tirto.id - Contoh keras hati dalam Islam dapat ditemukan di kehidupan sehari-hari. Misalnya, seorang muslim tidak mau menunaikan ibadah puasa selama Ramadan. Lantas, apa itu sikap keras hati?
Pengertian keras hati secara etimologis berasal dari bahasa Arab qalbun qaswah, yang artinya kekerasan hati atau kebengisan. Secara terminologis, keras hati adalah sikap hati yang tidak melemah, tunduk, atau lunak, terhadap nasihat dan pelajaran padahal telah melihat tanda-tanda kebesaran atau menerima ujian Allah Swt.
Keras hati adalah salah satu jenis penyakit hati yang dapat menyerang seorang muslim. Hal itu berpotensi membuat seseorang tidak bisa menerima hidayah.
Ciri-ciri orang keras hati yang paling buruk dan berbahaya adalah ketika perasaan seseorang sama sekali tidak terpengaruh meskipun telah melalui berbagai ujian, musibah, serta cobaan dari Allah Swt. Dalam Surah At-Taubah ayat 126, Allah Swt. berfirman sebagai berikut:
"Tidakkah mereka [orang-orang munafik] memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, tetapi mereka tidak [juga] bertobat dan tidak [pula] mengambil pelajaran?" (QS. At-Taubah [9]: 126).
Penyebab keras hati pada seseorang ada banyak. Dalam Islam, penyebab keras hati kurang lebih ada 8 di antaranya sebagai berikut:
- Kemusyrikan, kekufuran, dan kemunafikan.
- Melanggar perjanjian yang dibuat kepada Allah Swt.
- Tertawa berlebihan
- Terlalu banyak makan
- Banyak melakukan dosa
- Lalai dari ketaatan
- Terlalu banyak berbicara
- Teman yang buruk.
Contoh Keras Hati dalam Kehidupan Sehari-hari
Contoh keras hati dalam Islam banyak ditemukan di sekitar kita, atau bahkan kita sendiri sebagai pelakunya. Akan tetapi, contoh keras hati dalam kehidupan sehari-hari tidak boleh dijadikan bahan untuk menilai seseorang bakal masuk surga atau neraka. Berikut ini contoh keras hati dalam kehidupan sehari-hari:
- Seseorang yang malas menjalankan ibadah salat lima waktu sehari meskipun sudah diingatkan.
- Seseorang yang tidak pernah membaca Al-Qur'an.
- Sering sengaja menunda waktu salat wajib hingga waktunya habis.
- Seorang laki-laki menganggap remeh salat berjemaah di masjid atau musala.
- Seorang lelaki tidak pernah berangkat Salat Jumat di masjid hingga tiga kali berturut-turut.
- Seorang muslim yang tidak pernah menjalankan ibadah puasa wajib di bulan Ramadan.
- Seorang muslim yang tidak pernah belajar agama ataupun datang ke majelis ilmu.
- Seorang muslim tidak menggubris dan menganggap tidak penting panggilan azan.
- Seorang pemuda muslim yang menganggap pacaran sebagai hal yang wajar.
- Seorang pemuda yang kerap merundung temannya, padahal Islam melarang perbuatan tersebut.
- Seorang anak yang tidak sayang kepada kedua orang tua.
- Seorang muslim yang tidak merasa terpanggil untuk tertobat meskipun teman-temannya sudah memberikan pengaruh baik dan nasihat tentang Islam.
- Seseorang yang kerap makan secara berlebih.
- Seseorang yang senang tertawa hingga berlebih-lebihan.
Cara Menghindari Keras Hati
Keras hati dapat dihindari, dicegah, dan diobati, dengan perkara positif, baik berupa nasihat maupun ibadah. Seorang muslim sebaiknya melaksanakan amalan-amalan baik hatinya tidak menjadi keras. Berikut ini beberapa cara menghindari keras hati dalam kehidupan sehari-hari:
- Banyak mengingat Allah Swt. melalui zikir dan membaca Al-Qur'an.
- Belajar ilmu agama terutama kepada kiai yang tepercaya sanad keilmuannya.
- Berlindung kepada Allah Swt. dari hati yang tidak khusyuk dalam beribadah dengan cara berdoa.
- Berbuat baik kepada anak yatim piatu serta orang fakir dan miskin.
- Banyak mengingat kematian salah satunya melalui ziarah kubur, terutama orang tua atau kerabat.
- Hadir ke majelis taklim atau nasihat.
- Menghindari berbagai perkara yang dapat menjadi sebab terjadinya fitnah dan dosa.
- Makan makanan dari bahan dan rezeki yang halal
- Menyempatkan untuk mendirikan salat malam.
- Beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
- Terbuka kepada nasihat baik dari siapapun.
- Menganggap bahwa ibadah yang telah dikerjakan semata-mata hanya mencari rida Allah Swt. Bukan maksud ingin dipuji manusia.
- Berteman dengan orang saleh, dan menjauhi teman yang buruk.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin