Menuju konten utama
Gearbox

Made Like A Gun: Tak Sekadar Slogan, Inilah DNA Royal Enfield

Pendiri Royal Enfield awalnya mengakuisisi produsen jarum. Kini, lewat slogannya, mereka ingin mencerminkan kualitas dan presisi seperti industri senjata.

Made Like A Gun: Tak Sekadar Slogan, Inilah DNA Royal Enfield
Ilustrasi Motor Royal Enfield. foto/istockphoto

tirto.id - Pada 1952, Ernesto Che Guevara, saat itu masih mahasiswa kedokteran berusia 23 tahun, memulai perjalanan melintasi Amerika Latin bersama sahabatnya, Alberto Granado. Mereka menunggangi motor tua berwarna hitam yang dijuluki La Poderosa.

Suatu hari di kaki Pergunungan Andes, Argentina, saat Che dan Alberto melaju di jalanan berdebu, La Poderosa menunjukkan tanda-tanda kelelahan—oli bocor, rantai sering lepas, dan ban kerap kempis.

Di tengah hamparan gurun, motor itu tiba-tiba mogok total. Matahari membakar tanpa belas kasih. Che bersikeras membongkar mesin di tempat, meski Alberto mengumpat bahwa mereka lebih baik mencari bantuan.

Dengan tangan penuh minyak dan keringat membasahi wajah, Che mengutak-atik karburator dan busi, berbicara pada La Poderosa seolah motor itu sahabat lainnya selain Alberto.

Setelah berjam-jam, keajaiban kecil terjadi—mesin itu hidup kembali dengan suara gemuruh yang seperti tawa kemenangan. Mereka lalu melanjutkan perjalanan menuju ibu kota Cile, Santiago.

"Namun, perjalanan menjadi semakin sulit saat mereka terus melaju. Mesin terus memanas, dan batu-batu menggores ban hingga hancur berkeping-keping," tulis Daniel James dalam Che Guevara: a Biography (2001:61).

Mesin yang sudah habis itu akhirnya berhenti bekerja saat mereka mendekati Santiago, dan mereka harus membuang kendaraan tua itu. La Poderosa merupakan Norton Model 18 berkapasitas 500 cc, sering disangka Royal Enfield karena desain klasiknya yang mirip—meski Norton punya ciri khas sendiri, seperti mesin satu silinder yang berdentum khas.

Soal motor yang disangka Royal Enfield, ini berdasarkan anekdot populer di kalangan penggemar sejarah dan motor klasik, karena desain Norton Model 18 memang mirip dengan beberapa model Royal Enfield era itu, meski tidak ada bukti langsung dari Che atau Granado yang menyebutkan kekeliruan ini.

Sebermula "hanya" Produsen Jarum

Kisah Royal Enfield dimulai pada tahun 1891 ketika dua pengusaha, Bob Walker Smith dan Albert Eadie, mengakuisisi George Townsend & Co. di Redditch, Worcestershire, Inggris. Townsend's pada awalnya adalah produsen jarum terkemuka yang kemudian melebarkan sayapnya ke produksi sepeda.

Pada November 1891, akuisisi ini menjadi langkah awal bagi lahirnya sebuah merek legendaris. Dua tahun kemudian, perusahaan ini berhasil memenangkan kontrak untuk memasok komponen presisi ke Royal Small Arms Factory di Enfield, Middlesex.

Kontrak bergengsi ini menjadi tonggak penting yang mendorong perubahan nama perusahaan menjadi Enfield Manufacturing Company Ltd. Sebagai bentuk perayaan atas pencapaian ini, sepeda pertama yang dirancang oleh Bob Walker Smith diberi nama Enfield.

Warsa 1894, seluruh sepeda mereka diubah namanya menjadi Royal Enfields, dan diperkenalkanlah merek dagang yang terkenal hingga kini, "Made Like A Gun". Slogan ini secara langsung mencerminkan kualitas dan presisi yang diasosiasikan dengan industri persenjataan.

Ilustrasi Motor Royal Enfield

Ilustrasi Motor Royal Enfield. foto/istockphoto

Emoat tahun kemudian, Bob Walker Smith merancang kendaraan bermotor pertama perusahaan, sebuah quadricycle yang ditenagai oleh mesin De Dion 1 1/2 hp. Pada tahun yang sama, nama dagang perusahaan secara resmi ditetapkan menjadi The Enfield Cycle Co. Ltd., nama yang akan mereka gunakan selama 70 tahun berikutnya.

Langkah tersebut menandai transisi perusahaan menuju era kendaraan bermotor.

Royal Enfield juga menunjukkan ketertarikannya pada dunia motorsport sejak awal. Pada tahun 1900, salah satu quadricycle mereka ikut serta dalam ajang 1000 Mile Trial. Ajang yang menempuh rute panjang dari London ke Edinburgh dan kembali ini berperan besar dalam meyakinkan masyarakat Inggris tentang potensi transportasi bermotor.

