tirto.id - Pada libur lebaran 2019, jalan alternatif di Cangar-Pacet jadi salah satu jalur tengkorak bagi wisatawan yang hendak melintas. Pasalnya pada libur panjang Idul Fitri 1440 H lalu, tercatat ada 10 kecelakaan yang terjadi.
Dilansir dari Faktual News, 10 kecelakaan itu terjadi sejak H+2 hingga H+5 Lebaran. Kasi Penanggulangan Bencana PMI Kabupaten Mojokerto, Didik Sudarsono, mengatakan rata-rata kecelakaan terjadi di sana disebabkan karena rem blong. “Kebanyakan tidak tahu medan,” terangnya.
Jalur alternatif ini memang kerap dipilih masyarakat untuk mempersingkat waktu perjalanan dari arah Batu menuju Mojokerto atau arah sebaliknya, tanpa harus memutar lewat Gempol, Pasuruan. Walaupun jalur ini sejatinya telah memakan banyak korban, seperti yang terjadi bulan April silam.
Lia Andriani (21 tahun) bersama rekannya Sherly Ayu Widyaningrum (20) jadi salah satu korban kecelakaan di jalur maut Cangar, Kabupaten Mojokerto, setelah motor Honda Beat yang mereka tumpangi mengalami rem blong.
Melansir dari Surya, saat melewati salah satu jalur menurun di Cangar, sepeda motor bernomor polisi W 5443 Q itu meluncur kencang tak terkendali. Mereka sempat membunyikan klakson beberapa kali untuk membuka jalan yang kondisinya lumayan ramai. Korban juga diketahui berupaya melambatkan kendaraan dengan menurunkan kedua kakinya.
“Kecepatannya sekitar 100 km/jam, kendaraan yang dikendarai meluncur hingga menabrak tumpukan karung sekam,” kata Ahmad Faizin (31), seorang saksi mata sekaligus anggota Aliansi Relawan Gabungan Mojokerto yang berjaga di jalur tersebut.
Karena kecepatan yang begitu tinggi, tumpukan karung sekam setinggi 2 meter itu tak mampu menahan laju motor. Motor beserta kedua korban terjun bebas ke dalam jurang yang berjarak hanya 5 meter dari tumpukan karung.
Sherly pun tewas dalam kecelakaan tersebut. Sementara Lia kondisinya kritis dan langsung mendapat perawatan di Rumah Sakit Kusta (RSK) Sumber Glagah, Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Kanit Laka Lantas Polres Mojokerto, Ipda Edy Widoyono, membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya kejadian ini terjadi pada Minggu (21/4) sekitar pukul 17.00 WIB. “Korban meninggal dunia yang mengemudikan kendaraan,” terangnya.
Jalur di Cangar dan beberapa wilayah dengan kontur jalan menurun serta menanjak memang diketahui jadi langganan kecelakaan sepeda motor, khususnya yang disebabkan karena rem blong. Kesalahan itu umumnya terjadi bukan karena faktor cacat produksi, melainkan karena kendaraan yang kurang terawat dan gaya berkendara yang salah.
Hal ini diungkap oleh training director The Real Driving Center, Marcell Kurniawan. Ia mengatakan kondisi panas yang berlebih dapat membuat rem tidak bisa bekerja maksimal. Cairan rem pun mendidih dan menjadi uap, sehingga sistem hidraulis rem tidak bekerja karena penguapan tadi.
Mendidihnya minyak rem kemungkinan terjadi karena penggunaan yang tidak sesuai standar yang dibutuhkan. Atau karena kualitasnya yang menurun karena masa pakai, sehingga kandungannya telah tercampur air. “Kalau sudah begitu yang harus dilakukan adalah dengan mengocok rem, siapa tahu yang terjadi adalah gejala vapor locking,” ucapnya kepada Tirto.
Selain karena penguapan pada sistem pelumasan, rem blong juga bisa terjadi karena menyusutnya kemampuan rem akibat suhu panas atau yang ia sebut brake fading. Kondisi ini salah satunya terjadi karena tuas rem yang ditekan terus-menerus.
Pada sepeda motor khususnya yang bertransmisi otomatis tidak terjadi gejala engine brake yang dapat menahan laju kendaraan. Maka, motor matik lebih banyak yang mengalami kecelakaan, terutama yang disebabkan oleh rem blong di jalur menurun.
“Ketika lewat turunan dan tanjakan curam, maka sistem pengereman motor akan bekerja lebih keras. Kalau ditahan terus, konstruksi rem akan panas. Kalau sudah panas, meski direm, tidak akan melambat, malah ngeblong,” jelas Marcell.
Oleh sebab itu penting untuk mengistirahatkan sepeda motor beberapa saat, ketika melakukan perjalanan melewati medan dengan tanjakan dan turunan curam. Piringan dan kampas rem yang beradu terus menerus menimbulkan panas berlebih yang jadi biang keladi rem blong.
Akibatnya, panas akan menjalar ke kaliper dan bisa membuat seal piston memuai. Efeknya, seal piston yang macet tak akan bisa menekan kampas rem dengan sempurna.
Teknologi Terkini pada Rem Sepeda Motor
Rem merupakan komponen penting pada sepeda motor yang berfungsi untuk memperlambat laju dan memberhentikan sepeda motor. Kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kerusakan sistem pengereman atau rem blong sering kali terjadi karena abainya pemilik merawat kendaraan.
Data Kementerian Perhubungan tahun 2017 memperlihatkan sebanyak 61 persen kecelakaan lalu lintas disebabkan karena faktor manusia. Sisanya sebanyak 30 persen karena faktor prasarana dan lingkungan, serta 9 persen karena faktor kendaraan.
Dalam sebuah rilis resmi, Menhub Budi Karya Sumadi mengatakan fenomena kecelakaan karena faktor kendaraan disinyalir bersumber dari rem blong yang mengemuka dalam beberapa peristiwa kecelakaan angkutan umum dan kendaraan pribadi belakangan ini.
Ia mengatakan penyebabnya bisa terjadi karena malfungsi pada sistem rem, kurangnya perawatan, mutu dan sistem rem yang tidak memenuhi persyaratan, atau juga karena faktor lingkungan yang memengaruhi kondisi kendaraan.
“Rem blong pada kendaraan juga dapat disebabkan cara mengemudi yang salah atau pun tabiat pengemudi yang tidak sesuai dengan aturan,” tuturnya.
Demi meningkatkan keselamatan dan keamanan jajaran produknya, pabrikan sepeda motor belakangan pun mulai melengkapi kendaraannya dengan fitur berteknologi mutakhir. Salah satunya sistem pengereman dengan ABS (Anti-lock Braking System).
Piranti keselamatan ini membantu pengendara, sekaligus membuat sistem pengereman sepeda motor jadi lebih mumpuni. Sebab fitur rem ABS dapat menghindari sepeda motor dari tergelincir ketika melaju. Singkatnya, ia mencegah roda terkunci saat panic brake. Efeknya roda tetap mendapat traksi dan dapat dikendalikan di berbagai kondisi jalan
Laman CNET menyebutkan, teknologi ini telah dipakai pada mobil sejak tahun 1990-an. Di Amerika Serikat misalnya, fitur ini telah direkomendasikan agar menjadi standar bagi produk-produk terbaru. Sebab, rem ABS disebut dapat mengurangi risiko kematian karena kecelakaan sepeda motor sebanyak 31 persen.
“Pengendara butuh lebih banyak waktu untuk bereaksi. Mereka membutuhkan motor yang berkinerja lebih baik dalam keadaan darurat,” kata Robert Sumwalt, Chairman of NTSB (The National Transportation Safety Board), seperti dikutip CNET.
Sama halnya dengan keadaan di Australia. Pemerintah Australia telah menyetujui semua sepeda motor baru yang dijual pada 2021 harus menggunakan fitur rem ABS. Menteri Infrastruktur Perkotaan Paul Fletcher mengatakan motor yang dijual di Australia harus mengadopsi teknologi yang sama seperti yang dibutuhkan di Eropa, Jepang, dan sejumlah pasar utama lainnya di dunia.
Sebanyak 40 persen dari semua sepeda motor yang dijual tahun 2017 di Negeri Kangguru telah dilengkapi rem ABS. Selain teknologi itu, sistem pengereman CBS (Combined Braking System) yang menghubungkan rem depan dan belakang ketika salah satunya ditekan, telah dipakai oleh pabrikan Honda, BMW, serta beberapa motor sport.
Fletcher juga mengatakan fitur rem ABS dan CBS mampu mengurangi kecelakaan terkait sepeda motor di Australia hingga lebih dari 30 persen. ”Sepeda motor saat ini merupakan jenis kendaraan yang cepat berkembang, penggunaan teknologi yang lebih luas akan mengurangi angka kecelakaan dan memastikan bahwa sepeda motor yang aman tersedia untuk warga,” ujarnya.
Di ranah global, belakangan Honda juga telah mematenkan sebuah sistem pengereman otomatis untuk sepeda motor bernama Collision Mitigation Braking System (CMBS). Sistem ini dapat mengaktifkan rem ketika mendeteksi tabrakan depan, misalnya saat ada kendaraan yang berbelok tiba-tiba di persimpangan.
Melansir dari Motorcycle, sistem ini akan membaca potensi kecelakaan lewat sensor yang akan membantu pengendara memberikan tekanan pengereman tambahan. Sebelumnya teknologi ini akan membaca apakah pengendara sudah melakukan pengereman atau belum, agar pengereman depan dan belakang terasa lebih alami dengan rasio yang sama.
Namun jika pengemudi tidak sempat menginjak rem, sistem dapat memperkirakan sendiri untuk mengaktifkan rem. Dengan cara menghitung koefisien gesekan permukaan jalan, sebelum menentukan batas pengereman yang tepat. Sistem akan terus bekerja sampai sepeda motor berhenti, atau tidak ada lagi kendala dan ancaman.
Editor: Windu Jusuf