Menuju konten utama

Bapanas Dorong Kopdes Merah Putih Serap Produksi Petani

Peran Kopdes sebagai penyerap hasil pertanian ini tetap akan menggunakan skema business to business (B2B).

Bapanas Dorong Kopdes Merah Putih Serap Produksi Petani
Petugas menata berbagai produk yang dijual di Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih yang diluncurkan di Desa Aeng Batu-Batu, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Senin (21/7/2025). Sebanyak 3.059 Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih yang tersebar di sejumlah daerah di Sulsel resmi diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto yang dilaksanakan secara serentak bersama 77.022 Koperasi Merah Putih lainnya di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Arnas Padda/tom.

tirto.id - Pemerintah memperkuat peran Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih tidak hanya sebagai penyalur, tetapi juga sebagai penyerap (off-taker) langsung hasil produksi petani.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyatakan, ke depan Kopdes Merah Putih akan didorong untuk terlibat dalam berbagai rantai produksi hingga ke penjualan.

“Kopdes Merah Putih ini besok bukan hanya menyalurkan, tapi juga sebagai off-taker. Jadi Kopdes Merah Putih harus juga siap punya alat pipil, punya drying sendiri. Jadi siap untuk memenuhi kebutuhan peternak di daerahnya,” ujar Arief di Kantor Bapanas, Rabu (25/9/2025).

Namun, ia menekankan bahwa peran Kopdes sebagai penyerap hasil pertanian ini tetap akan menggunakan skema business to business (B2B), di mana akses permodalan yang disediakan pemerintah lewat Bank Himbara hanya dapat diakses dengan proposal bisnis yang baik.

“Jadi bukan diberikan grant (hibah), bukan. Jadi uang ini disiapkan sesuai dengan bisnis proposal dari masing-masing Kopdes,” ujarnya.

Ia menjelaskan, proposal bisnis harus disusun oleh Kopdes sesuai potensi desa setempat, apakah sebagai sentra peternak telur atau penghasil padi.

Dengan demikian, sambungnya, cita-cita pemerintah untuk menghidupkan ekonomi kerakyatan terwujud.

“Jadi maksudnya Presiden Prabowo itu adalah ekonomi kerakyatan itu ada di situ. Jangan dibawa lagi jauh-jauh ke mana, balik lagi di situ. Jadi biarkan ekonomi itu ada di situ (desa),” ucapnya.

Di sisi lain, realisasi penyerapan gula petani yang dananya berasal dari Danantara telah mencapai tahap akhir. Dari total 81.000 ton, tersisa 21.000 ton yang belum diserap.

“Tinggal tersisa sekitar 21 ribu ton dari 81 ribu ton. Mekanismenya diserap kemudian harus keluar. Biasanya dalam 2-3 bulan stok di BUMN selesai dikeluarkan,” papar Arief.

Ia menambahkan, saat ini Badan Pangan Nasional juga meminta sektor swasta membantu penyerapan, dengan catatan gula rafinasi tidak masuk ke pasar konsumsi langsung. Hal ini untuk melindungi harga gula konsumsi petani.

“Saya sudah minta Kasatgas Pangan untuk bantu agar gula rafinasi tidak masuk ke pasar. Karena kesepakatannya untuk industri makan-minuman. Kalau tidak, petani tebu kita yang susah,” tegas Arief.

Refreshment stok gula akan dilakukan setelah panen tebu usai pada Desember-Januari mendatang, bersamaan dengan pelepasan stok yang tersisa.

Sebagaimana diketahui, Danantara mengalokasikan Rp1,5 triliun untuk menyerap gula petani melalui Holding BUMN Pangan ID Food.

Baca juga artikel terkait KOPERASI MERAH PUTIH atau tulisan lainnya dari Nanda Aria

tirto.id - Insider
Reporter: Nanda Aria
Penulis: Nanda Aria
Editor: Dwi Aditya Putra