Titik balik penting terjadi pada tahun 1901, yang menandai lahirnya sepeda motor Royal Enfield pertama. Sepeda motor ini dirancang oleh Bob Walker Smith bersama dengan seorang insinyur Prancis bernama Jules Gobiet, dan diluncurkan di Stanley Cycle Show di London.

Model awal ini memiliki mesin 1 1/2 hp yang dipasang di depan kepala kemudi, dengan penggerak roda belakang menggunakan sabuk kulit mentah yang panjang.

Setelah peluncuran perdana, Royal Enfield terus melakukan pengembangan. Pada 1902, mereka memperkenalkan model dengan mesin Enfield sendiri.

Tahun berikutnya, hadir model dengan pendingin air dan penggerak rantai. Inovasi terus berlanjut, dan pada tahun 1909 Royal Enfield meluncurkan model V-twin pertamanya.

Pada periode ini, perusahaan juga terlibat dalam Perang Dunia I, memasok sepeda motor untuk berbagai angkatan bersenjata. Keterlibatan ini semakin memperkuat reputasi Royal Enfield sebagai produsen kendaraan yang tangguh dan andal.

Pada 1955, perusahaan India, Madras Motors, membeli lisensi Royal Enfield dan mulai memproduksinya di India. Sejak saat itu, merek ini berkembang pesat di Asia.

Memasuki dekade 1970 hingga 1990-an, persaingan dengan merek Jepang seperti Honda dan Yamaha membuat penjualannya menurun di pasar global, tetapi tetap kuat di pasar India.

Kiwari, di bawah kepemilikan Eicher Motors, Royal Enfield mengalami kebangkitan dengan desain retro-modern seperti Classic 350, Himalayan, dan Interceptor 650.

Gaya Klasik Royal Enfield

Salah satu ciri paling mencolok dari Royal Enfield adalah tampilan vintage dan estetikanya yang memberikan kesan nostalgia bagi para pengendara. Detail klasik seperti garis bodi yang khas, aksen krom, dan sentuhan retro menjadi daya tarik utama.

Bahkan model-model seperti Classic 350 mempertahankan gaya tradisional dengan tangki berbahan metal, mesin berpendingin udara, sepatbor tebal, dan pelek jari-jari yang berkilauan.

"Ini adalah perpaduan menawan dari tenaga yang cukup, kualitas pembuatan yang luar biasa, dan gaya kuno yang mengingatkan kembali ke zaman keemasan sepeda motor Inggris,” ujar Dan Shuterland dalam ulasannya di Motorcyclenews Februari lalu.

Meskipun demikian, beberapa model juga mengintegrasikan elemen modern seperti lampu LED dan panel instrumen digital.

Royal Enfield Guerilla 450

Royal Enfield Guerilla 450. FOTO/royalenfield.com

Royal Enfield dikenal dengan mesinnya yang memiliki langkah panjang (long-stroke) dan sistem injeksi bahan bakar elektronik yang menghasilkan tenaga yang halus, responsif, dan torsi bawah yang melimpah.

Terutama pada model-model Bullet dan Classic versi lawas, suara knalpot yang dalam dan unik, yang dikenal sebagai “Royal Enfield thump”, menjadi ciri khas yang sangat dihargai dan membangkitkan memori pengagumnya.

Model-model seperti Meteor dan Classic 350 menggunakan mesin satu silinder berpendingin udara-oli. Sementara itu, model-model 650 seperti Interceptor dan Continental GT menggunakan mesin paralel-twin yang menawarkan karakter dan performa yang berbeda. Produsen juga mulai memperkenalkan mesin berpendingin cairan pada model-model terbaru seperti Himalayan 450.

Sebagian besar sepeda motor Royal Enfield juga dirancang sebagai motor cruiser yang memberikan kenyamanan bagi pengendara dalam perjalanan jarak jauh. Fitur-fitur seperti jok yang lebih lebar dan posisi berkendara yang rileks dirancang untuk meningkatkan kenyamanan.

Sepeda motor Royal Enfield sering digambarkan sebagai kendaraan yang sederhana, mudah dirawat, dan diperbaiki. Mesinnya dikenal tangguh dan andal, membutuhkan perawatan minimal.

Meski demikian, beberapa pandangan menyebutkan bahwa kualitas pembuatan beberapa model mungkin tidak sebaik merek-merek Jepang.

Ekspansi Pasar Global

Royal Enfield mengalami pertumbuhan penjualan dan berhasil memperluas pasar globalnya dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini, Royal Enfield menjual sepeda motornya di lebih dari 50 negara. Pencapaian penting terjadi pada tahun 2015 ketika Royal Enfield berhasil melampaui penjualan global Harley-Davidson.

Setelah tahun 2012, di mana penjualan global Royal Enfield hanya mencapai 113.000 unit, perusahaan ini menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Laporan terbaru dari The Economic Times, pada tahun fiskal 2024-25, Royal Enfield mencatatkan penjualan tahunan tertinggi sepanjang sejarahnya, melampaui angka 1 juta unit.

