tirto.id - Candi Prambanan adalah salah satu bukti kejayaan kerajaan Hindu di tanah Jawa yang dibangun pada abad 8 Masehi. Pada hari ini, tepat tiga puluh tahun lalu, Unesco World Heritage Commitee resmi menetapkan Candi Prambanan sebagai Warisan Budaya Dunia (World Heritage) dengan nama Prambanan Temple Compounds (Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Lumbung, Candi Bubrah, dan Candi Asu).
Komplek Candi Prambanan terletak di Taman Wisata Prambanan, kurang lebih 17 km ke arah timur dari kota Yogyakarta. Lokasi persisnya di Desa Prambanan, Kecamatan Bokoharjo, Sleman. Di masa lalu, kawasan itu termasuk dalam wilayah Bhumi Mataram, sebutan lama wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Kawasan wisata sejarah ini terbagi menjadi dua wilayah: Sleman di sebelah barat dan Klaten di sebelah timur
Sejarah Candi Prambanan
Candi Prambanan dibangun pada pemerintahan Kerajaan Medang Mataram (Mataram Kuno). Berdasarkan candrasengkala, rumusan tahun pada prasasti Siwagrha, candi ini diperkirakan dibangun pada 778 Saka (856 Masehi).
Dalam buku Prasasti Indonesia II: Selected Inscriptions from the 7th to the 9th Century A.D (1956), Candi Prambanan dibangun sebagai peringatan atas kemenangan perang Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala, raja Medang Mataram melawan Pu Kumbhayoni. Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala yang diserahi tahta uparata oleh Jatiningrat -- diduga sebagai Rakai Pikatan Dyah Saladu--merasa perlu membangun monumen sebagai tanda kemenangan kerajaannya.
Sementara itu, Kusen dalam Raja-raja Mataram Kuna dari Sanjaya sampai Balitung, Sebuah Rekonstruksi berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III (1994) menyebutkan bahwa bahwa kata uparata tersebut diartikan sebagai "meninggal dunia". Pernyataan ini sesuai dengan isi dari prasasti Wanua Tengah III, yang menyatakan bahwa Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala naik tahta pada tanggal 27 Mei 855 M. Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala diyakini memimpin Medang Mataram sejak 855 hingga 885 M.
Menurut sumber di atas, Candi Prambanan dibangun untuk memeringati keprabuan raja sebelumnya, sebagai darma bagi ayah Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala, yakni Rakai Pikatan Dyah Saladu. Prasasti Siwargrha juga diresmikan oleh Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala.
Kompleks Candi Prambanan awalnya dikelilingi oleh arus sungai Opak yang berkelok ke timur, berdempet dengan konstruksi candi. Khawatir dengan erosi yang dapat merusak bangunan candi, raja Dyah Lokapala bermaksud mengubah arah aliran sungai tersebut. Akhirnya, dibuatlah sodetan untuk mengalihkan sungai Opak ke arah poros utara-selatan. Bekas arus sungai yang asli ditimbun sebagai pengembangan deretan Candi Perwara.
Dipugar Setelah Lama Terbengkalai
Ketika kerajaan Medang dipimpin oleh Mpu Sendok, ibukota Medang pindah ke salah satu wilayah di Jawa Timur sekitar 930-an Masehi. Penyebab kepindahannya belum pasti. Namun R.W. van Bemmelen dalam The Geology of Indonesia (1949) menyatakan bahwa kepindahan tersebut diyakini karena letusan Gunung Merapi.
Dampak letusan yang melumat sebagian besar wilayah Jawa Tengah itu membuat konstruksi Candi Prambanan tidak utuh lagi. Hingga abad ke-16, kompleks candi tetap terbengkalai, hanya menyisakan reruntuhan bekas gempa. Baru kemudian pada 1733, candi ini ditemukan oleh CA Lons yang kala itu bertugas sebagai pegawai Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
Namun, peninggalan sejarah tersebut tak langsung diperhatikan oleh pemerintahan Hindia-Belanda. Beberapa pejabat kolonial dari Eropa juga berusaha menelusuri reruntuhan candi ini, seperti Colin Mackenzie, seorang surveyor bawahan Sir Thomas Stamford Raffles yang berkebangsaan Inggris.
Lagi-lagi tak ada keseriusan untuk memugar Candi Prambanan kembali.
J.W. Ijzerman menjadi yang pertama menekuni penelusuran dan mengupayakan rekonstruksi Candi Prambanan. Dimulai pada 1885, ia mendirikan Archaelogische Vereeniging Van Jogja yang bertugas membersihkan kompleks Candi Prambanan.
Laman Perpustakaan Nasional menuliskan bahwa pada 1902, upaya untuk memugar Candi Prambanan dilanjutkan oleh Theodoor van Erp. Pemugaran dilakukan dengan mengategorikan batu-batu reruntuhan, yang diupayakan untuk disusun kembali di bangunan candi. Pemugaran candi dilanjutkan lagi pada 1918 oleh Dinas Purbakala pemerintahan Hindia-Belanda yang dipimpin oleh P.J. Perquin.
Pada masa ini, Candi Siwa yang masih dalam kawasan Candi Prambanan, dapat direkonstruksi kembali. Usai berpindah kekuasaan, tugas P.J. Perquin digantikan oleh De Haan. Pada 1926, De Haan lantas membentuk panitia baru untuk melanjutkan penyempurnaan Candi Siwa. Selain itu, persiapan pembangunan Candi Apit di kawasan Candi Prambanan juga dilakukan. Akan tetapi, naas menimpa De Haan. Ia meninggal dalam masa tugasnya pada 1931.
Setahun kemudian, V.R. van Romondt menggantikannya. Candi Apit berhasil dirampungkan. Memasuki masa pendudukan Jepang, pemugaran candi dilakukan di bawah pimpinan Samingun dan Suwarno. Meskipun sempat terhenti empat tahun (1946-1950) karena revolusi fisik, pembangunan candi berhasil diselesaikan. Pada 1953 Candi Prambanan diresmikan oleh Soekarno.
==========
Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 5 Desember 2020. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.
Editor: Nuran Wibisono