tirto.id - Masyarakat Indonesia mengeluhkan harga beras yang melonjak di awal tahun 2024. Kenaikan ini disebut-sebut dipengaruhi juga oleh harga beras dunia yang naik dan langka.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) membenarkan tentang kenaikan harga beras di Indonesia. Faktor utamanya yakni akibat cuaca ekstrem yang melanda Indonesia sejak pertengahan 2023 kemarin.
Cuaca ekstrem sekaligus adanya badai El Nino itu menyebabkan kesuburan lahan menjadi terganggu. Akibatnya, para petani banyak yang mengalami gagal panen.
Secara tidak langsung, hal tersebut memicu kelangkaan pangan sehingga menyebabkan sejumlah harga pangan naik di pasaran.
Di samping itu, kenaikan harga beras ini disebut-sebut ada pengaruh juga dari harga beras dunia yang sama-sama mengalami kenaikan dan langka.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjelaskan bahwa kenaikan harga beras di Indonesia tidak terlepas dari faktor kondisi geopolitik dunia yang tengah diguncang akibat konflik bersenjata di beberapa wilayah.
“Mengapa harga-harga naik? Karena dunia saat ini sedang dalam kondisi geopolitik yang diwarnai dengan peperangan, termasuk yang melibatkan saudara-saudara kita yang terkepung di Gaza (Palestina). Ini yang sedang terjadi,” jelas Erick dalam sebuah pernyataan.
Untuk mengatasi hal tersebut, saat ini pemerintah Indonesia tengah mengambil beberapa langkah guna mengurangi kekhawatiran masyarakat, salah satunya dengan mendistribusikan beras yang dialokasikan untuk Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Di awal tahun 2024, Menteri BUMN membeberkan bahwa Perum Bulog setidaknya sudah mendistribusikan total 220 ribu ton beras SPHP serta akan mendistribusikan sekitar 250 ribu ton beras tambahan.
Sejalan dengan hal tersebut, apakah benar harga beras dunia saat ini tengah naik dan langka?
Benarkah Harga Beras Dunia 2024 Naik dan Langka?
Diwartakan VOA News, di tahun 2024 harga beras dunia memang terpantau naik dan langka. Hal ini dipicu oleh ketegangan geopolitik global yang meningkat serta cuaca ekstrem yang melanda sejumlah negara.
Dalam laporan FAO, harga beras naik juga dipicu oleh India yang memberlakukan pembatasan pada beras non-basmati pada Juli 2023 akibat musim hujan yang terlambat. Hal tersebut setidaknya menimbulkan kekhawatiran akan kekurangan produksi pangan global.
India sendiri saat ini bertanggung jawab atas 40 persen suplai beras global. Sayangnya kontrol ekspor India yang menghilangkan 9 juta metrik ton biji-bijian internasional di tahun lalu memicu harga pangan global melejit di tengah konflik bersenjata yang masih melanda beberapa negara.
Menurut seorang peneliti senior di International Food Policy Research Institute di Washington, Joseph Glauber, harga beras diprediksi akan tetap tinggi dan langka karena kurangnya pemasok lain selain India di pasar global.
Pada tahun 2023 kemarin, Bank Dunia mencatat harga beras telah mencapai titik tertinggi pada kuartal ketiga. Kenaikan ini menjadi rekor sejak krisis pangan pada 2007-2008 lalu.
Akibat hal tersebut beberapa negara lainnya ada yang terdampak sangat signifikan. Di Nigeria, harga beras naik pesat mencapai angka 61 persen. Indonesia termasuk salah satu negara yang terdampak kenaikan harga beras di awal tahun 2024.
Fakta-Fakta Harga Beras Dunia Tahun 2024
Berdasarkan Indeks Harga Beras (FARPI) dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), harga beras pada Desember 2023 rata-rata mencapai 141,1 poin atau naik 1,6 persen dari bulan sebelumnya.
FAO mencatat kenaikan harga beras dunia di tahun 2024 ini menjadi tertinggi sejak 2008. Melejitnya pangan global ini dipicu oleh pembatasan ekspor beras oleh India dan dampak El Nino.
Kondisi tersebut membawa kekhawatiran global yang memprediksi bahwa lonjakan pangan akan terus berlanjut sepanjang tahun 2024 dan kemungkinan dunia akan menghadapi inflasi harga beras yang berkepanjangan.
FAO melaporkan varietas beras berbutir panjang, Indica, memimpin kenaikan dengan lonjakan mencapai 25 persen di tahun 2023 lalu naik 2,6 persen di penghujung tahunnya. Hal ini disebabkan pasokan yang lebih ketat di Vietnam dan penguatan baht Thailand terhadap dolar AS.
Akan tetapi, faktor paling utama melejitnya harga beras global ini tidak lain akibat kebijakan pembatasan ekspor beras yang dilakukan India, di tengah India yang masih menjadi pemasok beras terbesar di pasar dunia.
Masyarakat global menilai pelarangan ekspor tersebut sebagai bagian dari manuver politik pemerintahan Perdana Menteri India, Narendra (Damodardas) Modi untuk kepentingannya di pemilihan umum India.
Modi sendiri menerapkan kebijakan tersebut guna menurunkan harga beras domestik sehingga meningkatkan daya tariknya kepada para pemilih.
Namun kebijakan tersebut justru mempengaruhi dunia yang mengalami kelangkaan serta melejitnya harga pangan termasuk beras.
Kenaikan harga beras dunia ditaksir akan menjadi krisis berkepanjangan selama kondisi geoplitik di beberapa disertai konflik bersenjata, lalu dampak cuaca ekstrem dan larangan ekspor beras India yang masih terus berlanjut.
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Dipna Videlia Putsanra