Ekspansi pasar global Royal Enfield dilakukan secara strategis dengan fokus pada segmen sepeda motor kelas menengah (250-750 cc). Selain pasar domestiknya yang kuat di India, Royal Enfield juga memperluas kehadirannya di wilayah lain seperti Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa, dan Asia Pasifik.

Untuk mendukung ekspansi ini, Royal Enfield mendirikan anak perusahaan dan pabrik perakitan CKD (Completely Knocked Down) di beberapa negara seperti Thailand dan Brasil. Langkah ini bertujuan untuk memenuhi permintaan regional dan mengurangi biaya produksi.

Strategi pemasaran Royal Enfield yang menggabungkan unsur nostalgia, koneksi komunitas, dan branding gaya hidup aspiratif, kerap menyesuaikan pada unsur budaya yang berbeda di setiap pasar.

Pada kuartal ketiga tahun 2024, perusahaan berhasil menjual 269.039 unit sepeda motor secara global, meningkat 17 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, di tahun ini, Royal Enfield mencatatkan penjualan sebanyak 944.000 unit, naik 4,7 persen dari tahun 2023.Pertumbuhan ekspor juga sangat kuat, mencapai 37 persen pada tahun fiskal 2025.

Royal Enfield Guerilla 450

Royal Enfield Guerilla 450. FOTO/royalenfield.com

Keberhasilan Royal Enfield dalam meningkatkan penjualan dan memperluas pasar global tidak lepas dari peluncuran model-model terbaru seperti Himalayan, Interceptor 650, Continental GT 650, Meteor 350, Hunter 350, serta berbagai model 450 dan 650 lainnya.

Peningkatan kapasitas produksi dari pabrik-pabrik baru di India (Oragadam, Vallam) dan unit CKD internasional juga berperan penting dalam memenuhi permintaan yang terus meningkat.

Keputusan strategis Royal Enfield pada tahun 2013 untuk membangun pabrik modern di India menjadi titik balik yang memungkinkan ekspansi volume yang signifikan dan mendorong ambisi globalnya.

Fokus pada segmen sepeda motor kelas menengah secara global memungkinkan Royal Enfield untuk menjangkau pasar yang sebelumnya kurang terlayani, terutama di negara-negara berkembang dan di kalangan pengendara yang mencari keseimbangan antara performa, gaya, dan harga yang terjangkau.

Royal Enfield di Indonesia

Royal Enfield mengumumkan kehadirannya di pasar Indonesia pada Agustus 2015 di ajang GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS). Momen ini merupakan bagian dari strategi global perusahaan untuk memimpin dan memperluas segmen sepeda motor kelas menengah (250-750 cc).

Royal Enfield menjalin kemitraan dengan PT Distributor Motor Indonesia sebagai dealer eksklusif untuk wilayah Indonesia. Operasi ritel dimulai beberapa bulan setelah pengumuman tersebut, dengan pembukaan dealer eksklusif pertama di Jakarta.

Pada GIIAS 2015, Royal Enfield memamerkan beberapa model awal termasuk Bullet 500cc, Classic 500cc, Classic Chrome, dan Continental GT (535cc). Strategi pemasaran awal fokus pada daya tarik "modern klasik", meliputi desain, kesederhanaan, dan kesesuaian untuk berkendara di kota maupun touring.

Respons pasar Indonesia terhadap kehadiran Royal Enfield cukup menggembirakan, dengan pemahaman akan potensi pasar untuk beralih ke sepeda motor kelas menengah.

Seiring waktu, jumlah dealer Royal Enfield di Indonesia terus bertambah. Pada Juni 2020, tercatat ada 55 outlet yang tersebar di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Pada tahun 2025, Royal Enfield menawarkan berbagai macam model di Indonesia, termasuk Classic 350, Meteor, Himalayan, Hunter 350, Interceptor 650, Continental GT 650, Super Meteor 650, Bullet 350, Shotgun 650, Scram 411, Guerrilla 450, dan Himalayan 450.

Model-model seperti Classic 350, Meteor, dan Himalayan menjadi populer di kalangan konsumen Indonesia. Data impor dari Volza menunjukkan ada aktivitas perdagangan sepeda motor Royal Enfield di Indonesia, dengan model-model seperti Signals 349cc, Classic 349cc, Meteor 349cc, Scram 411cc, dan Hunter 350.

Dari produsen sepeda dan komponen senjata di Inggris pada akhir abad ke-19 hingga menjadi produsen sepeda motor global yang disegani di abad ke-21, menjadikan Royal Enfield melegenda dengan ciri khas desain klasik dan raungan mesinnya yang unik.

Baca juga artikel terkait MOTOR atau tulisan lainnya dari Ali Zaenal

tirto.id - Otomotif
Kontributor: Ali Zaenal
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi