Menuju konten utama
Danantara:

BUMN Malas & Sulit Bersaing Imbas Terlalu Lama Diproteksi Negara

97 persen dividen yang diterima Danantara hanya disumbang delapan BUMN besar, yang sebagian besar masih beroperasi dengan tingkat proteksi tinggi.

BUMN Malas & Sulit Bersaing Imbas Terlalu Lama Diproteksi Negara
Plt Menteri BUMN Dony Oskaria menyampaikan kata sambutan dalam acara perpisahan dan apresiasi kepada Menteri BUMN periode 2019-2025 Erick Thohir di Menara Danareksa, Jakarta, Jumat (19/9/2025). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/YU

tirto.id - Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria menilai sebagian besar badan usaha milik negara (BUMN) dininabobokan oleh proteksi dari pemerintah. Akibatnya, transformasi bisnis di tubuh BUMN berjalan lambat dan banyak perusahaan pelat merah sulit bersaing di industri yang makin kompetitif.

“Begitu kita masuk ke industri yang highly competitive, itu rata-rata BUMN kalah. Kita lambat untuk melakukan transformasi dalam pengelolaan BUMN,” ujar Dony dalam acara di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (9/10/2025).

Ia mencontohkan kondisi PT Krakatau Steel Tbk yang kini terbelit utang hingga Rp28 triliun dan hanya mempekerjakan sekitar 800 orang. Padahal, dulunya perusahaan ini adalah raksasa di industri baja dan dengan jumlah karyawan hingga 20 ribu orang.

Menurut Dony, hal itu terjadi karena perusahaan terlalu lama merasa nyaman dengan proteksi yang diberikan negara. “Mereka terlalu enjoy dengan proteksi yang luar biasa, menyebabkan tidak membangun continuity baik dalam bisnis proses, teknologi, maupun human capital. Akibatnya, sekarang Krakatau Steel kondisinya ringkih,” tutur pria yang merangkap jabatan sebagai Kepala BP BUMN tersebut.

Kondisi serupa, lanjutnya, juga terjadi di sektor semen nasional. Dony menyebut, laba PT Semen Indonesia (Persero) Tbk itu dulu bisa mencapai lebih dari Rp5 triliun. Tapi pada tahun lalu, keuntungan yang dikantongi perseroan hanya sekitar Rp500 miliar. “Ini menunjukkan bahwa kita punya satu root cause problem yang sama, terlalu nyaman dengan proteksi, lupa melakukan transformasi,” ucapnya.

Rendahnya daya saing tersebut juga terlihat dari tidak adanya bank pelat merah yang mampu berkancah pada level internasional. Hal ini, ungkap Dony, sempat menjadi pertanyaan Presiden Prabowo Subianto kepada dirinya dalam sebuah kesempatan.

Menurutnya, Kepala Negara merasa heran lantaran tak ada anggota Himbara yang membuka kantor di banyak negara, sementara bank-bank asing di Indonesia terus melebarkan sayapnya.

"Karena kita terlalu manja, kita tidak mampu bersaing, ini Pak Presiden tanya sama saya. Kenapa bangkir-bangkir kita bisa kalah sama bangkir-bangkir negara-negara di sekitar kita? Kan aneh, ya. Ini juga di challenge bagaimana kita mampu berkompetisi secara global," jelasnya.

"Kita harusnya di tempat lain, sudah saatnya Mandiri nanti berkibar di Jepang, di mana-mana itu bukan bank orang saja yang ada di negara kita, bankir kita juga ada di negara lain," imbuhnya.

Dony juga mengungkapkan bahwa saat ini 97 persen dividen yang diterima Danantara hanya disumbang oleh delapan BUMN besar, yang sebagian besar masih beroperasi dengan tingkat proteksi tinggi. Kondisi itu, menurutnya, tidak bisa terus dipertahankan jika pemerintah ingin memperkuat daya saing ekonomi nasional.

“Apakah kita mau stay dengan posisi ini, atau kita melakukan proses transformasi yang fundamental? Prosesnya harus dilakukan. It’s now or never,” ujar Dony.

Untuk menjawab persoalan tersebut, Danantara tengah menjalankan transformasi menyeluruh terhadap seluruh BUMN di bawah koordinasinya. Langkah ini mencakup empat tahapan utama, mulai dari analisis fundamental bisnis, pemetaan kompetitor, penilaian kapasitas internal, hingga redesain model bisnis.

“Kami melihat dulu apakah industrinya masih tumbuh atau tidak, siapa kompetitornya, lalu mengecek kemampuan internal, baik human capital, bisnis proses, maupun teknologi. Dari situ kita masukkan ke matriks dan mendesain ulang bisnis model di setiap industri,” jelasnya.

Dari lebih dari seribu perusahaan BUMN yang ada, jelas Dony, Danantara telah memetakan fokus ke dalam 16 sektor industri prioritas. Tak hanya itu, transformasi dilakukan secara mendalam, termasuk penataan struktur organisasi, sistem penggajian, dan posisi kunci di setiap entitas usaha pun telah dilakukan.

“Tujuannya satu, agar perusahaan-perusahaan BUMN ini menjadi kompetitif ke depan,” tegas Dony.

Baca juga artikel terkait DANANTARA atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Insider
Reporter: Natania Longdong
Penulis: Hendra Friana
Editor: Hendra Friana