bahkan sianida dalam dosis rendah dapat menyebabkan kerusakan permanen pada manusia atau hewan.

Bahan kimia yang digunakan untuk pengolahan barang tambang lainnya adalah xanthates (digunakan dalam flotasi), kapur, dan berbagai jenis bahan kimia flokulasi.

6. Air Drainase Pertambangan

Air dalam jumlah besar sering kali dibutuhkan dalam proses penambangan maupun saat pengolahan bijih logam dan mineral. Air drainase pertambangan yang keluar dari operasi tambang, seperti kolam tailing, juga termasuk contoh limbah pertambangan.

Limbah air drainase pertambangan terdiri dari beberapa kategori berikut:

  • Sisa air yang digunakan dalam berbagai proses di operasi pertambangan,
  • Air permukaan atau air tanah yang berinteraksi langsung dengan tambang dan limbahnya.
  • Air limpasan (misalnya hujan) di area tambang.

Izin untuk membuang limbah air tambang perlu didasari data tentang konsentrasi logam atau unsur lain yang mungkin terkandung dalam air ketika dibuang ke alam. Potensi ada berbagai kandungan berbahaya cukup besar karena air buangan dari tambang sering kali disirkulasi ulang beberapa kali saat operasi penambangan.

Jika perlu, pengelola operasi pertambangan membangun instalasi pengolahan air yang beroperasi hingga reklamasi lahan bekas tambang selesai dilakukan. Air limbah tambang mesti dipastikan mencapai kondisi kimiawi yang stabil dan tidak berisiko merusak maupun mencemari lingkungan.

Baca juga artikel terkait LIMBAH TAMBANG atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Addi M Idhom