Menuju konten utama

Apa Itu Catopuma badia Kucing Merah Asal Kalimantan?

Apa itu Catopuma badia Kucing Merah? Apakah hanya ditemukan di Kalimantan? Berikut penjelasan ciri-ciri dan sejarah penemuannya

Apa Itu Catopuma badia Kucing Merah Asal Kalimantan?
Ilustrasi Kucing Merah (Pardofelis badia) yang hidup di Kalimantan (FOTO/Wikipedia)

tirto.id - Kucing Merah Kalimantan (Catopuma badia) adalah salah satu karnivora paling misterius. Sekilas mirip kucing rumahan, namun memiliki bulu yang berwarna merah.

Spesies ini hanya ditemukan di hutan-hutan Kalimantan, terutama di daerah yang masih alami dan minim gangguan manusia. Habitatnya terus tergerus oleh pembukaan lahan dan kebakaran hutan, sementara kawasan perkebunan seperti sawit tidak mampu mendukung kelangsungan hidupnya.

Dulu sempat disangka bagian dari Kucing Emas Asia, riset genetika membuktikan bahwa ia adalah spesies tersendiri yang kini terancam punah. Lantas bagaimana ciri-ciri Kucing Merah?

Ciri-Ciri Kucing Merah

Kucing Merah Kalimantan (Catopuma badia) merupakan salah satu spesies karnivora paling langka dan misterius di Asia Tenggara. Selama bertahun-tahun, hewan ini dianggap hanya sebagai subspesies dari Kucing Emas Asia (Catopuma temminckii).

Namun, analisis genetika terbaru mengonfirmasi bahwa Kucing Merah adalah spesies yang berdiri sendiri, fakta yang menempatkannya dalam daftar satwa dengan risiko kepunahan sangat tinggi.

Secara fisik, kucing ini berukuran relatif kecil, sebanding dengan kucing domestik. Warna bulunya yang merah tua dengan nuansa kastanye gelap menjadi ciri khas yang membedakannya. Corak tubuhnya memperlihatkan sedikit totol hitam, sementara bagian perut dan kakinya menampilkan gradasi warna cokelat keemasan.

Dua garis hitam memanjang dari sudut mata ke arah belakang kepala, dan ekornya yang panjang ditandai dengan ujung berwarna putih serta bintik hitam, sentuhan akhir yang memperkuat kesan eksotis dan sulit diungkap.

Berikut ukuran fisik Kucing Merah:

Ukuran Tubuh: Sekitar 53 cm (21 inci)

Panjang Ekor: Sekitar 39 cm (15 inci)

Tinggi: Tidak diketahui

Berat: 3–4 kg (6–9 lbs)

Sejarah Penemuan Kucing Merah

Dokumentasi ilmiah pertama yang berhasil mengamankan spesimen utuh Kucing Merah terjadi pada tahun 1992. Seekor betina dewasa dalam kondisi kritis diserahkan ke Museum Sarawak, Malaysia.

Satwa tersebut sebelumnya telah ditangkap oleh pemburu lokal dan ditahan selama beberapa waktu. Meski akhirnya mati, tubuhnya menjadi bukti awal keberadaan spesies ini dalam bentuk lengkap dan terverifikasi.

Peristiwa berikutnya yang mencuri perhatian internasional terjadi pada 1998, saat BBC Wildlife Magazine memublikasikan foto hidup pertama Kucing Merah Kalimantan.

Wild Cat Conversation mewartakan dalam proyek bahwa seekor individu berhasil diamankan untuk keperluan identifikasi, sebelum kemudian dilepasliarkan kembali ke hutan. Momen langka ini menjadi salah satu dokumentasi paling berharga dalam studi karnivora Asia Tenggara.

Hanya Ditemukan di Kalimantan

Keberadaan Kucing Merah terbatas secara geografis, ia hanya ditemukan di hutan-hutan Kalimantan. Habitat alaminya meliputi kawasan hutan tropis primer, baik di dataran rendah maupun daerah perbukitan.

Hutan rawa dan area bekas terbakar umumnya tidak mendukung kelangsungan hidup spesies ini. Demikian pula, konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit telah mempersempit wilayah jelajah satwa ini secara drastis.

Beberapa rekaman kamera jebak yang dipasang oleh tim peneliti dari Bornean Clouded Leopard Program berhasil mengabadikan penampakan Kucing Merah di berbagai waktu pagi, siang, dan malam.

Dalam satu dokumentasi langka, dua ekor kucing tertangkap kamera saat melintasi bekas jalur penebangan yang kini dipenuhi semak lebat dan populasi tikus tinggi, memperlihatkan bahwa mereka mampu beradaptasi dengan lanskap transisi selama tersedia sumber makanan yang memadai.

Meski demikian, secara umum, penampakan spesies ini tetap sangat jarang. Banyak kawasan yang secara teoritis sesuai sebagai habitat gagal menunjukkan keberadaan kucing ini. Studi mendalam dan sistematis masih sangat dibutuhkan untuk memahami perilaku, populasi, serta kebutuhan ekologisnya.

Status Kucing Merah Kalimantan saat ini mengkhawatirkan. Hilangnya habitat alami akibat deforestasi skala besar dan perluasan lahan pertanian industri, terutama sawit, menjadi ancaman utama.

Proyeksi konservasi mengindikasikan bahwa jika laju kehilangan hutan tidak terkendali, tutupan hutan Kalimantan dapat turun dari sekitar 50% menjadi kurang dari 33% dalam waktu dekat. Bahkan, di beberapa lokasi, kerusakan hutan terjadi dengan laju hingga 5% per tahun.

Baca juga artikel terkait SUPPLEMENT CONTENT atau tulisan lainnya dari Satrio Dwi Haryono

tirto.id - Edusains
Kontributor: Satrio Dwi Haryono
Penulis: Satrio Dwi Haryono
Editor: Indyra Yasmin