Menuju konten utama

Bantul Gandeng Perusahaan Asal AS & Taiwan Kelola Sampah di DIY

Pemkab Bantul menggandeng perusahaan asal AS dan Taiwan untuk membangun dua proyek pengelola sampah di Bawuran, Bantul, DIY.

Bantul Gandeng Perusahaan Asal AS & Taiwan Kelola Sampah di DIY
Warga melintas di samping sampah yang meluber ke jalan.

tirto.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul menggandeng perusahaan asal Amerika Serikat (AS) dan Taiwan untuk membangun dua proyek pengelola sampah di Bawuran, Pleret, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Proyek ini diklaim akan jadi tempat pengelolaan sampah terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Mitra lokal perusahaan pengelola sampah asal AS PanelTech.us, Wahyudi Anggoro Hadi, mengungkap bahwa rencana pembangunan pabrik dengan nilai ivestasi sekitar 27,4 juta USD atau Rp441,8 miliar itu sudah berlangsung sejak November 2023.

"Berawal dari kunjungan Bupati Bantul ke Taiwan, terus ada komitmen terkait penanganan sampah berbasis teknologi," beber Wahyudi dihubungi Tirto.

Wahyudi membeberkan, nantinya pabrik mampu menampung sekitar 200 ton sampah per hari. "Harapannya setidaknya bisa menyelesaikan masalah sampah untuk Kota Yogyakarta dan Bantul," ujarnya.

Pabrik yang akan dibangun di lahan Sultan Ground (SG) dengan luas sekitar 67 hektare itu nantinya memproduksi tiga jenis produk, yaitu kayu hijau, pupuk organik, dan listrik.

"Teknologi atau sistem yang dibangun menjadikan sampah sebagai komoditas sebagai sumber daya," ucapnya.

Secara rinci dijelaskan, sampah plastik akan diolah menjadi kayu hijau. Material ini nantinya dapat menjadi konstruksi yang menggantikan stuktur bangunan. "Semisal menjadi dinding," sebutnya.

Sampah organik akan diolah jadi pupuk berprobiotik. Pupuk ini, kata Wahyudi, diorientasikan untuk digunakan dalam kegiatan budidaya. "Terutama tanaman padi untuk menghasilkan beras rendah karbon, atau low carbon rice," ujarnya.

Terakhir, sampah yang residu yang tidak dapat diolah dan tidak memiliki nilai jual, akan dijadikan sebagai energi pembangkit listrik. Diperkirakan, residu seberat 200 ton mampu menghasilkan daya 1,4 mega watt.

"Sehingga tidak ada lagi sampah yang tersisa. Dengan demikian sampah tidak (lagi dipandang) sebagai persoalan atau masalah tapi sebagai potensi. (Tapi sampah jadi) sumber daya yang digunakan untuk menopang industri lain," papar Wahyudi.

Kemampuan pabrik ini dalam mengolah sampah, diyakini Wahyudi, akan menjadi pabrik pengolahan sampah terbesar di DIY. Terlebih nantinya ada dua proyek pengelolaan sampah yang akan dibangun di Bawuran.

"Di Bawuran ada dua proyek yang sekarang berjalan Intermediate Treatment Facility (ITF) orientasinya penanganan dengan skenario transisi. Di samping itu, ada Bantul Resilient Green City (BRGC) dari Paneltech.us yang skenarionya established," sebut Wahyudi.

Dalam realisasi proyek itu, Wahyudi mengatakan, butuh proses panjang. Mengingat proyek merupakan investasi besar dengan melibatkan modal asing, tenaga kerja asing, dan pemerintah luar negeri.

"Sifatnya bukan kendala tapi tahapan yang memang harus dilalui karena sifatnya proyek itu sendiri yang melibatkan teknologi dari luar, dari sisi teknologi itu ada ketentuan yang harus terus didiskusikan terkait dengan keterlibatan modal asing, tenaga asing, kerja sama pemerintah luar negeri dengan pemerintah daerah itu perlu ada ketentuan yang mengikat dan menjadi pertimbangan," jelas Wahyudi.

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, mengatakan Pemkab Bantul siap mengelola sampahnya secara mandiri dan menjadi mitra dari Pemerintah Kota Yogyakarta. Sebagai skema transisi, saat ini telah dibangun Intermediate Treatment Facility (ITF) Pusat Karbonasi dengan menempatkan peralatan pengolahan sampah yang mampu mengolah sampah sampai dengan 100 ton per hari.

"Sampah yang diterima dari kota nantinya dilakukan pemilahan, kemudian dikarbonasi untuk sampah yang bersifat residual. Dengan demikian sampah akan selesai, tuntas ditempat itu dan ini akan meningkat secara untuk skala dan kapasitas pengelolaannya," ungkapnya.

Menurut Halim, untuk sementara ini pihaknya baru akan mengoptimalkan sampai dua modul saja dengan kapasitas 50 ton. Secara bertahap nantinya kapasitas pengolahan akan dimaksimalkan sampai 100 ton. Pengolahan yang lebih modern juga tengah disiapkan di sebelah TPST Bawuran, yakni mengolah sampah menjadi papan yang bisa digunakan di sektor industri lanjutan.

"Melalui program Bantul Resilient Green City, proses pembangunan akan terus dilanjutkan dengan pembangunan pabrik pengolah sampah yang mampu mengolah hingga 200 ton per hari. Selain itu juga akan diproduksi sampah organik itu pupuk kompos yang akan dimanfaatkan untuk memberikan dukungan ke Lumbung Mataram DIY," katanya.

Baca juga artikel terkait SAMPAH atau tulisan lainnya dari Siti Fatimah

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Siti Fatimah
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Anggun P Situmorang