Menuju konten utama

Mereka yang Menaklukkan Dunia dari Atas Motor

Jeffrey Polnaja, Mario Iroth, Stephen Langitan, dan Emilio Scotto berkeliling dunia menggunakan sepeda motor. 

Mereka yang Menaklukkan Dunia dari Atas Motor
Jeffrey Polnaja dengan motor BMW R1150GS. FOTO/Istimewa

tirto.id - Jeffrey Polnaja menghabiskan lima tahun dalam hidupnya untuk menghimpun pengalaman berkeliling dunia di atas sepeda motor. Pria yang akrab disapa Kang Jeje ini telah singgah di 97 negara dan menyusuri jarak tempuh 420 ribu kilometer bersama sepeda motor BMW R1150 GS.

Kang Jeje sudah menuntaskan dua etape perjalanan. Etape pertama yang bertajuk “Ride For Peace”, dilakukan pada kurun waktu 2006-2008. Saat itu, ia melintasi 72 negara di Asia, Afrika, dan Eropa—finis di Paris, Perancis.

Pada 2012, Kang Jeje kembali memutar gas motor BMW-nya membelah Eropa, Siberia, Amerika Serikat, kemudian kembali ke Asia. Di akhir pelesirannya, pria berdarah Sunda itu berkeliling Timor Leste. Dalam petulangan itu, Kang Jeje membawa pesan perdamaian dari Indonesia untuk seluruh dunia.

Selain menggemari otomotif, khususnya sepeda motor, Kang Jeje tergerak untuk melakukan “perjalanan damai” untuk menunjukkan arti perdamaian setelah aksi pemboman gedung World Trade Centre (WTC) pada 11 September 2001.

“Pada tahun 2001, ledakan World Trade Center (WTC) di AS mengguncang dunia. Pada saat itu, anak saya bertanya, ’Pa, kenapa harus ada tragedi kematian, tetapi mengatasnamakan kedamaian?’. Saya kaget mendengar anak di usia 9 tahun sudah bisa bertanya seperti itu. Akhirnya saya pun merenung dan berjanji, suatu saat akan melakukan sesuatu untuk menunjukkan padanya bahwa perdamaian juga bisa disaksikan dunia dengan jalan yang damai pula," cerita Jeffrey.

Ekspedisi tersebut menyisakan sederet kisah buat Jeffrey. Di Afghanistan, dia diberondong tembakan senjata, karena dicurigai warga Amerika. Beruntung tubuh pria berusia 56 tahun itu tidak tertembus timah panas dan ia dibiarkan melanjutkan perjalanan setelah memperkenalkan diri sebagai orang Indonesia.

Di Kazakhstan, ayah dari tiga orang anak itu mengalami kecelakaan hebat. Motor BMW Kang Jeje menabrak truk kontainer dan tulang tumit kaki kirinya retak.

“Hasil pemeriksaan dokter di Rumah Sakit Republican Research and Center Emergency Medical Care menyatakan, saya harus menjalani proses penyembuhan kaki sekurangnya selama satu bulan. Tetapi keajaiban terjadi. Entah berkah apa yang menaungi diri saya? Tapi saya yakin ini adalah keajaiban Yang Maha Kuasa. Hanya dalam sepekan, saya sudah bisa melanjutkan perjalanan,” kisah Jeffrey.

Lagi-lagi Jeffrey nyaris meregang nyawa kala menyusuri jalanan di daerah Balochistan, Pakistan, dia harus berhadapan dengan sopir mabuk yang ugal-ugalan mengendarai mobil pick-up. Beruntung, dia sempat meloncat dari motornya sebelum dihantam mobil pick-up tersebut. Kejadian itu membuat motor Kang Jeje rusak cukup parah dan tangannya terkilir.

Penderitaan Kang Jeje tak selesai sampai di situ. Daerah Balochistan adalah wilayah dengan hamparan padang pasir gersang. Setelah berhasil mengembalikan motor ke posisi semula dan melanjutkan perjalanan, Kang Jeje harus menahan sakit di tengah panas yang memanggang kulit. Tapi, sekali lagi semangatnya bangkit hingga mampu melewati derita itu.

Di balik kepedihan yang sempat mengguncang nyalinya, Kang Jeje juga merasakan pengalaman manis. “Salah satunya, merasakan bermalam di Burj Al Arab, Dubai. Hotel tertinggi di dunia yang dibangun di atas pulau buatan dengan kemewahan kelas wahid. Dan pastinya, saya tidak merogoh kocek sepeser pun. Padahal jika bayar, semalam menginap di hotel itu bisa menghabiskan hingga 3.000 dolar. Fantastis kan,” ujar Jeffrey.

Selain Jeffrey, ada lagi petualang sepeda motor dari Indonesia yang cukup tersohor, yakni Mario Iroth. Dia telah melakukan perjalanan keliling dunia yang dikemas dalam rangkaian “Mario Iroth Wheel Story”.

Hingga 2018, Mario sudah melakoni lima rangkaian perjalanan mulai dari Wheel Story 1 pada 2013 sampai edisi kelima Wheel Story yang dilaksanakan sejak akhir tahun 2017. Petualangan itu membawa pria asal Manado ini menyusuri 40 negara di Asia, Australia, Afrika, dan Eropa dengan jarak tempuh sekitar 104 ribu kilometer.

Infografik Keliling Dunia Naik Sepeda Motor

Di setiap perjalanannya, Mario membawa misi memperkenalkan pariwisata Indonesia ke seluruh dunia. "Misi kami menjelajahi alam dan budaya di setiap negara yang kami kunjungi dan mempromosikan pariwisata Indonesia. Bahwa Indonesia bukan cuma Jakarta dan Bali saja," ujar Mario seperti dikutip BBC.

Masih menurut laporan BBC, Pada rangkaian Wheel Story kelima, Mario mencoba peruntungan dengan menerabas jalur Afrika. Di sana, pria berusia 32 tahun ini merasakan sensasi berkendara di tengah alam liar, berbagi jalur dengan hewan seperti singa, badak, jerapah dan lainnya. Di Mesir, Mario mendapatkan pengawalan polisi dengan perlengkapan senapan AK-47.

"Banyak orang Indonesia bilang, jangan ke sana, ada kemiskinan, wabah, banyak militan. Tapi ternyata yang kami rasakan adalah, orang Afrika sangat welcome menyambut kami," ungkap Mario kepada BBC.

Selain soal rintangan selama perjalanan, tantangan lain sebelum memulai ekspedisi ialah mencari sponsor. Saat kali pertama mengajukan proposal untuk Wheel Story edisi pertama, dia sempat ditolak sejumlah perusahaan. Baru di edisi selanjutnya dia mendapatkan sponsor, termasuk sepeda motor Honda CRF250 Rally dari PT Astra Honda Motor yang digunakan di Wheel Story 7.

"Orang kadang bilang enak saya disponsori. Padahal tidak mudah mendapat sponsor. Saya ditolak 20 perusahaan pada Wheel Story pertama," kenang Mario dilansir BBC.

Mengikuti jejak Jeffrey dan Mario, ada juga Stephen Langitan juga ikut mengukir sejarah dengan menaklukkan jarak 27.400 kilometer dari Indonesia menuju London, Inggris. Pria asal Sulawesi Utara memulai perjalanan pada 25 Maret dan tiba di London tepat pada Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2018.

Stephen melahap berbagai medan jalanan di 22 negara Asia dan Eropa. Dia sempat mendapatkan pengawalan ketat dari petugas kepolisian di Pakistan untuk menghindari serangan kelompok bersenjata. Sedangkan di Iran, ia bertarung dengan derasnya badai pasir.

Salah satu momen penting yang dikisahkan Stephen adalah ketika dia masuk ke wilayah terlarang di Pakistan sampai akhirnya harus memutar arah. Karena diburu waktu, ia menggeber motornya di jalur perbukitan. Sialnya, karena konsentrasi sedikit terpecah, dia terjatuh dan terpental dari motornya.

“Yang pertama saya rasakan dulu kaki, patah kaki atau tidak. Ternyata tidak, baru saya bangun. Untuk membangunkan motor saya lepas dulu box-box-nya supaya lebih ringan. Setelah memastikan tidak ada kerusakan saya lanjutkan perjalanan,” kisah Stephen kepada para jurnalis di Head Office Kawasaki Motor Indonesia (KMI), Jakarta Pusat (23/8/2018).

Pria berusia 53 tahun itu mengatakan, untuk bisa melintasi berbagai negara di dunia, kuncinya ialah kelengkapan dokumen, meliputi paspor, visa, SIM internasional, dan dokumen motor—Carnet de Passages en Douane yang dikeluarkan Federation Internationale de I’Automobile (FIA) sebagai induk kegiatan otomotif dunia. Di samping itu, sebagai pendatang hendaknya mematuhi segala peraturan lalu lintas yang ada di sebuah negara.

“Kalau soal budget, ada tiga hal utama yang harus diperhitungkan. Pertama biaya makan, bahan bakar, dan penginapan. Itu sudah saya cari tahu dari jauh hari,” ujar Stephen.

Menarik waktu mundur, tepatnya 17 Januari 1985, ada Emilio Scotto—pria dari Buenos Aires, Argentina yang memulai perjalanannya keliling dunia. Bermula dari Argentina, menuju Uruguay, Brazil, sampai ke Amerika Serikat dan terus melaju sampai Eropa, Asia, dan Afrika, Scotto terus memacu Honda Gold Wing tunggangannya.

Mencuplik Rider Magazine, Scotto sudah menyusuri jarak 785 ribu kilometer melintas di 232 negara selama 10 tahun perjalanan. Dia pernah dirampok di Brazil, Meksiko, Guinea Khatulistiwa, Kenya, dan Tiongkok. Di samping itu, dia pernah dipenjara karena dicurigai membawa paspor palsu dan narkoba di Afrika, serta dianggap mata-mata pemimpin Libya Moammar Khadafi di Amerika Serikat.

“Saya sudah menemui jutaan kejadian tidak terduga—tempat baru, situasi nyaris mati, aturan baru, keyakinan baru, realitas baru, anak-anak kelaparan, tentara yang saling bertempur, orang putus asa, kanibalisme, dan banyak lagi,” kata Scotto dikutip Rider Magazine. “Dalam 10 tahun (perjalanan) saya merasa sudah mengemas pengalaman seharga 100 tahun,” pungkas Scotto.

Baca juga artikel terkait MOTOR atau tulisan lainnya dari Yudistira Perdana Imandiar

tirto.id - Otomotif
Penulis: Yudistira Perdana Imandiar
Editor: Windu Jusuf