Menuju konten utama

Panduan Menjaga Kesehatan Mental Selama Pandemi Corona Versi WHO

WHO merilis panduan pertimbangan kesehatan mental selama pandemi corona COVID-19.

Panduan Menjaga Kesehatan Mental Selama Pandemi Corona Versi WHO
Ilustrasi Corona. foto/istockphto

tirto.id - Sejak virus Corona (COVID-19) mewabah di Indonesia, kegiatan-kegiatan seperti sekolah dan perkantoran harus dihentikan untuk sementara waktu. Banyak orang saat ini harus bekerja di rumah karena ada imbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah (WFH).

Oleh karena itu, banyak orang kini menghabiskan waktu di rumah saja, dalam periode jauh lebih lama dari biasanya. Apalagi, kegiatan di luar rumah sangat penting untuk dibatasi, kecuali karena ada keperluan mendesak, demi mencegah penularan COVID-19.

Sebagian orang mungkin merasa nyaman bekerja dari rumah, namun tidak sedikit yang merasa bosan hingga mengalami stres. Mengutip laporan Very Well Mind, hasil sebuah studi di 15 negara menemukan bahwa 41 persen pekerja, dengan aktivitas kerja yang tinggi di rumah, merasa tertekan. Hanya 25 persen partisipan riset tersebut yang mengaku nyaman bekerja di tempat yang sama dalam waktu lama.

Selain itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) juga mengatakan, bahwa informasi yang simpang siur, lebih jauh, tak ada kepastian pandemi akan berakhir, membuat sebagian orang rentan mengalami gangguan mental.

World Health Organization (WHO) beberapa waktu yang lalu merilis panduan pertimbangan kesehatan mental selama adanya COVID-19. Dalam edaran tersebut, terdapat beberapa saran badan kesehatan dunia itu untuk menjaga kondisi psikologis selama pandemi berlangsung bagi masyarakat umum.

Berikut ini panduan WHO terkait menjaga kesehatan mental selama pandemi COVID-19.

1. Bersikap Empati pada yang Terdampak

WHO menyatakan bahwa COVID-19 telah mempengaruhi orang-orang di seluruh dunia, dari berbagai negara dan wilayah geografis. Maka dari itu, jangan lekatkan stigma pada etnis atau negara mana pun.

"Bersikaplah empatik terhadap mereka yang terdampak, di dan dari negara mana pun, mereka yang mengalami penyakitnya tidak melakukan kesalahan apa pun," tulis WHO.

2. Penyebutan Pasien

WHO meminta agar pasien tidak disebut dengan "kasus COVID-19", "korban", atau "keluarga COVID-19." Sebagai gantinya mereka disarankan disebut sebagai "orang dengan COVID-19", "orang yang sedang dirawat karena COVID-19", "orang yang sembuh dari COVID-19."

"Setelah pulih dari COVID-19, hidup mereka akan berlanjut dengan pekerjaan, keluarga, dan orang-orang yang mereka cintai," kata WHO.

3. Kurangi Paparan Pemberitaan

"Hindari menonton, membaca, atau mendengarkan berita yang membuat Anda merasa cemas atau tertekan," tulis WHO.

Apabila Anda membutuhkan informasi, carilah untuk mengambil langkah-langkah praktis dengan tujuan mempersiapkan rencana melindungi diri sendiri dan yang dicintai.

"Carilah informasi terkini pada waktu tertentu, sekali atau dua kali sehari. Paparan pemberitaan yang tiba-tiba dan konstan dapat menyebabkan siapa saja merasa khawatir."

Selain itu, kumpulkan juga informasi dari sumber-sumber yang terpercaya misalnya WHO atau otoritas kesehatan untuk membedakan fakta dan rumor.

4. Saling Melindungi

WHO meminta masyarakat untuk melindungi diri sendiri dan mendukung orang lain. "Membantu orang lain di saat mereka membutuhkan bisa bermanfaat bagi orang yang menerima dukungan serta yang membantu."

5. Menyuarakan Kisah-Kisah Positif

WHO meminta masyarakat untuk ikut menyuarakan kisah-kisah positif dari mereka yang sembuh dan pulih dari COVID-19 dan bersedia mengungkapkan pengalaman mereka.

6. Menghargai Perawat dan Petugas Kesehatan

Berilah penghormatan dan penghargaan bagi para perawat dan petugas kesehatan yang menangani pasien COVID-19 di komunitas Anda. "Akui peran yang mereka mainkan untuk menyelamatkan hidup dan menjaga orang yang Anda cintai tetap aman," tulis WHO berpesan.

Baca juga artikel terkait WHO atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Alexander Haryanto