Menuju konten utama
Ekspresi Politik Selebritas

Chappell Roan, Taylor Swift, dan Peran Selebritas dalam Politik

Perlukah artis bicara politik? Sebagai figur dengan pengaruh kuat, haruskah mereka melek politik dan berkontribusi mengedukasi publik tentang politik?

Chappell Roan, Taylor Swift, dan Peran Selebritas dalam Politik
Header Diajeng Seri Artis dan Politik. tirto.id/Quita

tirto.id - Bintang pop Chappell Roan (27) sempat terjebak dalam bayang-bayang kontroversi politik setelah pemilihan presiden Amerika Serikat berakhir pada penghujung tahun kemarin.

Dalam siniar Call Her Daddy yang tayang Maret silam, pelantun lagu Good Luck, Babe! itu mengungkapkan rasa frustasi karena telah menjadi bulan-bulanan publik yang penasaran dengan pilihan politiknya dalam pemilu AS.

Roan bertanya-tanya mengapa ada saja penggemar yang mengharapkan jawaban terkait isu politik dari dirinya.

“Aku bintang pop. Kuharap aku punya jawabnya,” kata Roan dalam siniar yang dipandu oleh Alex Cooper tersebut.

Tahun lalu, nama Roan mulai terseret dalam pertarungan politik Kamala Harris versus Donald Trump seiring desakan mulai berdatangan dari penggemar yang ingin tahu tentang sikap politiknya.

Kala itu, kepada Rolling Stone, Roan menyebut bahwa dirinya tidak berpihak pada siapa pun dan terang-terangan mengaku “membenci” kedua kubu politik.

Tak berapa lama kemudian, dalam wawancara dengan media Inggris The Guardian, Roan kembali menegaskan pernyataannya dan menganggap “ada masalah di kedua belah pihak” .

Pernyataan-pernyataan Roan menerima reaksi keras dari publik.

Sebagai salah satu selebritas yang vokal dalam isu perempuan dan kemanusiaan serta telah menjadi representasi dari komunitas queer, sikap acuh tak acuh Roan terhadap isu politik menjadi kekecewaan besar bagi penggemarnya—terutama ketika kebijakan-kebijakan yang dijanjikan Trump sangat bertentangan dengan advokasi yang disuarakan Roan selama ini.

Bersamaan dengan itu, Roan enggan memberikan endorsement atau dukungan terhadap kubu Demokrat.

Di ruang digital, warganet pun menuding Roan sebagai figur yang bebal (ignorant) dan tidak peka (Charli xcx). Ada pula bahkan yang menyalahartikan sikap cuek Roan sebagai bentuk dukungannya kepada Trump dan kubu Republikan.

Basis penggemarnya pun mempertanyakan apakah musik dan aktivisme Roan benar-benar muncul dari hati atau hanya hadir ketika agendanya sejalan dengan persona publiknya saja.

Di tengah-tengah kegaduhan itu semua, Roan memutuskan untuk mengambil jeda istirahat sejenak dan membatalkan rencana konsernya secara mendadak dengan alasan kesehatan.

Masih dari sesi bincang-bincang dalam siniar dengan Alex Cooper, Roan menyampaikan betapa sibuknya aktivitas sehari-hari sebagai pekerja artis sehingga hal-hal di luar urusan kerja profesional menjadi mustahil dilakukan.

“Bagaimana bisa gadis-gadis ini [artis, musisi, penyanyi] melakukan tur, menulis lagu, menyanyi, wawancara, tidur, makan, dan berolahraga? Bagaimana mereka bisa melakukan semuanya dan menjadi sangat terdidik secara politik?” tanya Roan.

Di satu sisi, dapat kita temukan sejumlah bintang pop perempuan yang, di tengah kesibukan luar biasa untuk berkarya, masih menyediakan ruang untuk advokasi dan edukasi politik.

Tengok saja bagaimana Charli xcx, dalam ingar bingar kesuksesan album barunya Brat, tetap berupaya memberikan dukungan kecil pada Harris dengan sebuah kicauan di platform X yang berbunyi, “Kamala IS Brat”.

Begitu pula dengan aktivisme lantang penyanyi Inggris Dua Lipa dalam menentang genosida di Palestina di tengah kesibukannya tampil di berbagai festival musik.

Komentar Chappell Roan kembali membuka diskusi publik mengenai peran selebritas dalam menyuarakan isu-isu politik.

Sebagian orang dapat bersimpati dengan Roan dan setuju bahwa artis tidak perlu terlalu vokal dalam isu politik.

Namun, tidak sedikit pula yang bersikeras bahwa publik figur harus tetap melek politik.

Mereka menuntut figur publik agar memanfaatkan platformnya untuk menyuarakan isu-isu penting, termasuk soal kandidat presiden, yang hasilnya akan memberikan dampak langsung pada kehidupan masyarakat.

Desakan untuk menyuarakan pendapat politik biasanya akan semakin tinggi pada artis-artis papan atas karena mereka memiliki kekuatan untuk memengaruhi basis penggemarnya yang loyal.

Ini salah satunya dapat terlihat pada bagaimana publik menunggu-nunggu pernyataan sikap politik Taylor Swift dalam kontestasi pemilu AS tahun lalu.

Merunut riwayatnya, pengaruh sikap politik Swift terhadap penggemarnya memang tidak main-main.

Menjelang pemilihan anggota senat di negara bagian Tennessee pada 2018 silam, Swift mengunggah konten di akun Instagram resminya.

Isinya berupa imbauan untuk para penggemar agar memanfaatkan early voting. Hasilnya, sekitar 169 ribu orang mendaftarkan dirinya sebagai pemilih aktif—hanya dalam jangka waktu dua hari.

Pada 2023 lalu, situs vote.org mencatat adanya kenaikan 23 persen dalam jumlah pendaftaran pemilih setelah Swift mengunggah konten di Instagram tentang pentingnya Hari Pendaftaran Pemilih Nasional.

Nancy Gibbs, dosen bidang ilmu Praktik Pers, Politik, dan Kebijakan Publik di Harvard University, pernah mengomentari tentang kekuatan dukungan dari Swift.

Sebagai salah satu bintang pop paling berpengaruh saat ini, pengaruh Swift berpotensi besar untuk memotivasi suara pemilih, terutama anak-anak muda yang masih perlu diyakinkan.

“Pengaruh tidak sama dengan kekuasaan; pengaruh lebih berkaitan dengan keyakinan daripada kekuatan, lebih merupakan keterampilan daripada alat. Swift telah menunjukkan bahwa dirinya dapat mengerahkan pengaruhnya dengan sangat efektif dan lihai.”

Demikian Gibbs sampaikan dikutip dari USA Today.

Sebelum Taylor Swift, ada sejumlah tokoh selebritas yang berpengaruh dalam peristiwa politik di Amerika.

Sebut salah satunya penyanyi legendaris Frank Sinatra yang mendonasikan 4 juta dolar untuk mendukung kampanye Ronald Reagan dalam pemilu 1980.

Selain itu, Oprah Winfrey dilaporkan ikut berkontribusi membawakan satu juta suara tambahan untuk Barack Obama pada pilpres AS tahun 2008.

Meski begitu, sokongan selebritas dalam kampanye politisi tidak selalu menjamin kemenangan mereka.

Paslon Kamala Harris-Tim Walz ternyata tetap tidak mampu mengalahkan popularitas Donald Trump—yang pada dasarnya adalah selebritas politik. Padahal, Harris-Walz telah didukung oleh nama-nama besar seperti Taylor Swift, Rihanna, Beyonce, Billie Eilish, dan John Legend.

Penting diingat, keputusan selebritas untuk mengekspresikan pandangannya tentang isu sosial dan politik bukanlah tanpa risiko.

Bukan tidak mungkin mereka akan kehilangan dukungan dari penggemar yang tidak setuju dengan sikap politiknya. Mereka bisa juga kehilangan peluang karier karena citra tertentu yang sudah telanjur melekat pada diri mereka.

Masih ingat aktris muda Rachel Zegler?

Selama beberapa waktu, Zegler menjadi sasaran kritik empuk akibat opininya terhadap alur cerita Snow White yang terlalu “woke”, dukungannya kepada rakyat Palestina, dan komentar spontannya terhadap Trump.

Tak hanya itu, sorotan mata publik kepada selebritas yang melakukan aktivisme dan advokasi politik pun akan tajam.

Apabila ada tindakan si artis yang tidak konsisten dengan idealisme tertentu, publik akan mengkritiknya habis-habisan sampai menganggap aktivismenya hanyalah tindakan performatif belaka, seperti yang terjadi pada Chappell Roan.

Aktivisme Taylor Swift yang mulai berlangsung sejak 2018 pun masih kerap dilabeli dangkal dan selektif. Sebagian orang mengkritik advokasi Swift masih cenderung didominasi oleh narasi mainstream dan feminisme kulit putih.

Bagaimana pun, selebritas papan atas bukanlah pakar politik yang memahami setiap seluk-beluk topik-topik politis.

Mereka berhak menyuarakan pandangan pribadinya terkait isu sosiopolitik, akan tetapi pada waktu sama tidaklah realistis apabila kita mengharapkan semua artis menjadi aktivis ketika fokus utama dalam karier mereka adalah menciptakan musik dan berkiprah di industri hiburan.

Di satu sisi, tentu saja, artis ternama yang ikut menyuarakan isu-isu politik patut mendapatkan pujian dan dukungan.

Namun demikian, haruskah publik menetapkan standar atau tolok ukur yang sama kepada setiap selebritas yang tengah naik daun atau memiliki pengaruh kuat?

Bagaimana pendapatmu tentang ini?

Baca juga artikel terkait DIAJENG PEREMPUAN atau tulisan lainnya dari Yolanda Florencia Herawati

tirto.id - Binar
Kontributor: Yolanda Florencia Herawati
Penulis: Yolanda Florencia Herawati
Editor: Sekar Kinasih