tirto.id - CEO AirAsia, Tony Fernandes, menyebut bahwa proses birokrasi di negara-negara Asean terlalu berbelit. Kondisi ini sangat berbanding terbalik dengan kondisi di Eropa, di mana aturan terkait perizinan berusaha cukup simpel.
Ia bahkan menyebut pernah berurusan dengan sepuluh aparatur pemerintahan hanya untuk mengurus izin berbisnis di Asean.
“Ketika saya mengatakan birokrasi, intinya tetap saja, Anda tahu, untuk berbisnis di Asean, Anda perlu berurusan dengan 10 pemerintah. Ketika Anda berbisnis di Eropa, Anda hanya memiliki satu undang-undang,” kata dia, dalam sesi wawancara khusus, di sela acara Forbes Global CEO Conference, di Hotel St. Regis, Jakarta Selatan, Rabu (15/10/2025).
Rumitnya birokrasi ini jelas harus segera diselesaikan untuk membuat iklim bisnis di Asean tumbuh lebih tinggi.
Namun demikian, Fernandes melihat bahwa para pemimpin Asean cukup bersahabat satu sama lain dan cukup baik dalam menghadapi tantangan geopolitik yang tengah terjadi.
Karenanya, dalam Konferensi Tingkat Tinggi Ke-47 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (KTT Asean) di Kuala Lumpur, Malaysia, yang bakal dihelat 26–28 Oktober 2025 mendatang, ia berharap pemimpin negara-negara Asean dapat berkumpul dan membahas bagaimana caranya untuk meningkatkan iklim bisnis yang lebih baik.
“Saya harap Asean benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk lebih dekat. Saya pikir para pemimpin Asean cukup bersahabat satu sama lain dan cukup baik dalam menghadapi semua geopolitik yang terjadi. Ini adalah waktu terbaik bagi Asean untuk menemukan cara bekerja sama guna menciptakan lebih banyak pasar,” ujar dia.
Ketimbang rumitnya birokrasi di Asean, menurut Fernandes tantangan lebih berat berasal dari internal perusahaan. Sebab, semakin besar skala bisnis suatu perusahaan, akan semakin sulit untuk mengambil keputusan.
“Anda tahu, menjadi lebih rumit, menjadi lebih birokratis, dan pengambilan keputusan menjadi lebih lambat. Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya membuat keputusan dengan cepat? Anda tahu, bagaimana caranya mengambil risiko? Jadi, saya katakan di perusahaan yang lebih besar, keputusan menjadi lebih lambat,” imbuhnya.
Sementara itu, dalam diskusi panel sebelumnya, Fernandes menyebutkan bahwa ada ‘Napoleon-Napoleon’ yang muncul dengan membawa kepentingan pribadi saat bisnis AirAsia tumbuh lebih tinggi.
“Seiring perusahaan Anda semakin besar, adalah birokrasi yang merasuk. Maksud saya, struktur kami sangat datar dalam hal Capital A dan AirAsia, tetapi masih banyak birokrasi. Ada banyak Napoleon yang muncul dan banyak kepentingan pribadi,” tuturnya.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id






































