Menuju konten utama

Cara Agar Tak Stres Hadapi "The New Normal" Menurut Dokter Jiwa

Cara agar tidak stres menghadapi "gaya hidup normal baru" atau the new normal menurut dokter spesialis kejiwaan.

Cara Agar Tak Stres Hadapi
Sejumlah pekerja di kawasan Sentral Senayan, Jakarta yang masih beraktivitas di masa pandemi Covid-19 pada Rabu (1/4/20). Meski pemerintah menganjurkan pembatasan aktivitas di luar rumah, ada beberapa pekerja yang pekerjaannya menuntut mereka masuk kantor. tirto.id/Hafitz Maulana

tirto.id - Pandemi COVID-19 telah mengubah banyak hal termasuk rutinitas sehari-hari, pemerintah juga meminta masyarakat untuk bisa beradaptasi dengan "gaya hidup normal baru" atau the new normal dalam menghadapi virus Corona.

“Sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan COVID-19 untuk beberapa waktu ke depan.” kata Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta melalui video daring, Kamis (7/5/2020) lalu.

Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin mengatakan, maksud berdamai dengan Corona sebagaimana dikatakan Jokowi itu adalah menyesuaikan dengan kehidupan, yang artinya masyarakat harus tetap bisa produktif di tengah pandemi COVID-19.

"COVID memang belum ada anti-virusnya, tapi kita bisa mencegah. Artinya jangan menyerah, hidup berdamai dalam penyesuaian kehidupan. Ke sananya yang disebut the new normal tatanan kehidupan baru," katanya.

New normal juga membentuk kebiasaan baru saat pulang ke rumah. Yakni langsung mencuci tangan dan berganti pakaian.

Tak ada cium pipi kanan-kiri saat bertemu rekan atau teman serta tak ada pelukan hangat saat bertemu sanak keluarga.

Bagi pria muslim, the new normal bisa berarti tidak ada lagi salat jumat di masjid. Atau bagi umat Kristen dan Katolik tak ada lagi misa ke gereja dan harus berpuas diri beribadah secara virtual.

Meski begitu, tidak semua orang mudah beradaptasi menghadapi gaya hidup baru atau the new normal.

Menurut dokter spesialis kedokteran jiwa Leonardi Goenawan, dampak pandemi yang berat akan lebih dirasakan oleh orang yang mudah tertekan.

Karenanya, usaha lebih besar juga akan dibutuhkan untuk bisa mencapai tahap penerimaan gaya hidup normal baru atau the new normal.

Leonardi pun memberikan kiat dan cara agar tidak stres dalam menghadapi kondisi kenormalan baru, berikut ulasannya seperti dilansir dariAntara:

Pertama, istirahat sejenak dari semua informasi. Tak perlu membaca, mendengarkan, atau menonton berita, termasuk media sosial.

"Mendengar info pandemi berulang kali bisa membuat hanyut dalam kekhawatiran yang berlebihan," kata dia dalam siaran resmi, Rabu.

Kedua, jaga kesehatan tubuh. Meski tak bisa keluar rumah, olahraga ringan secara teratur bisa tetap dilakukan. Anda dapat melakukan meditasi, yoga, latihan napas hingga stretching. Barengi olahraga dengan makanan sehat dan bernutrisi.

"Hindari penggunaan alkohol, rokok, dan obat-obatan yang tidak perlu," imbuhnya.

Ketiga, luangkan waktu untuk bersantai. Cari kegiatan yang disukai. Aktivitas fisik dapat mengusir stres, sebab berdasarkan penelitian ada hubungan terbalik antara stres dan aktivitas fisik.

"Selain itu, aktivitas fisik dan olahraga terbukti penting dalam manajemen stres yang efektif karena dapat menurunkan kadar hormon-hormon stres seperti adrenalin dan kortisol dalam tubuh."

Aktivitas fisik, ujar dokter yang praktik di RS Pondok Indah Bintaro Jaya ini, dapat memicu produksi endorfin, bahan kimia yang diproduksi oleh otak dan berfungsi sebagai pereda rasa sakit.

Endorfin, lanjutnya, juga dapat menghasilkan perasaan relaks dan optimisme ketika seseorang berolahraga rutin.

Keempat, bersosialisasi lewat sarana virtual. Bicaralah dengan orang yang dipercaya mengenai kekhawatiran dan perasaan diri sendiri. Beban di hati akan berkurang dengan menceritakannya kepada orang lain.

Kelima, pahami fakta akurat mengenai COVID-19 untuk menghindari stres yang berlebihan.

Ketika sudah merasa tenang dan terbiasa dengan kenormalan baru, maka akan merasa nyaman dengan semua perubahan yang berhubungan dengan pandemi. Meski di rumah saja, juga bisa tetap produktif.

Ketika sudah menerima keadaan normal baru, jangan lupa untuk tetap menjaga kesehatan fisik dan mental serta memelihara optimisme.

Selain itu, dorong diri untuk terus belajar sesuatu yang baru dan fokus pada proses, bukan kesempurnaan.

"Kesehatan jiwa Anda pada masa pandemi COVID-19 perlu Anda perhatikan. Apabila tidak, dapat berdampak pada memburuknya relasi dengan sesama dan kesehatan fisik Anda," kata dia.

"Apabila Anda memerlukan pertolongan dari tenaga profesional untuk menjalani masa pandemi ini, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikolog," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait THE NEW NORMAL atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH